Berita Wisata

Menikmati sunset dari atas Bukit Paralayang

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Pukul 16.00 WIB, sekelompok anak muda menaiki tangga menuju puncak bukit paralayang. Sesampainya di puncak, mereka langsung mencari tempat yang paling strategis, untuk melihat pantai selatan. Sebelum naik, mereka membawa makanan, untuk makan sambil menunggu matahari terbenam atau matahari terbenam di pantai selatan.

Saat matahari terbenam semakin dekat, jumlah pengunjung yang datang meningkat. Agar pengunjung bisa menikmati pemandangan dengan nyaman dan aman, pengelola sengaja menyediakan meja dan kursi, di pinggir tebing dengan pagar besi. Bahkan bagi pengunjung yang lupa membawa makanan dan minuman, tidak perlu khawatir karena ada warung makan di atas bukit.

Guntoro selaku kepala bukit paralayang mengaku pada hari biasa jumlah pengunjung mencapai 400. Pada akhir pekan jumlahnya bisa mencapai 1.000. Bahkan pada hari libur mencapai 1.200 pengunjung setiap hari. . Sebagian besar pengunjung berasal dari kelompok milenial, meskipun ada juga kelompok keluarga.

Jauh sebelum dibuka sebagai objek wisata pada tahun 2017. Puncak bukit paralayang desa Giri Cahyo, Purwosari, Gunung Kidul ini sudah cukup dikenal masyarakat. Terutama oleh para pecinta paralayang. Karena merupakan lokasi pusat latihan atlet paralayang DIY, sehingga hanya ramai pada waktu-waktu tertentu.

Untuk menempati puncak bukit sebelah timur pantai Parangtritis, pengelola mencoba berinovasi dengan konsep wisata lainnya. Salah satunya melihat melihat pantai pantai selatan yang sangat bagus dari atas bukit. Pengelola mengemasnya sebagai paket wisata alam dengan tiket masuk Rp 5.000.

Melihat potensi wisatawan yang sangat besar, pengelola mengantisipasi kemungkinan akumulasi. Pengelola telah membuka dua bukit lagi untuk menjadi destinasi serupa, yakni bukit Soka dan Watu Paris yang juga menghadap pantai selatan. Selain itu, pengelola juga melakukan spot foto untuk wisatawan.

Perjalanan paralayang masih dipertahankan, tetapi hanya jika cuaca memungkinkan. Langkah ini sebagai bentuk apresiasi atas kegiatan yang turut mengangkat nama paralayang ke puncak pembuktian. Meskipun pada masa lalu penduduk setempat sering menyebut puncak bukit Watu Gupit.

Untuk bisa merasakan paralayang, pengunjung harus merogoh kocek sebesar Rs 450.000. Berlangsung 10 menit, turun di Pantai Parang Endog. Bagi pengunjung yang tidak berani terbang sendiri, bisa juga terbang bersama dengan instruktur berpengalaman.

Guntoro mengakui, posisi puncak bukit paralayang yang berbatasan langsung dengan pantai Parangtritis memiliki banyak keunggulan dalam hal promosi. Karena pengunjung pantai Parangtritis bisa langsung melihat lokasi puncak bukit paralayang.

“Untuk secara pasif mempromosikan kegiatan promosi, akan dipasang tengara di puncak bukit paralayang,” jelas Guntoro, Sabtu (15/10/2022).

Panewu Purwosari Gunungkidul, Wahyu Ardi Nugroho juga mengakui posisi bukit paralayang yang strategis. Dari kondisi ini, Kapanewon Purwosari akan menjadi pintu masuk wisata Gunung Kidul. Sekaligus menjadi magnet bagi obyek wisata lain di kawasan Purwosari.

Setelah para wisatawan mengunjungi puncak bukit paralayang, diharapkan mereka akan mengunjungi objek wisata lainnya. Karena di Kapanewon Purwosari terdapat beberapa objek wisata pionir baru. Diharapkan perjalanan yang terorganisir dapat dilakukan dengan bukit paralayang sebagai tujuan utama.

Meski dia tidak melakukan perhitungan secara detail. Namun, dia yakin kegiatan wisata seperti paralayang di puncak bukit bisa meningkatkan kesejahteraan warga. Agar lebih optimal, ada potensi yang harus digarap secara serius. Seperti budaya, gastronomi, dan kenangan.

**)

Dapatkan update berita pilihan dari TIMES Indonesia setiap hari dengan bergabung di grup Telegram TI Update. Caranya, klik link ini dan daftar. Pastikan Anda telah menginstal aplikasi Telegram di ponsel Anda.

Source: www.timesindonesia.co.id

Related Articles

Back to top button