Berita Wisata

Membangun Ekowisata Nyarai, Ritno Kurniawan Menentang Penebangan

Indonesia merupakan negara tropis yang menawarkan pesona alam menakjubkan yang terdiri dari danau, pantai, gunung, air terjun dan masih banyak lagi. Namun, dibandingkan dengan dua negara Asia Tenggara lainnya, yakni Thailand dan Malaysia, Indonesia masih kalah di sektor pariwisata.

Beberapa faktor yang menyebabkan ketertinggalan sektor pariwisata Indonesia antara lain kurangnya promosi. Sarana dan prasarana juga belum memenuhi standar. Selain itu, kita juga harus melawan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab yang mencoba merusak keindahan alam, seperti penebangan liar dan pencemaran lingkungan.

Ritno Kurniawan adalah satu dari ribuan anak bangsa yang sangat peduli terhadap kelestarian alam dan kemajuan pariwisata, khususnya di daerah asalnya, Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumatera Barat. Berkat kontribusi tenaga dan ide kreatifnya, ia berhasil menjadikan objek wisata Air Terjun Nyarai sebagai destinasi wisata alam favorit di Sumatera Barat. Hal itu pula yang mengantarkannya menjadi salah satu penerima SATU Indonesia Awards yang diberikan oleh Astra Indonesia. Lantas bagaimana perjuangan Ritno Kurniawan? Temukan ceritanya!

1. Ritno melihat potensi wisata alam yang dapat dibangun dan dikembangkan di kawasan Hutan Gamaran

Bangun Ekowisata Nyarai, Ritno Kurniawan Perangi Illegal LoggingKeindahan air terjun Nyarai terletak di kecamatan Lubuk Alung. (instagram.com/ritnokurniawan)

Setelah menyelesaikan studinya di Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Ritno kembali ke kampung halamannya. Ia pernah menyusuri hutan Gamaran di Kabupaten Lubuk Alung dan melihat potensi wisata alam yang sangat besar.

Di kawasan Hutan Gamaran, terdapat Air Terjun Nyarai yang memiliki aliran sungai indah setinggi 8 meter dan kolam air yang jernih. Di sekitar air terjun dikelilingi bebatuan dan pepohonan besar sehingga menyuguhkan pemandangan alam yang eksotik.

Namun, Ritno sangat prihatin dengan aktivitas penebangan liar yang sudah berlangsung puluhan tahun di kawasan Hutan Gamaran. Setiap hari, penebang menebang antara 10 dan 15 pohon.

“Kegiatan ini juga dipandang wajar oleh warga sekitar karena ada filosofi yang berkembang di masyarakat bahwa jika masyarakat pesisir makan ikan, kami juga akan makan kayu,” ujar Ritno.

2. Perjuangan Ritno berusaha melawan kegiatan penebangan liar yang sudah menjadi tradisi

Bangun Ekowisata Nyarai, Ritno Kurniawan Perangi Illegal LoggingHutan Gamaran merupakan rumah bagi keanekaragaman flora dan fauna. (instagram.com/ritnokurniawan)

Ritno menyadari jika penebangan liar terus berlanjut akan merusak lingkungan di masa depan dan mengancam kelangsungan hidup berbagai spesies hewan di hutan. Oleh karena itu, ia berinisiatif untuk berdiskusi dengan para penguasa adat untuk menghentikan kegiatan penebangan liar dan memberitahukan niatnya untuk membuat objek wisata di sekitar air terjun Nyarai.

Namun, meyakinkan tokoh adat tidak semudah membalikkan tangan. Mereka pesimis dengan gagasan yang dikemukakan Ritno. Alasannya, tidak mudah menghentikan aktivitas para penebang karena sudah menjadi mata pencaharian utama mereka. Apalagi, tidak mungkin membangun objek wisata yang terletak jauh di dalam hutan.

Sebagai seorang akademisi, Ritno tidak akan mudah menyerah. Ia melanjutkan dengan memberikan gambaran dampak positif yang akan dirasakan warga sekitar, terutama bagi sektor ekonomi, jika wisata air terjun Nyarai dibangun dan kegiatan penebangan pohon dihentikan.

“Bahwa hutan tidak selalu tentang kayu, tapi juga tentang air, madu dan masih banyak potensi lainnya yang bisa dimanfaatkan selama kita terus menjaganya.” dia berkata.

Setelah menggelar berbagai macam diskusi, Ritno akhirnya mendapat dukungan dari tokoh adat dan masyarakat.

