Berita Wisata

Komodo dianggap tidak bermanfaat bagi masyarakat lokal

BERITA KEMENANGAN MANGARAI BARAT-Tidak lengkap rasanya jika mengunjungi Labuan Bajo, ibu kota Kabupaten Manggarai Barat, NTT tanpa melihat komodo. Hewan-hewan panggung yang masuk nominasi Tujuh Keajaiban Dunia itu kebanyakan terdapat di Komodo” > Pulau Komodo dan Pulau Rinca.

Pulau kecil di kawasan Taman Nasional Komodo (BTNK) ini juga memiliki komodo namun jumlahnya tidak banyak, sehingga wisatawan lebih memilih untuk mengunjungi Pulau Komodo”>Komodo dan Rinca.

Kalau mau ke Komodo”>Komodo atau Pulau Rinca, wisatawan harus merogoh kocek yang banyak. Pasalnya, wisatawan harus menyewa kapal wisata atau speedboat dengan biaya Rp 5 juta hingga Rp 8 juta untuk 1 hari.

Dari Labuan Bajo ke Komodo “> Pulau Komodo, perjalanan memakan waktu 3 jam menggunakan speedboat, hanya membutuhkan waktu 1,5 jam. Di atas kapal, wisatawan akan disuguhi berbagai makanan dan minuman, Wisatawan juga akan dapat menikmati keindahan panorama alam dengan spot – spot pantai yang indah di pulau-pulau kecil di kawasan TNK.

Baca Juga: Pemkab Manggarai Barat Ajak Petani Gunakan Pupuk Organik

Selain pemandangan alam yang indah, wisatawan juga pasti akan menikmati alam bawah laut perairan Labuan Bajo.

Sebelum ke Komodo “> Pulau Komodo, rata-rata kapal wisata atau speedboat mengantar wisatawan ke Pulau Padar. Pulau Padar merupakan pulau terbesar ketiga di kawasan TNK.

Di Pulau Padar, wisatawan disuguhkan dengan keindahan pemandangan alam yang luar biasa seperti surga yang tersembunyi dari puncak Pulau Padar. Setelah berfoto di atas Pulau Puncak Padar, kapal wisata akan mengantar wisatawan ke Komodo “> Pulau Komodo.

Di Komodo”>Pulau Komodo, fasilitas pendukung seperti dermaga telah disediakan. Dermaga yang baru dibangun tahun lalu sangat indah dibandingkan dengan yang sebelumnya di Komodo”>Pulau dari Komodo masih menggunakan dermaga kayu yang buruk. Sebelum menuju habitat Komodo, mata kita terlebih dahulu dimanjakan dengan patung komodo kecil, serta sofiner lainnya yang dijual oleh masyarakat Pulau Komodo.

Selain oleh-oleh, di pintu gerbang habitat Komodo di Komodo “> Pengunjung Pulau Komodo juga bisa menikmati kuliner masakan yang dijual oleh masyarakat Komodo”> Pulau Komodo. Namun sayang, tempat yang menjual makanan kuliner ada di Komodo.”> Pulau Komodo masih menggunakan tenda sederhana yang didirikan oleh orang Komodo sendiri.

Baca Juga: Pernyataan Advokat Iren Surya Calon Bupati Manggarai Barat 2024

Warga Pulau Mesah, Ahyar Abadi mengatakan, Sabtu (10/1/2022) bahwa dari seluruh warga Pulau Mesah, hanya dia yang bergerak di industri pariwisata. Sedangkan sebagian lainnya masih berprofesi sebagai nelayan.

Ia memilih melakukan pelayanan kapal wisata setelah melihat banyak kapal wisata mulai berdatangan di pulau yang berada di kawasan TNK tersebut.

“Kapal wisata Mayotira dikuasai investor besar dan asing. Mereka yang memiliki hotel bintang lima di darat, mereka juga memiliki kapal wisata yang megah, mereka juga memiliki kantor menyelam, para pengusaha besar juga memiliki kantor pariwisata. Alhasil, kami warga sekitar percaya bahwa industri pawisita di kawasan TNK dikuasai oleh investor besar dari Jakarta dan asing. Kami masyarakat lokal hanya memiliki peluang kecil,” kata Ahyar.

Baca Juga: Air Minum Perumda Wae Mbeliling Janji Penuhi Kebutuhan Air Minum Masyarakat Pulau

Ahyar meminta Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat membuat aturan baru untuk mengatur industri pariwisata di Labuan Bajo. Diharapkan masyarakat lokal akan memiliki kesempatan untuk menangkap peluang di industri pariwisata.

“Kami meyakini kapal-kapal wisata kecil sangat merasakan adanya monopoli dan penguasaan bisnis pariwisata oleh investor besar. Oleh karena itu, diperlukan ketegasan dari Pemkab Manggarai Barat untuk membuat aturan agar tidak terjadi monopoli bisnis di bidang pariwisata. sektor ini oleh investor besar dan asing,” kata Ahyar.

Baca Juga: Pengunjung Keluhkan Biaya Masuk di Bandara Komodo

Ahyar ingin semua kapal wisata yang ingin masuk ke Komodo”>Kepulauan Komodo dan Rinca hanya sampai di pulau dekat Komodo”>Kepulauan Komodo atau Rinca. Tujuannya agar perahu-perahu kecil milik masyarakat setempat mengantar wisatawan di atas perahu untuk menuju Komodo” > Komodo atau Pulau Rinca.

Jika ada aturan seperti itu, maka perekonomian masyarakat di kawasan TNK akan meningkat karena perahu-perahu kecil milik masyarakat setempat diberdayakan,” ujarnya.

Nurhayati Alwi, dari kawasan TNK yang pernah terlibat dalam perdagangan makanan oleh-oleh Labuan Bajo, mengatakan usahanya tidak sebaik yang diharapkan. Awalnya usaha tersebut menguntungkan, namun sebagai bagian dari operasinya, tidak lagi berfungsi dengan baik karena tidak ada lagi pasokan bahan baku dari masyarakat di kawasan TNK.

Baca juga: Laut di Kawasan TNK Penuh Sampah

“Saya berbisnis dengan ikan kering yang diolah menjadi oleh-oleh bagi wisatawan yang berkunjung ke Labuan Bajo. Perdagangan oleh-oleh khas Labuan Bajo sudah tidak berfungsi normal karena tidak ada pasokan komoditas dari masyarakat pulau-pulau di kawasan TNK,” kata Nur Alwi.***

Source: mabar.victorynews.id

Related Articles

Back to top button