Berita Wisata

Pantai Batu Gong, tempat wisata ‘legendaris’ di Konawe yang hits setelah jamannya

Konawe – Wisata bahari bisa menjadi cara jitu untuk menyegarkan kembali semangat dan semangat Anda untuk kembali ke segala rutinitas yang ada. Ada banyak cara untuk menghabiskan liburan, terutama di akhir pekan.

Berwisata ke pantai bisa menjadi pilihan yang tepat untuk menghabiskan akhir pekan Anda. Merasakan deburan ombak dan hembusan angin sepoi-sepoi merupakan salah satu kenikmatan yang dicari oleh para wisatawan. Apalagi jika tempatnya tidak sulit dijangkau dengan kendaraan pribadi.

Seperti objek wisata Pantai Batu Gong. Tempat ini terletak di Desa Batu Gong, Kecamatan Lalonggasumeeto, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Jaraknya tak kurang dari 15 kilometer dari pusat Kota Kendari dengan waktu tempuh sekitar 25 menit dengan mobil. Akses menuju pantai ini cukup baik dengan jalan beraspal menuju gerbang pantai.

Terlihat pasir di Pantai Batu Gong tidak terawat karena banyak tanah dan rerumputan yang tidak terawat.Terlihat pasir di Pantai Batu Gong tidak terawat karena banyak tanah dan rerumputan yang tidak terawat. Foto: Info Kendari.

Membuat pantai ini mudah diakses oleh segala usia. Semua orang bisa menikmati eksotisme Pantai Batu Gong. Mulai dari anak sekolah hingga pekerja hingga orang tua yang ingin menghabiskan liburan bersama keluarga tercinta.

Pantai ini menawarkan keindahan dengan panorama matahari terbit di pagi hari. Sirkuit alam ini dikenal dengan hamparan pasir hitamnya yang membentang cukup jauh sejauh mata memandang. Warna pasirnya bisa menjadi eksotik untuk dipandang. Selain itu, pantai berpasir hitam yang cukup langka di wilayah Tenggara Sulawesi menjadikan Pantai Batu Gong sebagai pilihan wisata bahari.

Perairan laut dangkal di pantai ini cukup luas dengan dasar pasir berwarna hitam. Cocok untuk berenang bersama keluarga dengan tetap memperhatikan kondisi air laut, terkadang kondisi air di objek wisata ini tidak tenang dan terdapat arus bawah laut. Namun, keadaan ini hanya terjadi pada waktu-waktu tertentu dan sangat mudah dikenali.

Namun sangat disayangkan tempat ini sudah tidak lagi diminati oleh banyak orang mengingat beberapa objek wisata pantai baru bermunculan. Dulu, setiap hari dari Senin sampai Jumat banyak dikunjungi orang, terutama pada sore hari. Kemudian pada akhir pekan, Sabtu dan Minggu, wisatawan membludak.

Terlihat pasir di Pantai Batu Gong tidak terawat karena banyak tanah dan rerumputan yang tidak terawat.Terlihat pasir di Pantai Batu Gong tidak terawat karena banyak tanah dan rerumputan yang tidak terawat. Foto: Kendariinfo.com

Seorang warga Kendari bernama Agung mengungkapkan, beberapa tahun lalu, Batu Gong menjadi salah satu favorit keluarganya untuk menghabiskan akhir pekan bersama. Namun karena tempat itu jarang dikunjungi wisatawan, maka keluarganya pindah ke tempat wisata lain. Apalagi di tempat lain tidak kalah dengan Batu Gong.

Biasanya pada hari Sabtu dan Minggu kendaraan melewati kawasan Batu Gong melalui akses jalan Kendari-Lalonggasumeeto. Dari kendaraan pribadi, pete-pete hingga mobil van yang memuat cukup banyak wisatawan. Namun saat ini, tampaknya wisatawan lebih fokus ke kawasan Pantai Tanjung Toronipa dan sekitarnya.

Kendaraan yang melintas di jalan menuju Pantai Batu Gong rata-rata mengincar Pantai Toronipa dan sekitarnya. Mengingat objek wisata saat ini terdampak.

“Dulu Batu Gong menjadi favorit keluarga dan teman-teman yang ingin berwisata ke pantai. Karena jarak ke rumah saya dan sekitarnya tidak begitu sulit, dan akses jalan cukup memadai. “Tapi mungkin karena agak kotor dan kurang terawat. Jadi ada tempat lain yang tidak kalah ramainya dengan Batu Gong, seperti Tanjung Toronipa dan Pulau Bokori,” ucapnya.

