Berita Wisata

Lumba-lumba terdampar di pantai yang indah

Seekor lumba-lumba ditemukan tewas terdampar di kawasan Pantai Indah, Desa Baktiseraga, Kabupaten Buleleng, Senin (5/12). (BP/Khusus)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Seekor lumba-lumba ditemukan terdampar di kawasan Pantai Indah, Desa Baktiseraga, Kabupaten Buleleng, Senin (5/12). Ketika mamalia laut itu ditemukan, ia sudah mati.

Bahkan, tubuhnya sudah mulai mengelupas dan mengeluarkan bau tak sedap. Tidak diketahui secara pasti mengapa hewan laut yang dilindungi ini mati hingga terdampar di Pantai Indah.

Pertama kali, salah seorang nelayan Desa Baktiseraga dari Kelompok Nelayan (KN) Sari Segara, Gede Wirajaya (38). Saat itu, sekitar pukul 10.00 WITA, ia dan temannya sengaja pergi ke kawasan Pantai Indah. Dari daratan, Wirajaya melihat benda terapung yang semula dianggap sampah. Mencurigai benda terapung tersebut, ia dan temannya kemudian mendekati benda tersebut.

Saat didekati, Wirajaya terkejut melihat benda terapung itu adalah bangkai lumba-lumba. Merasa bahwa hewan laut tersebut adalah hewan yang dilindungi, ia kemudian menarik bangkai lumba-lumba tersebut ke darat. Temuannya kemudian dilaporkan ke petugas di Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali dan menghubungi akademisi Universitas Pendidikan Ganseha (Undiksha). “Sekitar 50 meter di atas tanah saya melihat sebuah benda yang terlihat seperti sampah mengambang dan ketika saya dekati ternyata itu adalah lumba-lumba. Kemungkinan mati antara 3 sampai 4 hari, sehingga keluar bau busuk,” ujarnya. dikatakan.

Sementara itu, akademisi dari Fakultas MIPA Departemen Biota Laut Undiksha, Dr. Gede Iwan Setiabudi, S.Pd., M.Si mengatakan, berdasarkan hasil pemeriksaan eksternal, bangkai lumba-lumba itu dianggap sebagai lumba-lumba berduri atau hidung botol. Jenis kelamin mamalia ini adalah betina dengan panjang 2,33 meter. Perkiraan berat kurang dari 1 kuintal. Di seluruh tubuhnya, tidak ada luka akibat terjerat jaring ikan atau benturan keras.

Sedangkan penyebab kematian, kata akademisi Undiksha Iwan, bisa dilakukan dengan membedah bangkai (necropsy). “Setelah dicek ke teman-teman dari BKSDA, tidak ada yang luka. Ada yang mengelupas, dan itu karena faktor pembusukan sejak mati. Kalau penyebab kematiannya ditentukan netopsri,” ujarnya.

Di sisi lain, dosen Undiksha Dr Iwan mengatakan, khusus untuk memastikan jenis lumba-lumba, pihaknya mengambil sampel untuk pemeriksaan DNA. Dengan hasil tersebut, akan diketahui jenis populasi lumba-lumba yang berkembang biak di Pantai Utara (Pantura) atau jenis lain yang biasa ditemukan di perairan lain.

Ia juga mengusulkan agar setelah diperiksa bangkainya harus dibenamkan di tengah laut agar bangkai tersebut menjadi sumber makanan bagi biota laut lainnya. “Saya mengambil sampel daging untuk tes DNA, dan akan dipastikan apakah populasinya ada di perairan sini atau di perairan lain. Setelah dilakukan penelitian, bangkai ini ditenggelamkan untuk mengembalikan ekosistem laut, dimana hewan laut yang telah dimusnahkan telah dikembalikan ke habitat aslinya,” katanya. (Mudiarta/Balipos)

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button