Berita Wisata

Magnet wisata Jawa Timur baru saja dibuka selama pandemi dan optimisme dapat meningkat lebih lanjut

JATITIMES – Ini musim liburan dan Anda sedang mencari tujuan wisata? Jawa Timur sepertinya tempat yang tepat untuk dikunjungi.

Secara geografis terletak di pusat Indonesia dan dengan satu bandara internasional dan empat bandara domestik, Jawa Timur memiliki banyak tempat wisata utama. Sebagai tujuan wisata alam atau buatan, atau kombinasi keduanya.

Baca Juga: Gubernur Khofifah Blusukan ke Pasar Pastikan Stabilitas Harga Komoditas

Manager-Stone-Love-Garden-optimistic-in-the-future-will-one-of-the-tourist-destinations-in-Jatim-C0998e79a46a47f57.jpg

Data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur, tempat wisata di wilayah paling timur pulau Jawa ini kini bertambah total menjadi 1.316 DTW (Daya Tarik Wisata) pada 2022. Padahal sebelumnya pada 2019 atau awal tahun pandemi Covid-19, ada 969 DTW.

Dengan rincian 449 objek wisata alam. Kemudian 513 sirkuit buatan dan 355 sirkuit budaya. Dan selama dua tahun, wisata buatan di Jawa Timur mendominasi dengan pertumbuhan baru 211 DTW, sedangkan wisata alam 62 DTW.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur Sinarto menyampaikan jenis-jenis tempat wisata menurut:
preferensi dan permintaan di jawa timur
didominasi oleh empat kategori. Yakni, wisata alam, wisata buatan, wisata budaya dan wisata minat atau petualangan.

“Alam didominasi oleh anak muda, turis asing dan masyarakat umum. Biasanya ke arah taman nasional, pantai, gunung, sungai, air terjun dan sejenisnya,” katanya.

Sedangkan menurut dia, wisata buatan didominasi oleh jenis keluarga, teman dan mahasiswa. Dan biasanya mengarah ke Malang dan Batu seperti rombongan Jatim Park.

Sedangkan wisata budaya dapat diklasifikasikan menjadi wisata sejarah, religi, wisata desa, gastronomi dan belanja. Didominasi oleh orang tua dan pelajar sebagai wisatawan domestik. Contoh tujuannya adalah makam Wali Limo yang tersebar di Jawa Timur, makam Gus Dur di Jombang dan Trowulan di Mojokerto.

Terakhir, untuk minat khusus atau lebih berpetualang menuju Wisata Olahraga. Selain hiking, menyelam, bertahan hidup, snorkeling, arung jeram, gua, lari, bersepeda menuruni bukit, panjat tebing, dan masih banyak lagi. “Didominasi oleh wisatawan asing dan domestik di kalangan tertentu,” tambah Sinarto.

Untuk tempat wisata yang baru dibuka dengan datangnya pandemi Covid-19 salah satunya di Jawa Timur adalah Batu Love Garden (Baloga) tahun 2019. Baloga berlokasi di Jalan Raya Pandanrejo no.91, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu .Alami.

Tempat wisata yang masih menjadi bagian dari Jatim Park group ini menawarkan berbagai jenis bunga. Ada 600 jenis bunga lokal, dan 30% dari berbagai jenis bunga berasal dari luar negeri, seperti jenis petunia yang didatangkan dari Amerika Serikat.

Direktur Operasional Batu Love Garden Tossy Kusdianto mengatakan pihaknya selalu memilih untuk tetap buka meski di masa pandemi Covid-19 sebelumnya. “Dengan harapan masyarakat tetap haus akan kesenangan dan liburan,” ujarnya, Minggu (25/9).

Meski buka selama pandemi, Baloga mengatakan sudah menunjukkan bisa bertahan dan tidak harus segera tutup. Meski promosinya agak keras, apalagi saat masa PPKM (Penegakan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) diperketat seperti yang pernah terjadi sebelumnya di awal pandemi.

Saat ini Baloga menggunakan lahan seluas kurang lebih 6 hektar. Dan masih ada lahan 1,5 hektare yang akan digarap dengan konsep berbeda nantinya.

“Yang utama bunganya. Nanti kita tanam sisanya. Jadi pengunjung bisa memetik buah, memakannya di tempat atau meminumnya dalam bentuk jus,” kata Tossy khususnya kepada Jatimtimes.

Selain destinasi wisata, Baloga juga memberdayakan UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah) di masyarakat sekitar. Ada 30 stand UMKM yang tersedia di area outdoor Baloga.

Baca Juga: Masih Ada Waktu, Yuk Cek Promo Honda September 2022

Baloga-Batu-Cinta-Taman-dalam-memiliki-ratusan-bunga-lokal-dan-asing-Cf86db01c4d2f975f.jpg

“Untuk belanja bunga, pengunjung tidak harus masuk ke dalam dengan membeli tiket. Bisa kios di luar. Selain bunga, ada juga yang menjual bunga. oleh-oleh, makanan dan minuman,” ujarnya.

Tossy optimis Baloga akan terus berkembang dan menjadi salah satu tempat favorit Jawa Timur di masa depan. Apalagi jika pandemi benar-benar berakhir. “Saat ini jumlah pengunjungnya tidak pasti. Namun, mungkin ratusan orang per hari,” tambahnya.

Di sisi lain, akademisi dari Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang, Dias Satria, PhD menilai pariwisata bisa menjadi salah satu pemicu booming perekonomian daerah. Karena saling ketergantungan, seperti kebutuhan sektor transportasi, akomodasi, makanan dan minuman serta UMKM.

Di Jawa Timur, ia melihat banyak tempat wisata baru yang justru berkembang di masa pandemi. Tidak hanya di Malang, tetapi juga di daerah lain seperti Banyuwangi dan Tulungagung.

“Saat ini tren di kalangan anak muda ke arah healing. Healing itu dalam konteks pariwisata,” kata penanggung jawab prodi ekonomi, keuangan dan perbankan ini, Senin (26/9) dari UB.

Dan saat ini, kata dia, pasar yang bagus adalah untuk kaum milenial, karena kaum milenial sangat mengenal dunia media sosial dan terbiasa membawa barang-barang mereka secara online dan menjadikannya viral.

“Karena kekuatan media sosial sangat luar biasa, terutama untuk bisa mengabadikan destinasi menarik. Jadi saya kira ke depan arah destinasi yang dekat dengan alam akan lebih unggul,” ujarnya.

Menurutnya, dengan media sosial, promosi akan terbantu dan pariwisata akan terdistribusi secara adil. “Mereka akan mencari tempat yang paling dekat dan kemudian mencari di tempat lain,” lanjutnya.

Dan perekonomian dunia pariwisata jelas sangat dekat dengan perekonomian sektor UMKM. “Itu namanya community tourism. Jadi cara untuk membantu proses pemulihan ekonomi. Karena pariwisata bukan hanya destinasi yang menawarkan keuntungan, tapi multi-stakeholder effect pada sektor pendukung yang solid,” lanjutnya.

UKM ini, tambah Dias, menyediakan makanan, minuman, dan cinderamata. “Kebutuhan pemandu, kebutuhan akomodasi akan tumbuh seiring dengan pariwisata,” tambahnya.

Dan yang perlu diperhatikan, kata Dias, saat mengunjungi wisatawan, jangan bicara soal harga, melainkan melihat nilainya. “Kalau bicara pariwisata itu tak ternilai harganya. Dan itu nilai tambah ekonominya,” pungkasnya.

Source: jatimtimes.com

Related Articles

Back to top button