Tempat Wisata

Museum De Javasche Bank Surabaya, Pelajari tentang sejarah perbankan dan koleksi mata uang

Museum De Javasche Bank adalah bukti awal sejarah perbankan di Indonesia di kota Surabaya. Museum ini memiliki berbagai koleksi peninggalan sejarah mulai dari mata uang kuno hingga kekayaan budaya.

harga tiket: Rp 10.000, Waktu aktif: 08.00-16.00 WIB, Alamat: JL.Garuda No.1, Krembangan Selatan, Kec. Krembangan, Kota Surabaya, Jawa Timur; map: Cek lokasi

De Javasche Bank diresmikan pada tahun 2012 sebagai situs warisan dan museum. Sebuah bangunan yang menyimpan sejumlah kenangan sejarah. Bekas peninggalan penjajahan Belanda. Berkunjung ke destinasi ini bisa menjadi salah satu cara untuk mempelajari awal mula terciptanya bank-bank di Nusantara.

Berbagai jenis barang antik tertata rapi. Semua koleksi memiliki keunikan yang tak ternilai harganya. Mulai dari mesin hitung dan penghancur uang hingga bekas-bekas konter bank tua. Museum De Javasche Bank lebih dari sekedar objek wisata di Surabaya, ini adalah sarana edukasi bank.

Sangat kental dengan nuansa gaya arsitektur Belanda. Eksteriornya didominasi warna putih gading. Deretan pohon memenuhi sudut-sudut halaman gedung. Posisinya persis di pinggir jalan bebas hambatan. Kesan klasik dan megah diterima pengunjung di sebuah lapangan.

Ikon menarik di Museum De Javasche Bank

Ikon museum De Javasche BankKredit foto: Google Maps Ferdiantiojs

1. kolam .mesin

Mesin tambak hanya memproses uang kertas yang sudah tidak beredar lagi. Terbuat dari besi dengan empat kaki penyangga. Mampu beroperasi pada 900 watt, 4 amp dan 220 volt. Dapat melubangi 100 lembar sekaligus.

Diperkirakan sudah beroperasi sejak 1970-1991. Cara kerjanya adalah dengan mempersingkat uang kertas sebagai tanda ketidakberhargaan. Nantinya, bentuk potongan ini terlihat seperti bintang.

2. Mesin penghancur uang kertas

Dari luar terlihat seperti kotak kaca biasa. Namun, setelah diperiksa lebih dekat, ternyata mesin ini dilengkapi dengan pisau yang tajam. Uang yang tidak terpakai dimasukkan ke dalamnya. Kemudian robek untuk membentuk serpihan. Tidak berhenti sampai di situ, masih ada tahap penghancuran terakhir yaitu pembakaran, agar tidak disalahgunakan.

3. Mesin hitung koin dan uang kertas

Dengan penghitung koin, tidak semua jenis uang dapat dimasukkan secara bersamaan. Harus diurutkan terlebih dahulu. Pengelompokan berdasarkan ketebalan dan denominasi. Setelah selesai, uang yang menunjukkan kesamaan bisa langsung diproses. Tanpa menunggu lama, hasil perhitungan akan muncul di layar.

Bentuk dan cara kerja mesin hitung uang kertas tidak jauh berbeda dengan yang ada di sebagian besar bank saat ini. Keduanya membutuhkan keterampilan seorang kasir. Namun, seiring waktu telah mengalami beberapa perubahan. Secara khusus, mesin-mesin di Museum De Javasche Bank digunakan dari tahun 1980 hingga 2005.

4. Mesin sortir

Lambang Bank JawaSumber Gambar: Google Maps Claudia Amanda

Tentunya dengan banyaknya uang yang beredar di masyarakat, pegawai bank membutuhkan mesin sortir untuk mempermudah pekerjaannya. Setidaknya ada dua jenis yang bisa Anda temukan di sini, yaitu CVCS dan collation.

Mesin CVCS berguna untuk menyortir, mengenali, menghitung dan melaporkan keaslian dan pecahan uang. Sedangkan sortasi biasanya digunakan untuk menyortir uang kertas dari luar Bank Indonesia. Jika kekurangan ditentukan, itu akan segera dihancurkan.

