Berita Wisata

Kisah Tragedi Kanjuruhan: Elmiati Aremanita, harus siap kehilangan suami dan bayinya yang berusia 3 tahun.

Luar biasa, tidak ada nyanyian, tidak ada euforia kebahagiaan di Stadion Kanjuruhan malam itu. Elmiati sedih ketika bayinya yang berusia 3 tahun dan suaminya berpisah di Gerbang 13.

“Saya di gerbang 13, terpisah dari rombongan, terpisah dari suami saya. Gerbang itu hanya cocok untuk satu orang, sulit untuk keluar,” kata Elmiati, seorang Aremanita yang kehilangan harta paling berharganya saat itu. Ini menceritakan kisah perjalanan bayi dan suami dari Gerbang 13 yang akhirnya membawa mereka menghadapi yang ilahi.

Bunyi api gas air mata dari mesin membuat semua penonton terkesiap. Semua orang bergegas ke Pintu Keluar 13.

“Pintunya terbuka, itu hanya cocok untuk satu orang. Ini pertarungan,” katanya.

Baca Juga: Erick Thohir Bertemu Presiden FIFA Gianni Infantino di Doha, Qatar pada Rabu 5 Oktober 2022

Keadaan yang tidak terkendali dan orang-orang yang berusaha melarikan diri dari gempuran gas air mata meninggalkan gerbang kecil yang penuh sesak dengan lautan manusia.

Saling mendorong karena panik dan takut, beberapa orang diinjak-injak dan dipisahkan. Semua orang ingin aman, semua orang ingin keluar dari neraka yang disebut gerbang 13.

Gerbang 13 Stadion KanjuruhanGerbang 13 Stadion Kanjuruhan (sumber 🙂

“Suami saya turun duluan, saya di belakang, ada yang datang terlambat. Saat didesak, suami saya bubar, entah dia keluar dengan selamat, atau dia diinjak-injak, saya tidak tahu, lampu tetap tidak menyala’ tidak keluar,” katanya.

Untunglah Elmi yang sudah pasrah diselamatkan Aremania lain dengan menari, kembali ke tribun.

“Di tribun, saya bertemu keponakan saya,” jelasnya.

Baca Juga: Kamis Sore Ini, Kabag Humas Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo Akan Umumkan Tersangka Kasus Tragedi Kanjuruhan

Akhirnya ketemu baby dan suami

Secercah harapan muncul saat Elmi mengetahui bahwa bayi dan suaminya telah ditemukan.

“Suamimu dan putrimu ada di tempat parkir, ayo pergi,” katanya menirukan ucapan keponakannya.

Ternyata, kata-kata itu hanya untuk menenangkan kepanikan Elmi, di tempat parkir kehadiran suami dan bayinya tersedot.

“Kirim saja foto anakmu dan suamimu ke polisi dan kelompok arema, Kak,” bisik Elmi, mengulangi kata-kata kakaknya.

Tak lama berselang, diketahui bayi dan suaminya telah ditemukan di RS Kanjuruhan.

Harapannya untuk segera memeluk dan mencium suami dan bayinya saat bertemu pupus.

Bibir Elmi bergetar, hatinya perih saat melihat jasad bayi dan suaminya terbaring kaku bersama jasad Aremania dan Aremanita lainnya.

Gerbang Kenangan Manis 13

“Saya baru tiga kali nonton Arema, tiga kali di Gerbang 13 bareng keluarga,” ujarnya.

Tempat itu, lanjutnya, adalah tempat favorit suami saya.

Elmi masih tidak bisa membayangkan bahwa sekarang dia harus sendirian, cintanya pada Singo Edan harus dibayar mahal.

Semangat putranya untuk mendukung Arema secara langsung kini harus terkoyak selamanya.

“Buk, ayo potong rambut,” isaknya, ketika dia mengatakan kepadanya betapa bersemangatnya putranya menjadi tuan rumah derby, sampai-sampai dia ingin tampil se-stylist mungkin di tribun.

“Kalau seperti itu, apa yang bisa saya lakukan? Saya harap itu diselidiki secara menyeluruh. Saya sudah trauma menonton sepak bola,” pungkasnya.

Source: tangsel.suara.com

Related Articles

Back to top button