Berita Wisata

Mirip dengan Raja Ampat! Wisata Alam Puncak Kompe Kampar Perlu Perhatian Pemerintah

SuaraSumedang.id – Sedang viral saat itu, destinasi wisata mirip ‘Raja Ampat’ di Papua. Memiliki pemandangan yang indah dan sejuk.

Kawasan tersebut bernama Puncak Kompe dan terletak di persimpangan jalan Riau-Sumatera Barat, tepatnya di desa Koto Mesjid, Kecamatan Koto Kampar XIII, Kampar.

Meski memiliki potensi wisata yang menarik, ‘Raja Ampat Kampar’ perlu campur tangan pemerintah untuk dapat lebih berkembang dan menciptakan daya tarik wisata.

Seperti diberitakan SuaraRiau.id, Jumat (30/9/2022), Pengelola Taman Wisata Puncak Kompe Eko (42) asal Desa Patin, Kampar mengatakan, tempat wisata ini dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis).

Baca juga: 3 Wisata Keluarga Menarik di Jawa Timur Ada Kawah dan Air Terjun

“Dananya tidak masuk ke Dispenda, tapi kita masih mandiri. Dari uang yang masuk ini kita jalankan dan kembangkan lagi tempat ini,” kata Eko saat ditemui Antara, Sabtu (25/9/2022).

Pada tanggal 20 Agustus 2022, Taman Wisata Puncak Kompe menerima bantuan dari program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (CSR) PT PLN (Persero).

Satuan utama untuk wilayah Riau dan Kepulauan Riau adalah pembangunan Main Courtyard dan Cafe Kompe.

Jumlah pengunjung Taman Wisata Puncak Kompe pada akhir pekan bisa mencapai 200 orang.

Pada hari libur dapat mencapai 300 hingga 400 orang dan sekitar 50 pengunjung pada hari biasa, dengan biaya masuk sebesar 15.000 rupee per orang.

Baca Juga: Rizky Billar KDRT Komentari Lesti Kejora, Karakter Ini Ungkap Fakta Mengejutkan: Pernikahan Terjadi Karena Yang Pertama Hamil

Mayoritas pengunjung berasal dari masyarakat Kampar dan sekitarnya yang umumnya berprofesi sebagai produsen kelapa sawit, sehingga harga minyak sawit mempengaruhi jumlah pengunjung.

“Kami baru, istilahnya pengalaman kami wisata ini kurang. Karena viral, orang tidak sengaja menemukan Ulu Kasok, dan terus diunggah di media sosial,” kata Eko.

Eko juga mengaku pihaknya belum pernah melakukan studi banding di Pulau Jawa yang sudah memiliki banyak tempat wisata serupa.

“Beberapa minggu kemudian orang ramai, sampai kami kewalahan. Jadi karena terlalu banyak orang di sana, kami melakukan Puncak Kompe di sini yang bersebelahan dengan Ulu Kasok secara berkelompok,” katanya.

Yusuf (22), fotografer asal Kampung Patin yang mencari nafkah di tempat wisata di Puncak Kompe ini pun merasakan hal yang sama.

Diakuinya, bantuan pemerintah belum maksimal untuk mengelola dan mengembangkan tempat wisata di Puncak Kompe.

Selain Yusuf, ada beberapa orang yang bekerja di pekerjaan yang sama secara shift. Jika pengunjung ramai, pendapatan bisa mencapai satu juta rupiah per hari.

Selain itu, menurut Lupus (43), seorang pedagang penjual minuman dan jajanan mengaku tidak bisa menyediakan makanan yang lebih variatif karena jumlah pengunjung yang tidak stabil.

Sebagai pengelola, Eko berharap pemerintah dapat membantu mereka lebih mengembangkan taman wisata Puncak Kompe, selain mendapatkan bantuan CSR dari BUMN.

Karena pemandangan tempat ini sangat menjanjikan, mungkin menyerupai tempat wisata di daerah lain.

Hal ini secara otomatis akan berdampak pada perekonomian lokal.

Sebelumnya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengunjungi Puncak Kompe pada September 2021.

Dan desa ini masuk nominasi 50 desa wisata dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 dari 1.832 desa wisata.

Dengan kunjungan menteri dan bantuan maksimal dari pemerintah, diharapkan dia segera menjadi ikon tempat wisata Riau, khususnya Kampar.

Source: sumedang.suara.com

Related Articles

Back to top button