5. Koleksi sakelar waktu lama

Meja kas dulunya terbuat dari kayu. Warnanya coklat dengan garis jala. Tersusun rapi dalam sebuah ruangan. Ada celah yang dirancang untuk menghubungkan kasir dan pelanggan. Meskipun penampilannya kuno, ruangan ini selalu terawat dengan baik.

6. CCTV tradisional dalam bentuk kaca datar

Tak kalah menarik, sejumlah sistem CCTV sebelumnya telah dipasang di sudut-sudut gedung. Tujuannya untuk memantau kinerja loket serta keamanan bank pada saat itu. Petugas dapat melihat pantulan bayangan melalui kaca tanpa harus berkeliling koridor.

Keamanan sangat ketat saat itu. Selain perlindungan struktural, beberapa aturan pencegahan kejahatan juga ditetapkan. Misalnya, kasir tidak diperbolehkan memakai pakaian dengan kantong. Pasalnya, 60 ton emas batangan atau hampir setara dengan Rp6 miliar tersimpan di brankas bawah tanah De Javasche Bank.

Alamat, rute, lokasi dan harga tiket Museum De Javasche Bank

Alamat Museum De Javasche BankSumber Gambar: Facebook Muhammad Rozi Rozi

Berlokasi di Jalan Garuda No.1, Desa Krembangan, Anda bisa mengunjungi museum ini dengan kendaraan pribadi maupun umum. Ada banyak rute yang bisa dilalui, salah satunya berangkat dari arah barat-timur satu arah di Jalan Raya Rajawali. Lanjutkan menuju Jalan Kembang Jepun.

Disarankan untuk menyeberang sisi kiri menghadap deretan gang. Setelah Anda menemukan Cassowary Street, terus belok kiri. Posisinya persis di sisi kanan jalan. Museum De Javasche Bank termasuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Krembangan dan dekat dengan destinasi lainnya. Misalnya Museum House of Sampoerna dan Jembatan Merah.

Jika Anda menggunakan kendaraan umum, Anda dapat naik bus kota dengan kode DA, F, M atau N. Semua jalur ini terhubung langsung ke area museum De Javasche Bank. Atau, Anda bisa naik kereta api ke Stasiun Jalan Krembangan Timur, Dibalik Lapas, Jalan Kasuari atau Jembatan Merah. Lanjutkan dengan berjalan kaki.

Jika Anda ragu, aktifkan Google Map. Juga, tanyakan siapa pun yang mungkin Anda temui di sepanjang jalan. Namun, jangan mudah mempercayai orang asing. Bagaimanapun, Surabaya adalah kota metropolitan.

Kabar baiknya, Anda hanya perlu membayar Rp 10.000 hingga 15.000 untuk masuk ke Museum De Javasche Bank. Tempat ini dikelola untuk tujuan pendidikan dan bertujuan untuk meningkatkan minat wisatawan di Kota Pahlawan. Jam buka adalah dari Selasa hingga Minggu mulai pukul 8 pagi hingga 4 sore WIB. Cocok sebagai media menyegarkan di akhir pekan.

Kegiatan menarik di Museum De Javasche Bank

Aktivitas di Museum De Javasche BankSumber gambar: Google Maps Ratrimo

1. Mengenali sejarah panjang perbankan Indonesia

Museum selalu mencerminkan sejarah bangsa. Pemerintah Hindia Belanda pertama kali mendirikan bank di Batavia pada tahun 1828. Setahun kemudian, pada 14 September, dibuka cabang di Surabaya. Kemudian dikenal sebagai Museum De Javasche Bank. Pada awal tahun 1904 gedung ini dibongkar dan kemudian dibangun kembali.

Stand and present style di atas lahan seluas 0,1 hektar Kekaisaran Neo-Renaisans. Tiang-tiang yang diukir dari Jepara masih kokoh ditopang sampai sekarang. Pada tahun 1942, pemerintah Jepang mengambil alih cabang Surabaya. Hingga akhirnya diambil alih lagi oleh Sekutu empat tahun kemudian.

