Berita Wisata

Keluhan pengunjung Pantai Kurenai Bonebol, fasilitas mahal tapi kurang memadai

Pantai Kurinai Gorontalo Banyak Sampah

Memperbesar

Meski Pantai Kurinai sering dikunjungi orang yang ingin berwisata, sayangnya masih banyak sampah berserakan. (Liputan6.com/Gorontalo).

Selain fasilitasnya yang serba bayar, kebersihan pantai juga seolah terabaikan. Di area pasir putih ini banyak sekali sampah berserakan.

Pengelola terlihat kurang memperhatikan kebersihan objek wisata tersebut. Dari tas retak, bungkus snack, botol minuman keras hingga botol air mineral, sepertinya berserakan.

“Kami membayar mahal untuk masuk ke sini, pantainya kotor dengan banyak sampah. Pemandangan yang tidak enak dipandang,” kata Odang, pengunjung lainnya.

Menurutnya, tarif harus disesuaikan dengan instalasi yang ada. Biaya masuknya terlalu mahal, tapi fasilitas di dalamnya semua dikenakan biaya.

“Kami berharap pemerintah bisa merevisi regulasi terkait biaya Pantai Kurenai. Selain nyaman, pengunjung juga tidak terbebani,” pintanya.

“Saat kami membayar tiket masuk, kami tidak menerima tiket atau bukti pembayaran. Kami membayar banyak, fasilitas tidak mencukupi, tempat wisata kotor,” tambahnya.

Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bonebol Yamin Abas saat dikonfirmasi mengatakan pariwisata tidak ditangani oleh pemerintah daerah.

“Tarif di Kurinai tidak dikelola oleh Disparpora Bone Bolango tetapi pengelola sendiri,” kata Yamin.

Kepala Desa Botubarani Irwan Lakoro mengaku tempat wisata Pantai Kurenai termasuk dalam wilayahnya. Namun, kata dia, jika tiket masuk ke tempat wisata itu hanya membayar biaya parkir.

“Jadi yang saya tahu, untuk masuk ke tempat wisata cukup membayar Rp 10.000 untuk biaya parkir kendaraan roda dua, baik satu orang maupun satu kali perjalanan”, kata Irwan.

Ia menjelaskan, sebagian pekerja merupakan warga desa setempat. Namun, tur itu tidak sepenuhnya dikelola oleh mereka. Ada investor yang berhasil bekerja sama dengan pemerintah daerah hanya untuk parkir.

“Beberapa dari mereka adalah penduduk desa yang bekerja di sana. Kalau tidak salah pengelola memberikan 30% dari hasil parkir ke area tersebut sebagai PAD. Tidak ada jalan masuk ke desa,” tegasnya.

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button