Batu berbentuk pipih itulah yang menjadi asal muasal nama Batu Gong.Batu berbentuk pipih itulah yang menjadi asal muasal nama Batu Gong. Foto: Info Kendari.

Terlihat jelas Batu Gong tidak terawat, mulai dari rerumputan yang jarang dibersihkan, gapura yang tidak terawat, pantai yang dipenuhi tanah, gazebo yang mulai rusak oleh rayap hingga ke pasir yang dipenuhi rumput. Membuat kawasan objek wisata ini kurang sedap dipandang. Bahkan ada sapi milik warga liar di tempat ini.

Terlihat dari gapura pantai yang bagian atas kayunya sudah mulai lapuk, atap sengnya sudah tidak mencukupi, sehingga vandalisme pun mengincar tempat tersebut. Selama ini, kayu penyangga gazebo juga mulai melemah dengan papan-papan yang copot. Sampah berserakan dimana-mana karena tempat sampah yang tidak memadai.

PUBLISITAS

“Pantai Batu Gong sudah tidak seperti dulu lagi, sekarang pantainya kotor dan beberapa fasilitas tidak terawat. Entahlah, mungkin pengelolanya kurang begitu memperhatikan tempat ini. Padahal, dulu pantai ini menjadi pantai favorit warga Kendari dan sekitarnya jika ingin berwisata pantai,” kata warga Kendari Zainal.

Terlepas dari semua alasan tersebut, Pantai Batu Gong juga menjadi momok yang menakutkan bagi sebagian orang. Pasalnya, di tempat-tempat tersebut sering terjadi insiden kecelakaan laut yang memakan korban jiwa. Wisatawan sering terbawa air lebih jauh karena arus laut yang kuat dan ombak yang melanda daerah tersebut.

Suara batu ‘Gong’

Batu Gong sendiri memiliki nama yang cukup unik di antara nama pantai pada umumnya. Tidak diketahui secara pasti kapan nama tempatnya. Beberapa orang lokal yang kami temui juga mengaku bahwa merekalah yang dulu memberi nama tempat itu. Mereka tidak mengerti waktu.

Konon penduduk setempat menamai objek wisata tersebut dan desa setempat berasal dari batu karang yang berbunyi. Batu karang tersebut terletak di sisi timur pantai ini. Batuan tersebut bertipe karst, datar dan menjorok ke laut, jika dipukul dengan keras maka akan mengeluarkan bunyi yang mirip dengan alat musik tabuh gong tradisional.

Jadi nama tersebut digabung dari asal kata batu yang berbunyi Gong jika dipukul. Di awal tahun 2000-an, batu tersebut masih utuh dan setiap kali dipukul, mengeluarkan suara yang keras. Memang dalam cerita rakyat kuno penemuan batu tersebut, suara yang dikeluarkan saat batu dipukul akan terdengar hingga ratusan mil jauhnya.

Batu berbentuk pipih itulah yang menjadi asal muasal nama Batu Gong.Batu berbentuk pipih itulah yang menjadi asal muasal nama Batu Gong. Foto: Info Kendari.

Jika batu itu dibunyikan, beberapa desa di dekat tempat ini juga akan mendengarnya. Seiring waktu, batu itu menjadi kurang terdengar lagi.

Namun saat Kendariinfo menyambangi dan melihat lokasi batu tersebut pada Sabtu (11/6/2022), ternyata batu karst yang datar tersebut sempat menjadi incaran manusia sipir. Batu yang dianggap memiliki sejarah besar dengan tempat ini telah dirusak oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

Mereka memecahkan batu sampai ke pohon. Akhirnya batu itu tidak bisa lagi berbunyi. Padahal, dulu kalau dilempar dengan batu kecil atau dipukul dengan tangan akan mengeluarkan suara, tapi tidak sekeras dulu. Terlihat jelas bahwa batu tersebut memiliki bekas patahan dengan pola patahan yang disengaja.

Banyak yang menyayangkan batu tersebut dirusak oleh manusia. Dimana batu tersebut memiliki cerita untuk anak cucu untuk dikenang, bahkan sekarang hanya tinggal cerita.

Warga setempat menduga batu tersebut dijual karena beredar kabar bahwa batu tersebut memiliki nilai jual oleh beberapa orang. Tidak diketahui secara pasti kapan batu itu pecah, namun saat ini batu bersejarah tempat ini sudah tidak ditemukan lagi.

“Itu dipatahkan oleh orang jahat. Itu bukan adami lagi, itu batu ‘gong’. Saya pernah mendengar cerita bahwa batu itu ada harganya, jadi mungkin itu sebabnya dipatahkan dan diambil,” kata warga setempat. .

Tampilan postingan: 66

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button