Setelah kemerdekaan, De Javasche Bank berubah nama menjadi Bank Indonesia. Namun, karena kurangnya kapasitas, gedung ini tetap tidak digunakan. Seluruh kegiatan operasional Bank Indonesia telah dipindahkan ke kantor baru di Jalan Pahlawan No. 105. Ketentuan ini masih berlaku sampai sekarang.

Dengan kata lain, gedung De Javasche Bank telah ada selama lebih dari 100 tahun. Saksi bisu sejarah perbankan negeri kita tercinta. Pada tahun 2012 diresmikan sebagai cagar budaya. Sejauh ini telah diubah menjadi museum pameran.

Informasi ini dapat diminta dari direktur museum atau dibaca di arsip yang tersisa di sini. Bukan hanya sekedar berwisata, wawasan Anda pun berpotensi untuk berkembang. Menariknya, Museum De Javasche Bank pernah dinominasikan sebagai kandidat untuk Penghargaan Pariwisata Surabaya 2013 oleh Pemkot Surabaya.

2. Lingkungan bangunan

Terdiri dari tiga lantai yang masing-masing memiliki fungsinya masing-masing. Di lantai dasar pada saat yang sama ruang bawah tanah, Bertindak sebagai tempat penyimpanan barang-barang berharga seperti emas, dokumen, dan uang. Jika Anda naik ke lantai dua Anda akan menemukan area kasir dan kantor. Lantai atas berguna sebagai tempat dokumentasi.

Pintu masuk ke Museum De Javasche Bank ada di ruang bawah tanah. Sangat mudah untuk melewati pengunjung. Selain itu, ada juga AC alami dan kaca patri yang tidak pernah retak sampai sekarang. Belum lagi gedung ini dirancang untuk mengakomodasi intensitas cahaya tingkat tinggi meski tanpa penerangan.

Tangga kayu menghubungkan satu lantai dengan lantai lainnya. Berbagai lampu hias menggantung dari langit-langit. Jendela lebar yang bergaya dipasang di dinding Antik. Pintu geser besi dan baja juga lengkap.

3. Berburu foto

Aktivitas di De Javasche BankKredit foto: Google Maps Ferdiantiojs

Agar wisata sejarah semakin lengkap, jangan lupa untuk berfoto di museum ini. Anda tidak perlu peralatan foto yang canggih, hanya kamera ponsel yang dapat mengabadikan momen terbaik saat Anda berjalan-jalan di Museum De Javasche Bank. Karena suasana yang tercipta pada dasarnya estetis. nuansa antik sangat terasa.

Tidak berhenti di situ, ada juga yang berbeda Pekerjaan foto alami. Mulai dari koridor bangunan, puluhan anak tangga, area kasir, kolom klasik, jendela, pintu, barang antik, hingga lantai yang begitu menawan. Setiap detail memiliki potensi kecantikan tersendiri. Karena Anda berdiri di halaman dalam, Anda bahkan akan dimanjakan dengan pemandangan bangunan yang istimewa.

4. Menonton pertunjukan atau pameran

Itu tidak selalu ada. Namun, gedung ini biasanya disewakan untuk pertunjukan seni dan budaya. Pastikan Anda rutin memantau akun media sosial organisasi pemerintah daerah agar tidak ketinggalan informasi.

Fasilitas yang tersedia di Museum De Javasche Bank Surabaya

Fasilitas Museum De Javasche BankSumber gambar: Google Maps Rendy Armanto

Selain barang antik yang menjadi ciri khas perbankan di masa lalu, administrasi Museum De Javasche Bank belum menyediakan fasilitas umum yang memadai. Hanya ada toilet dan tempat parkir. Artinya jika ingin memenuhi kebutuhan pokok seperti makanan dan ibadah, Anda perlu melihat-lihat daerah sekitar.

Pengelolaan Museum De Javasche Bank cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan kebersihan lingkungan dan arsitektur bangunan yang tidak pudar dimakan usia. Selain itu, ada potensi lebih lanjut yang sebenarnya bisa digali.

Source: www.itrip.id

Related Articles

Back to top button