Berita Wisata

Oleh LUKMAN HAKIM AG* | Radar Madura

Adakah tempat wisata di Madura yang intensitas pengunjungnya melebihi wisata religi? Tak sedikit tempat wisata yang gelap setelah heboh sesaat. Tapi, ada juga yang bertahan karena berhasil membuat wisatawan terkesan.

LIBUR NATAL DAN TAHUN BARU bertepatan dengan liburan sekolah. Adik-adik istirahat setelah masa studi semester pertama. Liburan ini untuk tamasya keluarga. Hasilnya terlihat di jejaring sosial.

Pesantren Syaikhona Muhammad Kholil di Bangkalan merupakan salah satu tempat wisata yang banyak dikunjungi wisatawan. Makam master sarjana tidak pernah kosong. Peziarah dari berbagai penjuru negeri datang dan pergi. Selain itu, sejak beroperasinya Jembatan Suramadu, akses menuju kompleks pemakaman Martajasah semakin dipermudah.

Tur wisata di luar Madura biasanya menyertakan perjalanan dari Makam Sunan Ampel, Surabaya. Sebaliknya, peziarah Madura biasanya menjadikan makam Sunan Ampel sebagai kelanjutan setelah keluar dari makam Ke Mad Kholil.

Banyaknya wisatawan terlihat dari tempat parkir yang penuh dengan berbagai jenis kendaraan. Bus wisata datang dan pergi setiap saat. Terutama pada saat-saat tertentu.

Rabu (28/12) pagi saya mencoba menghitung bus yang berangkat dari wisma Syaikhona Kholil. Penampakan dimulai sekitar pukul 06.30 hingga 07.30. Hanya dalam waktu satu jam, 44 bus wisata berangkat dari Martajasah. Baik melalui Jalan RE Martadinata atau melintasi Jalan Asmara (Twin Street). Bersamaan dengan itu, dua bus jamaah haji masuk terminal Bangkalan, ditambah satu bus antarkota antarprovinsi Sinar Jaya.

Artinya, sebelumnya ada sedikitnya 44 bus yang masuk. Baik malam maupun dini hari, sebelum akhirnya mereka melanjutkan perjalanan. Ada yang menuju ke Makam Aer Mata Ebu atau Pamekasan, dan dilanjutkan ke beberapa wisata religi di Sumenep. Namun, semakin banyak orang yang kembali ke Suramadu ke Kota Pahlawan.

Jika dihitung kasar, setiap bus bisa menampung 60 orang, yang berarti ada 2.640 jemaah ke Kuil Syaikhona Kholil. Dalam waktu satu jam saja, berapa banyak wisatawan yang berkunjung ke Bangkalan. Selain Ke Mad Kholil, wisatawan religi juga datang ke Bangkalan untuk mengunjungi makam Sunan Cendana dan Aer Mata Ebu.

Magnet wisata religi memang lebih besar dari objek wisata lainnya. Khususnya di Madura. Tanpa poles maka akan didatangi peziarah. Sebab, kedatangan mereka bukan untuk jalan-jalan biasa. Ada motivasi lain yang mendorong mereka untuk pergi ke kuburan karakter tersebut. Juga didukung oleh pemahaman agama, ngalap barokah atau apapun namanya.

Inilah keunggulan wisata Teligi. Meski tanpa campur tangan pemerintah, orang mengunjunginya karena memiliki magnet yang besar. Otomatis mempromosikan dirinya sendiri tanpa APBN yang selalu dijadikan alasan bagi pejabat untuk mengembangkan program-program yang menjadi tanggung jawabnya.

Namun, apakah potensi tersebut sudah dikelola dengan baik? Wisata cagar budaya akan semakin baik jika didukung oleh beberapa hal. Misalnya ada paket terpadu untuk beberapa objek wisata sehingga wisatawan bisa menikmati tempat lain.

Perjalanan yang terorganisir harus didukung oleh pemandu yang memahami tempat-tempat untuk dikunjungi dengan sangat baik atau menyambutnya di lokasi. Seorang pemandu yang menjelaskan segalanya kepada wisatawan.

Saya tidak tahu apakah itu ada, atau apakah ada tetapi tidak terlalu berguna atau tidak ada. Tampaknya menarik bahwa kacong-cebbing yang dipilih setiap tahun dengan uang rakyat diberdayakan. Kalau di daerah lain ada yang pakai Diskominfo sob. Atau bagian dari tugas dan fungsi pusat informasi wisata? Apa kabar?

Tentu saja kami tidak ingin turis mengunjungi Asta Tinggi, tetapi kami tidak tahu alamat kompleks pemakaman raja-raja karena kami hanya bergabung dengan rombongan. Sia-sia banget kalau datang tapi tidak paham tempat yang dikunjungi.

Selain itu, keterlibatan masyarakat dalam pengembangan pariwisata. Misalnya dalam memberikan cinderamata tertentu yang unik di tempat-tempat wisata tersebut. Tentu kita tidak ingin warga di sekitar tempat wisata hanya menerima sampah saja.

Hal ini berbeda dengan pengelolaan wisata alam dan buatan yang membutuhkan keberanian serius untuk menarik calon wisatawan. Ada banyak objek wisata yang dikelola pemerintah yang terlihat seperti tidak ada apa-apanya. Memang, pohon udang yang disulap menjadi tambak mengancam pamor Pantai Lombang.

Dalam diskusi pengembangan wisata cagar budaya pada Jumat (9/12), saya menyampaikan tiga kata kunci. Yakni, memastikan kunjungan wisatawan aman, nyaman dan berkesan. Pastikan akses menuju lokasi bebas dari gangguan keamanan. Sesampainya di tempat juga terasa nyaman, baik dari segi fasilitas maupun pelayanan. Setidaknya tidak banyak sampah dan ada tempat khusus untuk buang air kecil dan besar. Mungkinkah masih ada tempat wisata yang tidak memiliki toilet, atau mampet dan tidak ada air?

Jika tempat wisata tidak membuat pengunjung terkesan, tunggu hingga gerbang ditutup secara permanen. Karena mereka tidak akan kembali. Sebaliknya, jika wisatawan terkesan, ada kemungkinan kembali dan mengundang kerabat. Pengelola harus menyadari bahwa kehadiran wisatawan juga merupakan promotor dan pencegah bagi yang lain.

Liburan di penghujung tahun ini kemana anda berwisata? Hujan tahun baru bikin malas gerak. Apalagi jika tasnya kering. Berselancar di media sosial menjadi salah satu pilihan untuk mengisi liburan sambil rebahan. Setelah memanggang, ingatlah untuk kembali bekerja. Anak-anak juga sudah kembali ke sekolah.

*) Wartawan Jawa Pos Radar Madura

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button