Berita Wisata

Kuningan, orang Maluku di Pantai Jasri

AMLAPURA, Nusa Bali
Ribuan umat Hindu Malukat di Pantai Jasri Kelod, Desa Subagan, Kabupaten Karangasem, saat Hari Raya Kuningan, Saniscara Kliwon Kuningan, Sabtu (14/1). Orang-orang datang dan pergi dari pagi hingga malam.

Umat ​​Hindu yang umumnya datang berkeluarga, terlebih dahulu berdoa ke arah laut di selatan. Kemudian mandikan badan, termasuk rambut, dan terakhir kembali ke muspa. Para Krama yang datang ke Malukat, bukan hanya sekedar untuk membersihkan penat (yang dianggap kotor). Banyak juga yang datang karena jatuh sakit kemudian sembuh. Juga, ingin suci secara spiritual melalui Malukat. Air laut dianggap sebagai alat yang ampuh untuk mencairkan segala penat.

I Wayan Sadia warga Banjar Liligundi desa/kecamatan Bendadem mengajak keluarganya ke pantai Jasri Kelod. “Saya datang hanya karena malu, bukan karena sakit dulu,” kata I Wayan Sadia.

Demikian kasus seorang siswa kelas XII SMAN Bendadem asal Banjar Pesawan, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem, Ni Putu Ari Sukma Wardani, Malukukat untuk membersihkan kekotoran batin meski sebelumnya tidak pernah sakit. “Kebetulan di Hari Raya Kuningan bertepatan dengan Kajeng Kliwon, saya datang bersama teman-teman Maluku ke Pantai Jasri,” jelasnya.

Umat ​​Hindu juga mengunjungi pantai Jasri karena bertepatan dengan hari Kajeng Kliwon yang juga Kuningan. Orang-orang sama-sama merepotkan dan memiliki hobi. Masyarakat percaya bahwa malukat adalah untuk menetralisir segala kekotoran batin, setidak-tidaknya menghilangkannya, tiga kekotoran batin yang melekat pada jiwa manusia, yang lebih dikenal dengan tri mala, Mithia Hrdaya yang berarti selalu merasa dan berpikir buruk, berpikiran buruk terhadap orang lain. orang, Mithia Wacana yang berarti berkata sombong, sombong, tidak menepati janji (melanggar janji) dan Mithia Laksana yang berarti tidak sopan.

Menurut Ida Pandita Mpu Nabe Dharma Winatha dari Geria Taman Bahdrika Sari, Banajr Kelod, Deas Antiag, Kecamatan Manggis, mandi di laut merupakan tempat membuang kotoran batin. Malukat juga dapat ditemukan di mata air dan campuran air.

Sedangkan Sulinggih memiliki tradisi Maluku menggunakan tirtha khusus yang telah dijiwai dengan tenaga dalam melalui pemberian dari Ida Bhatara Samudaya. “Makanya setiap anggota sedharma yang datang ke Geria Taman Bahdrika Sari, baik itu meminta hari baik, meminta hari baik, meminta bantuan bencana, meminta keturunan, dll., harus melalui ritual malukat dulu,” Sulinggih menjelaskan kalau walaka ini bernama Jro Mangku Nengah Mileh.

Di hadapan masyarakat yang datang untuk menyampaikan permohonannya, yang bersangkutan terlebih dahulu harus bersih jasmani dan rohani. “Makanya setiap krama yang datang, harus melukat dulu sebelum menyampaikan permintaannya,” tambah sulinggih yang juga dikenal sebagai balian (dukun). *k16

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button