Berita Wisata

Pahit bakti guru honorer di pulau terpencil, Fahri mencari di internet di pantai

BANGKAPOS.COM, BANGKA — Fahri (24) menggambarkan perjuangan seorang guru yang bekerja di daerah terpencil. Atas dasar pengabdian, guru muda ini bersedia menjadi guru honorer di SDN 3 yang terletak di Pulau Nangka, Desa Tanjung Pura, Kecamatan Sungaiselan, Kabupaten Bangka Tengah. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Meski baru mengajar sekitar lima bulan, Fahri sangat merasakan disparitas pendidikan yang terjadi di pulau terpencil dengan di perkotaan.

Berbagai kendala ia hadapi dalam usahanya memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anak yang berada di ujung pulau di Kabupaten Bangka Tengah.

Fahri berbicara kepada Bangka Pos tentang kondisi serba kekurangan dan keterbatasan yang dialami para guru di pulau yang berpenduduk lebih dari 100 KK (KK).

Salah satunya, kata Fahri, adalah masalah pasokan listrik. Pasalnya, listrik di pulau tersebut hanya tersedia pada malam hingga dini hari, tepatnya pukul 18.00 WIB hingga pukul 06.00 WIB.

Dengan demikian, guru tidak boleh menggunakan atau menggunakan berbagai jenis fasilitas elektronik, termasuk komputer untuk keperluan pembuatan bahan pembelajaran atau video pembelajaran.

“Penggunaan alat bantu pembelajaran seperti proyektor dan komputer belum berjalan. Jadi mau tidak mau mahasiswa
di sini kami hanya belajar berdasarkan buku dan sesekali belajar di alam,” kata Fahri, Kamis (24/11/2022).

Meski begitu, menurut Fahri, di era digital saat ini, sebagian besar informasi diakses melalui perangkat komunikasi elektrik yang membutuhkan listrik untuk beroperasi.

Selain masalah listrik, buruknya jaringan internet di Pulau Nangka juga menyulitkan para guru untuk mengakses informasi.

Diakuinya, sinyal di Pulau Nangka buruk dan terkadang tidak ada akses internet sama sekali.

Hanya ada beberapa titik, seperti di pantai. Itupun sinyalnya lemah dan terkadang hilang.

“Kita sekarang zamannya internet jadi semua informasi biasanya dikirim via whatsapp dan email. Sedangkan sinyal di sekolah kita susah juga tidak mungkin kalau mau buka internet harus ke pantai terus. ,” Dia komplain.

Kendala lain, lanjut Fahri, para guru di Pulau Nangka mengalami kesulitan transportasi.

Pasalnya, jika ingin bepergian untuk mengajar mata pelajaran resmi, mereka harus naik kapal
nelayan yang jadwalnya kadang tidak menentu.

“Kedepan kami minta kepada pemerintah daerah untuk menyiapkan perahu atau perahu khusus untuk guru di pulau-pulau tersebut,” harapnya.

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button