Berita Wisata

Pantai Paheng Waq, pasir indah di selatan Pulau Lembata

Laporan wartawan TRIBUNFLORES.COM, RICKO WAWO

TRIBUNFLORES.COM, LEWOLEBA– Saya dan rombongan tiba di Pantai Paheng Waq sekitar pukul 13.20 WITA. Matahari tepat di atas korona. Cuacanya sangat panas, kering. Keringat mengalir di seluruh tubuh. Namun, luasnya kawasan Pantai Paheng Waq memang tiada duanya. Jauh dari hiruk pikuk kota, sepi dan begitu damai. Siapa pun yang mencari ketenangan, Pantai Paheng Waq adalah pilihan yang tepat.

Pantai Paheng Waq terletak di Kelurahan Desa Tobotani, Kecamatan Buyasuri, Kabupaten Lembata. Pemerintah setempat telah membuka jalur akses yang lebih mudah melalui Bean, desa tetangga Tobotani.

Saya ikut rombongan Komisi II DPRD Lembata untuk tindak lanjut proyek jalan pantai, Rabu 18 Januari 2023.

Kami menyusuri jalan enam kilometer dari pemukiman penduduk ke pantai. Pengusaha masih menggarap segmen ini. Jalur Lapen sebenarnya cukup strategis. Bukan hanya untuk wisata di Paheng Waq saja. Ruas ini juga membuka akses ke kawasan pertanian masyarakat yang subur.

Baca Juga: BAP Akhiri Penyelundupan BBM Seret Anggota Polsek Lembata

Sayangnya, tahun ini sepertinya petani akan mengalami panen yang buruk. Jagung tidak tumbuh normal seperti tahun lalu. Tanaman tumbuh kerdil, bahkan ada yang kering dan mati. Rendahnya curah hujan akibat perubahan iklim diyakini menjadi penyebabnya.

“Mestinya, di bulan Januari seperti sekarang, kita sedang musim hujan. Tapi tidak lagi. Kalau sebelum akhir Januari tidak turun hujan, pasti gagal panen,” kata Hasan Baha, anggota DPRD dari Lembata yang satu mobil dengan saya.

Keindahan alam Lembata yang unik dapat dilihat di Paheng Waq; hamparan perbukitan berbatu bercorak kekuning-kuningan, lembah dan padang rumput yang luas menghiasi perjalanan menuju Paheng Waq. Di kiri-kanan jalan, terlihat para petani bekerja di ladang jagung, kawanan sapi dan kambing di ladang. Dari kejauhan terlihat Pulau Rusa dan deretan pulau di Kabupaten Alor.

Jalan baru berakhir di sebuah bukit kecil, sekitar 500 meter sebelum mencapai pantai. Kendaraan diparkir di area tersebut dan kami berjalan ke pantai. Paheng Waq menyambut kami dengan gemerisik ombak pantai selatan, angin laut yang sejuk, padang rumput yang kering, dan pepohonan yang rindang.

Baca juga: Besok, Polres Lembata akan gelar penyidikan untuk menetapkan tersangka kasus penganiayaan orang gila

“Ini adalah surganya Lembata. Cantik. Ini pertama kali saya ke sini,” kata Teddy Lagamaking, teman wartawan, begitu menginjakkan kaki di pasir pantai.

Kami menikmati pasir putih yang mempesona di bawah sinar matahari, duduk di antara tanaman pandan laut sambil menatap bukit berbatu yang dikelilingi laut biru murni.

Ibarat pulau tak berpenghuni, bukit berbatu karang itu berada di tengah laut, hanya berjarak sekitar 50 meter dari bibir pantai. Jika laut surut, kita bisa mencapainya dengan mudah.

Seperti halnya di Tanah Lot Bali, bukit bebatuan menjadi keunikan dan daya tarik utama Paheng Waq. Seperti biasa. Kami mengabadikan momen ini dengan kamera ponsel. Tentu saja, semuanya dibidik dengan latar belakang bukit berbatu yang eksotis ini.

Baca Juga: Komisi II DPRD Lembata bersihkan jalan beraspal berkualitas buruk, kontraktor didesak pengerjaan ulang

Wilayah selatan Lembata justru menawarkan pantai terindah yang pernah ada. Pantai yang berderet dengan Paheng Waq lainnya ini tak kalah menggoda. Misalnya di sebelah barat terdapat pantai Ateng, Bean, Wowon di kecamatan Buyasuri dan pantai Wade di kabupaten Lebatukan. Ciri-ciri alamnya juga mirip, pasir putih, ombak pantai selatan yang kuat, hamparan bukit berbatu yang kering, dan padang rumput.

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button