Berita Wisata

Mataram ditetapkan sebagai daerah darurat bencana

MATARAM-Hujan disertai petir yang terjadi beberapa hari terakhir tidak hanya berdampak pada banjir di sejumlah wilayah. Namun, sejumlah pohon juga tumbang dan terjadi longsor di beberapa tempat.

“Kota Mataram ditetapkan sebagai zona siaga darurat bencana hidrometeorologi,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Mataram Mahfuddin Noor, Senin. Lombok Post.

Fuddin mengatakan, sejauh ini pihaknya telah melakukan langkah-langkah untuk mengkoordinir, menyinkronkan, dan mengintegrasikan seluruh potensi penanggulangan bencana. Baik di dalam maupun di luar. OPD, kelurahan, kelurahan dan lintas sektor terkait terus berkoordinasi.

Dikatakannya, untuk mengantisipasi terjadinya banjir, satgas dinas PUPR melakukan pembersihan sedimentasi di kanal dan sungai. Kalaupun ada genangan air kali ini adalah poin baru. “Selain itu, banjir ini juga terjadi karena topografi wilayah tersebut lebih rendah dari bahu jalan atau sungai,” katanya.

Selain itu, lanjut dia, posko penanggulangan bencana diaktifkan 24 jam sehari, petugas cadangan dengan sumber daya manusia, infrastruktur dan logistik untuk mengantisipasi situasi darurat.

Dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya, angin kencang saat musim hujan. Bahkan jika hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi, akan meningkatkan ketinggian air sungai. Baik itu Sungai Meninting, Jangkuk, Ancar, Ning dan Brenyok.

Saat hujan beberapa hari terakhir, kata Fuddin, genangan air muncul di beberapa tempat. Seperti di Monjok, Karang Taliwang. Terune Coral, Tanjung Karang, Jempong dan Sayang-Sayang. Selain itu, pekan lalu juga terjadi puting beliung di Kelurahan Sintung, Desa Banjar, Ampenan.

“Pada Minggu (6/11), juga terjadi longsor di lingkungan Perigi, Dasan Agung. Itu semua kami tangani,” kata Fuddin.

Dikatakannya, saat terjadi longsor di lingkungan Perigi, pihaknya langsung ambruk. Tim BPBD mengangkat longsoran puing beton sepanjang 15 meter di area publik. “Tim kami mengangkat puing-puing beton tersebut,” jelasnya.

Dia mengatakan manipulasi itu dilakukan saat longsor bersifat sementara untuk mengurangi risiko bencana. Terkait dengan tidak memasang karung pasir di ruang publik yang rawan longsor untuk mencegah air hujan masuk ke rumah warga.

Fudin mengatakan air tidak akan masuk ke dalam rumah. Karena air akan menuju ke pekarangan warga. “Saat itu kami langsung turun. Dan itu tindakan sementara,” kata Fuddin.

Dia meminta warga mewaspadai perubahan cuaca dan ancaman bencana dengan melakukan langkah-langkah mitigasi. Termasuk mitigasi non struktural dengan mengingatkan warga sekitar untuk tidak melakukan aktivitas saat ketinggian air naik. Begitu juga warga yang berada di pesisir pantai agar tidak melaut dan melakukan aktivitas di sepanjang pantai jika terjadi cuaca ekstrim di laut lepas.

Camat Sekarbela Cahya Samudra mengatakan, untuk mengantisipasi terjadinya luapan di sungai-sungai yang mengalir di sekitarnya, pihaknya telah memasang karung berisi pasir. “Hal ini kami lakukan untuk mengantisipasi luapan air sungai yang sewaktu-waktu bisa naik dan masuk ke rumah warga,” katanya.

Tak hanya itu, lanjut Cahya, jauh sebelum pihaknya meminta RT dan Lurah untuk saling bekerjasama. Karena biasanya genangan air yang terjadi di lingkungan juga akibat tersumbatnya sampah di saluran. “Kami membersihkan genangan air,” jelasnya.

Ia juga menyiapkan tempat evakuasi di setiap kursi desa jika rumah warga terendam. Kendaraan di pinggiran dan kecamatan dapat digunakan untuk mengevakuasi korban banjir dan bencana alam lainnya.

“Banjir yang masuk ke pemukiman biasanya terjadi karena air sungai yang mengalir melalui lingkungan meluap,” pungkasnya. (jay/r3)

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button