Berita Wisata

Kemasyhuran Barus yang sempat hilang ditelan ombak besar tsunami

Makam Barus, Tapanuli, Sumatera Utara © nineimage/Shutterstock

Barus adalah sebuah kota kecil di pantai barat Sumatera Utara, tepat di utara Singkil. Kota ini sekarang hanyalah sebuah kecamatan kecil yang sepi, namun sejarah Barus sebenarnya sudah sangat tua, setua kapal-kapal asing yang pernah berhenti mencari kapur barus dan emas. .

Dipandu oleh catatan gemilang di masa lalu, kota-kota ini memudar. Barus dan singkil selesai. Hal itu diduga akibat tsunami yang menghancurkan kejayaan Barus selama ini.

Barus, di pesisir barat Sumatera, pernah menjadi kota yang begitu populer. Pelaut Arab dari abad ke-7 hingga ke-11 menyebut pelabuhan itu dengan berbagai nama, yaitu Barus, Fansur, Pansur atau Panchur.

Jejak Barus sebagai ground zero peradaban Islam di Nusantara

Catatan pelaut Cina yang lebih tua menyebut Barus sebagai Ayo baca. Disebutkan, pendeta Buddha, I Tsing dalam perjalanannya ke India pada abad ke-7 singgah di sebuah tempat bernama P’o-lu-shih dekat Sriboga.

Dokumen tertua di Barus juga ada di buku Geografi dibuat oleh Claudius Ptolemy pada abad ke-2, berdasarkan informasi dari para pedagang India. Ptolemeus menyebut Barus sebagai Barousai.

“Di pelabuhan di tepi Samudera Hindia itulah kapal-kapal dagang dari beberapa negara mencari komoditas berharga, seperti kapur barus, emas dan madu. Diperkirakan saat ini bisnis masyarakat multietnik sedang berkembang di Barus. ,” dia menulis. Kompas.

jejak yang hilang

Namun jejak-jejak Barus ini kemudian hilang sekitar abad ke-12, dimana jejak-jejak peninggalan Barus yang sebelumnya tersebar luas tiba-tiba menghilang. Claude Guillot dalam bukunya Seribu tahun yang lalu menyebutkan kehancuran Barus karena raksasa.

“Cerita lokal mengatakan raksasa adalah sosok raksasa yang berasal dari lautan,” jelasnya.

Setelah menghilang secara tiba-tiba sekitar abad ke-12, Barus muncul kembali sekitar empat abad kemudian. Jane Drakard masuk Pelabuhan di Samudra Hindia: Sumber Sejarah Awal Barus menyebut nama Barus pada abad ke-16 dan ke-17.

Hingga saat ini, hilangnya Barus secara tiba-tiba pada abad ke-12 masih menjadi misteri. Sosok raksasa itu pun mengundang banyak interpretasi. Peneliti Arkenas Research Center Sonny Ch Wibisono mengatakan, banyak ahli yang mengartikan sosok raksasa itu sebagai bajak laut.

Dari berdagang hingga menulis di Al Quran, inilah kisah kapur barus

Namun, setelah gelombang tsunami menerjang pesisir barat Aceh pada 26 Desember 2004, muncul kesadaran baru bahwa bencana alam ini berperan penting dalam membentuk sejarah pesisir barat.

Penelitian Kerry Sieh dari California Institute of Technology sejak tahun 1994 mengungkapkan bahwa zona subduksi di pantai barat Sumatera memiliki sejarah gempa bumi dan tsunami. Menurutnya, gempa bumi dan tsunami pernah terjadi di wilayah ini pada tahun 1381, 1608, 1797, dan 1833.

Belakangan, pada 2008, Widjo Kongko, pakar tsunami dari Pusat Kajian Dinamika Pesisir, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, bersama enam peneliti lainnya menemukan jejak tsunami raksasa yang dihasilkan pada 1290-1400.

Berdasarkan temuan endapan tsunami yang tersebar dari Meulaboh hingga Thailand, Widjo memperkirakan tsunami tahun itu sama kuatnya dengan yang melanda Aceh pada 2004 lalu.

Bisa saja tsunami menerjang Barus, kata Wibisono.

Jejak Tsunami

Wibisono juga menemukan bahwa dulu orang Baru sudah pindah ke perbukitan. Penemuan terbaru, sekitar abad ke-14, terutama di sekitar Bukit Hasang.

Ia mengatakan, jejak tsunami ini juga ditemukan dengan melihat lokasi tinggalan arkeologi di Lobu Tua. Pasir laut menutupi perkebunan kopi dan kelapa, 2 kilometer dari laut.

Apalagi hampir semua peninggalan purbakala yang ditemukan terkubur di lapisan pasir laut sedalam 1 meter. Wibisono juga menemukan reruntuhan batu bata yang diduga merupakan bangunan kuno. Situs penemuan berjarak 2 kilometer dari pantai.

5 tanaman berharga di Indonesia yang sudah terkenal sejak Abad Pertengahan

“Lobu Tua mungkin pernah diterjang tsunami besar. Namun, saat itu kami belum memikirkan tsunami,” katanya.

Wibisono menjelaskan, saat itu tsunami belum populer dalam penelitian di Indonesia. Karena itu, jelasnya, perlu ada penelitian lebih lanjut yang mengintegrasikan arkeologi dan geologi.

Widjo dan timnya juga melakukan pengeboran pada 2007-2008 dan menemukan lapisan tanah yang diyakini terbentuk akibat tsunami raksasa di masa lalu. Tsunami ini diperkirakan terjadi pada tahun 780-990 dan 1290-1400.

“Data yang kami temukan dikonfirmasi dengan penggalian serupa yang dilakukan di Pulau Phra Thong, Thailand. Di sana, tim peneliti lain menemukan endapan tsunami yang berasal dari sekitar tahun 1300-1450,” kata Widjo.

Dalam penelitiannya, temuan di Thailand menunjukkan bahwa tsunami terjadi sekitar 600 tahun lalu dalam skala global. Temuan geologi tentang tsunami besar yang terjadi pada tahun 1290-1400 menariknya terkait dengan periode hilangnya di Barus.

“Bisa jadi peradaban kita di masa lalu datang dan pergi karena dipengaruhi oleh peristiwa alam gempa dan tsunami,” jelasnya.

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button