Baca juga: Dari Kekhawatiran, Teman Autis Jadi Wadah Edukasi

Lanjutkan membaca artikel di bawah ini

Pilihan Editor

3. Ritno telah menetapkan strategi untuk mempromosikan dan mempertahankan ekowisata Nyarai

Bangun Ekowisata Nyarai, Ritno Kurniawan Perangi Illegal LoggingRitno Kurniawan pergi arung jeram. (instagram.com/ritnokurniawan)

Hal pertama yang dilakukan Ritno untuk mewujudkan idenya mengembangkan ekowisata Nyarai adalah dengan membentuk kelompok sadar wisata yang dikenal dengan singkatan Pokdarwis.

Sedangkan tugas Pokdarwis adalah menjaga kelestarian alam di sekitar Hutan Gamaran dan menjadi pemandu wisata bagi wisatawan yang ingin ke Air Terjun Nyarai. Awalnya, Pokdarwis hanya memiliki 5 pemandu wisata, namun kini sudah memiliki 165 orang.

Selain itu, Pokdarwis juga berperan dalam mempromosikan ekowisata Nyarai agar dikenal wisatawan domestik dan mancanegara. Cara yang digunakan untuk mempromosikan ekowisata Nyarai adalah dengan memposting di media sosial karena lebih murah, mudah, cepat dan efektif.

4. Wisatawan yang datang ke Ekowisata Nyarai berasal dari dalam dan luar negeri

Bangun Ekowisata Nyarai, Ritno Kurniawan Perangi Illegal LoggingPokdarwis memberikan arahan kepada wisatawan yang menuju Air Terjun Nyarai. (instagram.com/ritnokurniawan)

Tidak butuh waktu lama ekowisata Nyarai dikenal luas dan dikunjungi oleh wisatawan lokal bahkan mancanegara khususnya para pecinta alam. Pasalnya, keindahan alam yang ditawarkan Air Terjun Nyarai begitu memukau sehingga menjadi tempat terbaik untuk berfoto. Di sisi lain, lokasinya yang sangat terpencil menawarkan suasana yang lebih tenteram dan damai.

Ritno dan rekan-rekannya mulai berinovasi. Mereka menawarkan paket menarik, mulai dari pelacakan, mengamati burung, memancing tombak, memancing mahseer, dan berkemah.

untuk parsel memancing mahsirikan mahseer Mereka yang tertangkap harus dilepas kembali ke sungai untuk mempertahankan populasinya. Paling Banyak Penggemar Paket memancing mahsir adalah turis asing dari Eropa. Selain itu juga dibuat unit rafting yang memanfaatkan derasnya aliran Sungai Batang Anai.

5. Seluruh elemen masyarakat di sekitar ekowisata Nyarai mulai merasakan manfaatnya, terutama untuk sektor ekonomi

Bangun Ekowisata Nyarai, Ritno Kurniawan Perangi Illegal LoggingRitno Kurniawan didatangi kru TV yang ingin meliput keindahan Air Terjun Nyarai. (instagram.com/ritnokurniawan)

Dampak positif setelah dibukanya Ekowisata Nyarai mulai dirasakan warga. Seiring dengan hilangnya aktivitas penebangan liar yang membuat lingkungan hutan aman dan tenteram, perekonomian masyarakat Lubuk Alung juga berkembang menjadi lebih baik.

Banyak orang yang berprofesi sebagai pemandu wisata, dan bisnis penduduk setempat ramai karena banyaknya wisatawan yang datang. Sistem bagi hasil juga diterapkan, dengan pendapatan dari ekowisata Nyarai diberikan kepada lembaga desa yang telah membantu atau pemilik lahan.

Kedepannya, Ekowisata Nyarai akan terus berinovasi guna menarik lebih banyak lagi wisatawan. Selain itu, berbagai fasilitas penunjang akan dibuat untuk menunjang kenyamanan pengunjung.

Apa yang dilakukan Ritno Kurniawan merupakan salah satu bentuk kontribusinya sebagai warga asli daerah. Ia ingin mempromosikan pariwisata di daerah asalnya dan melestarikan alam. Dibutuhkan generasi peduli dan kreatif seperti Ritno agar sektor pariwisata Indonesia semakin dikenal di mata dunia.

Baca juga: Kisah Jordy tingkatkan literasi dan pendidikan di Mansinam, Papua Barat

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform menulis. Semua karya tulis sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button