Tempat Wisata

Kunjungi Museum Coklat Monggo dan wisata kuliner dan edukasi di Jogja

Museum Cokelat Monggo di Yogyakarta menawarkan pengalaman unik dengan memadukan wisata kuliner dan edukasi.

Harga tiket: Rp10.000, Jam beroperasi: 10.00-18.00 WIB, Alamat: Tugu J L. Gentong No. RT 03, Sribitan, Bangunjiwo, Kec. Kasihan Kab.Bantul DI Yogyakarta; Map: Periksa lokasinya

Jogja terkenal dengan berbagai destinasi wisata yang mendidik dan menawarkan pengalaman unik, termasuk di bidang kuliner. Museum Cokelat Monggo merupakan salah satu contoh wisata kuliner yang memadukan edukasi dan pengalaman.

Terletak di Jalan Tugu Gentong, Sribitan, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, museum ini tidak hanya menjadi pusat informasi tetapi juga tempat produksi coklat terkenal di Jogja, Coklat Monggo.

Museum Cokelat Monggo menjadi destinasi populer terutama bagi rombongan anak sekolah yang ingin mempelajari proses pembuatan coklat.

Museum ini bercirikan arsitektur khas Jawa, rumah joglo lengkap dengan musik gamelan menambah suasana tenang dan menyenangkan.

Di dalam museum, pengunjung akan menemukan berbagai unsur budaya Jawa seperti ilustrasi wayang dan kain batik yang menghiasi sudut-sudut toko dan museum.

Periklanan. Gulir untuk melanjutkan membaca.

Sejarah berdirinya Coklat Monggo

Museum Coklat MonggoFoto Pabrik Museum Coklat Monggo di Google Maps

Chocolate Monggo, merek coklat terkemuka di Indonesia, didirikan pada tahun 2001 atas inisiatif warga negara Belgia, Thierry Detournay. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas coklat lokal di Indonesia.

Thierry merasa berbeda dengan coklat asli yang biasa ia nikmati di negara asalnya, Belgia. Thierry bertekad untuk menciptakan coklat dengan rasa otentik.

Thierry mulai bereksperimen membuat coklat dalam skala kecil dan akhirnya mendirikan Chocolate Monggo pada tahun 2005.

Alasan lain didirikannya tempat ini adalah memanfaatkan buah kakao berkualitas tinggi yang banyak terdapat di Indonesia dengan menerapkan teknik pembuatan coklat Eropa.

Ia mulai memasarkan coklatnya, termasuk truffle dan coklat tradisional, dengan mengendarai Vespa berwarna pink.

Strategi pemasaran unik ini diterapkan di sekitar Pasar SunMor dekat UGM dan Gereja Kotabaru. Produk coklat yang paling laris saat itu adalah Chocolate Skin dan Cacaomania.

Setelah sukses menjual Vespa pada tahun 2005, Thierry membuka toko pertamanya di Kotagede pada tahun 2010 dengan tim yang telah berkembang menjadi sekitar 80 karyawan dan memproduksi 150kg coklat per hari.

Pada tahun 2015, Cokelat Monggo melakukan ekspansi dengan membuka empat cabang, menambah jumlah karyawan dan produksi coklat.

Konsepnya adalah budaya Belgia-Jawa

Thierry, pendiri Chocolate Monggo, terkenal dengan kecintaannya pada budaya Jawa. Hal ini terlihat dari nama produknya yaitu “monggo” yang berarti “tolong” dalam bahasa Jawa.

Thierry terinspirasi menggunakan nama ini saat pertama kali datang ke Jogja, dimana ia disambut hangat oleh penduduk setempat dan sering memanggilnya “Monggo”.

Selain itu, istri Thierry merupakan orang Jawa, sehingga semakin memperkuat keputusannya untuk memasukkan dan melestarikan unsur budaya Jawa dalam produk coklatnya.

Oleh karena itu, mulai dari bangunan hingga dekorasinya semuanya bergaya Jawa, termasuk ukirannya.

Simbol ibu jari yang digunakan oleh Cokelat Monggo tidak hanya melambangkan kata “Monggo”, tetapi juga merupakan simbol optimisme dan harapan agar bisnis coklat terus berkembang dan sejahtera.

Museum Coklat Monggo

Museum Cokelat Monggo di BantulFoto oleh Jemmy Petta di Google Maps

Museum Cokelat Monggo yang didirikan pada tahun 2017 merupakan inisiatif Thierry yang bertujuan tidak hanya untuk menjual coklat tetapi juga untuk memberikan edukasi tentang coklat kepada masyarakat khususnya Yogyakarta.

Museum ini didirikan untuk memberikan informasi tentang sejarah coklat, penyebarannya ke Eropa, proses pengolahan coklat dan cara produksi coklat termasuk di pabriknya sendiri.

Museum ini menyajikan berbagai aspek mulai dari sejarah coklat, cara menanam kakao, sejarah Coklat Monggo hingga proses pembuatan produknya.

Museum ini buka dari hari Senin hingga Kamis mulai pukul 09.00 hingga 17.00 (WSB) dan Jumat hingga Minggu mulai pukul 09.00 hingga 18.00 (WSB). Pengunjung juga dapat mencoba pengalaman mencetak coklat mereka sendiri.

Biaya masuk ke Museum Coklat dan Pabrik Coklat Monggo adalah Rp 40.000, sedangkan Pabrik Percetakan Coklat adalah Rp 15.000.

Selain berkeliling museum dan pabrik, pengunjung dapat membeli oleh-oleh di toko Cokelat Monggo dan menikmati waktu di toko yang menyajikan gelato dalam berbagai rasa, cocok untuk cuaca panas di Jogja.

Produk Coklat Monggo

Cokelat Monggo berbeda dengan coklat lainnya karena komposisi uniknya yaitu 100% coklat murni. Produk mereka antara lain coklat putih (33%), coklat susu (41%) dan coklat hitam (77%), dengan bahan-bahan alami seperti mentega kakao dan massa kakao.

Semua isiannya, termasuk kacang-kacangan, permen, dan potongan pasta buah, dibuat sendiri, termasuk kuenya. Cokelat Monggo terus menjaga kualitas dan cita rasa produknya dengan lebih dari 40 varian rasa coklat.

Produk terlarisnya antara lain varian kacang mete, praline, dan kemiri, serta beberapa varian unik seperti jahe, cabai, dan rendang.

Tempat ini menonjol di Jogja dengan menggunakan 100% cocoa butter, menjaga konsistensi produk dari segi rasa, warna dan kemasan serta terus berinovasi dengan produk baru.

Di pasar offline, konsumen cenderung memilih coklat dengan kandungan gula lebih tinggi, sedangkan di pasar online, coklat hitam yang lebih sehat lebih disukai.

Produk Coklat Monggo dijual dengan harga Rp 25.000 hingga Rp 200.000 tergantung ukuran dan variannya. Pengunjung juga dapat mencicipi coklat berdasarkan kandungan rasa manis pahitnya yang berkisar antara 58%, 69% dan 77%, untuk membantu mengambil keputusan pembelian.

Itulah berbagai hal menarik dari Museum Cokelat Monggo. Semoga informasi ini bermanfaat bagi anda saat mencari destinasi wisata unik di Yogyakarta. Nikmati liburan Anda!q

Source: www.itrip.id

Related Articles

Back to top button