Berita Wisata

Mempromosikan seni dan budaya, film Hikayat Waroeng Kupi akan tayang perdana besok » DIALEXIS :: Dialetics and Analysis

Syuting film Hikayat Waroeng Kupi. Film ini akan tayang perdana di Taman Budaya Aceh pada Minggu (30/10/2022). [Foto: Disbudpar Aceh]

DIALEKSIS.COM | Seni dan Budaya – Gala Premiere Film Hikayat Waroeng Kupi karya sineas Aceh akan diputar di Taman Budaya Aceh, besok Minggu (30/10/2022). Film ini menceritakan tentang seni budaya masyarakat Aceh.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh, Almuniza Kamal, mengapresiasi sejumlah karya sineas Aceh. Menurutnya, film merupakan cara yang tepat untuk mempromosikan seni budaya dan destinasi wisata di Aceh.

“Salah satu cara untuk mempromosikan pariwisata dan budaya Aceh bisa dengan film. Ini juga sebagai bentuk pemulihan ekonomi kreatif bagi sineas pascapandemi. Dunia kreatif khususnya film tidak lepas dari campur tangan pemerintah,” kata Almuniza dalam keterangannya, Sabtu (29/10/2022).

Film ini mengandung nilai sejarah dan budaya yang disampaikan melalui dialog dan adegan. Apalagi ada citra budaya duduk di kafe yang menjadi daya tarik tersendiri, dan bisa mengundang wisatawan.

Hal senada juga diungkapkan Kepala Bagian Sejarah dan Nilai Budaya Disbudpar Aceh, Evi Mayasari.

“Duduk di kafe juga menjadi tren bagi wisatawan. ada wisatawan sampai aceh yang ingin menikmati suasana dan cita rasa kopi di sebuah kafe. Di film juga ada cerita tentang toko modern seperti truk kopi,” kata Evi.

Pemeran film Hikayat Waroeng Kupi sebagai biarawati, Ambia Adinda, mengatakan film ini sangat cocok ditonton kaum milenial, khususnya remaja di Aceh. Memahami film fiksi, industri kreatif, sejarah dan peluang bagi animator di Aceh.

Film ini juga dibintangi oleh Duta Pariwisata Indonesia tahun 2021, Salwa Nisrina Authar. Dalam cerita, Salwa memiliki masalah bau. Dia tidak bisa mencium atau mencium. Salwa punya teman, ada Nun dan Adang.

Mereka berdua memiliki kelebihan dibandingkan Salwa. Nun adalah anak yang cerdas dan sangat peka terhadap rasa kopi, sedangkan Adang memiliki kepiawaian menyaring kopi. Mereka bertiga berbincang tentang berbagai jenis kopi dari berbagai destinasi wisata di Aceh.

Penyelenggara kegiatan, Abdul Razak, mengatakan kegiatan tersebut tidak hanya sebatas menonton film, tetapi juga rangkaian kegiatan lainnya.

“Selain pemutaran film, kami juga mengadakan workshop dan diskusi dengan sineas dan talenta (pelaku film). Kami juga akan bekerja sama untuk mempromosikan produk lokal yang dibuat oleh UMKM. Pemuda kreatif harus selalu berinovasi dan berkolaborasi,” kata Razak.

Tema yang diangkat dalam workshop ini adalah “Peran industri kreatif dalam meningkatkan ekonomi anak muda”. Penyelenggara berharap anak-anak muda bisa lebih open minded dalam industri kreatif. Tak hanya film, sektor kreatif lainnya juga masih membuka peluang.

“Nanti kita juga akan menayangkan film animasi Sultan Iskandar Muda agar masyarakat sadar bahwa anak-anak Aceh juga mampu memproduksi film animasi,” imbuhnya.

Acara ini juga diluncurkan untuk mempromosikan budaya dan pariwisata masyarakat Aceh serta mempromosikan destinasi wisata melalui film-film yang diputar. Selanjutnya, mengenai literasi sejarah terkait konteks Pekan Budaya Aceh (PKA).

Kegiatan tersebut juga melibatkan pelaku UMKM, seperti Ija Kroeng, Minyeuk Pret dan beberapa lainnya. Panitia juga menyediakan tiket gratis di tempat bagi siapa saja yang ingin hadir.

Nantinya, puluhan doorprize akan diberikan panitia kepada peserta yang beruntung.

Gala premier merupakan bagian dari diskusi dan pemutaran film sineas Aceh. Sedikitnya lima film diputar di ruang publik dan diadakan diskusi untuk mengedukasi publik. [DBP/IP]

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button