Berita Wisata

Pendidikan konservasi burung air melalui kegiatan Sensus Burung Air Asia

Liputan6.com, Jakarta Jakarta-Biodiversity Warriors (BW) KEHATI menyelenggarakan Sensus Burung Air Asia di Taman Wisata Alam Mangrove Angke Kapuk, Jakarta (15/1). Kegiatan ini berlangsung secara sistematis setiap tahun pada bulan Januari dari Minggu kedua hingga ketiga. Pada tahun-tahun sebelumnya, BW KEHATI melakukan kegiatan serupa di hutan lindung Angke Kapuk, 7 km dari lokasi kegiatan pencacahan saat ini.

Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk menyadarkan masyarakat khususnya generasi muda akan keberadaan burung air, populasinya khususnya lahan basah, dan fungsi keberadaannya bagi manusia dan lingkungan alam. Populasi burung air merupakan indikator lingkungan yang penting dalam pengelolaan lahan basah. Di beberapa sawah, unggas air berguna sebagai pengendalian hama.

“BW KEHATI berharap sensus unggas air dapat meningkatkan kesadaran dan kepedulian generasi muda tentang keberadaan unggas air di Indonesia. Selain keanekaragaman spesies, peserta akan dijelaskan tentang peran burung air dan habitat lahan basahnya,” ujar KEHATI Direktur Komunikasi dan Kemitraan Yayasan Rika Anggraini.

Pendidikan konservasi burung air melalui kegiatan Sensus Burung Air Asia

Memperbesar

Biodiversity Warriors (BW) KEHATI yang terdiri dari mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi, komunitas ASN dan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta melakukan Sensus Burung Air Asia dengan mengambil foto di Taman Wisata Alam Mangrove Angke Kapuk, Jakarta (15/02/2023). (Liputan6.com)

Selain itu, kegiatan sensus ini bertujuan untuk memperbaharui data burung air dan burung migran berdasarkan data tahun sebelumnya. Data pemantauan yang diperbarui ini diharapkan dapat mendukung upaya konservasi yang efektif.

Pada penampakan sebelumnya pada tahun 2021 di hutan lindung Angke Kapuk berhasil terekam 8 jenis unggas air, yaitu pekukuler Asia, bambangan kuning, blekok padi, kokokan laut, kuntul kecil, bangau bluwok, itik dan kareo padi.

Hasil sensus burung air tahun 2023 kali ini berhasil mendata 14 jenis burung air, yaitu burung pecak ular asia, kuntul kecil, pecuk padi hitam, pecuk bali, kedidi blekok, kedidi pantai, bangau malam bermahkota hitam, burung kedidi ekor panjang. bebek, bangau biru besar, bangau merah, bangau abu-abu, kecoa laut, kuntul karang, kareo padi, bangau bluwok dan bambangan hitam.

Pendidikan konservasi burung air melalui kegiatan Sensus Burung Air Asia

Memperbesar

Biodiversity Warriors (BW) KEHATI yang terdiri dari mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi, komunitas ASN dan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta melakukan Sensus Burung Air Asia dengan mengambil foto di Taman Wisata Alam Mangrove Angke Kapuk, Jakarta (15/02/2023). (Liputan6.com)

Kegiatan kali ini mempertemukan beberapa perwakilan mahasiswa dari Universitas Indonesia, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Nasional, IPB University, Uhamka, LP3I, ‘Universitas Nusa Bangsa, Komunitas Pelestari Satwa ASTA, Komunitas Aparatur Sipil Negara (ASN), Masyarakat Pengamat Burung Jakarta , dan Perwakilan Badan Lingkungan Hidup Jakarta .

Keberadaan unggas air juga dipengaruhi oleh kondisi perubahan iklim. Perubahan siklus musim seperti curah hujan mempengaruhi berbagai unsur yang mendukung kehidupan unggas air.

Beberapa burung air, seperti burung perancah, burung laut, dan burung pantai, sangat bergantung pada keberadaan lahan basah untuk makanan dan tempat bersarangnya.

Pendidikan konservasi burung air melalui kegiatan Sensus Burung Air Asia

Memperbesar

Seekor burung hinggap di pohon di kawasan Taman Wisata Alam Mangrove Angke Kapuk, Jakarta (15/2/2023). (Liputan6.com)

Burung pantai merupakan salah satu kelompok yang terkena dampak perubahan iklim. Perubahan tinggi muka air laut dapat menyebabkan perubahan garis pantai sebagai tempat burung pantai mencari makan. Akibatnya, jumlah burung yang dapat mencari makan di satu tempat berkurang dan memaksa burung lain mencari tempat baru untuk mencari makan. Pergeseran garis pantai yang terjadi juga memaksa burung-burung ini mencari tempat bertelur lebih jauh dari pantai menuju daratan.

Bukan hanya nasib burung pantai yang terancam. Perubahan iklim yang semakin ekstrim mengganggu kemampuan sebagian besar burung laut untuk mencari makan dan bermigrasi, karena hanya beberapa spesies burung laut yang dapat bertahan hidup dalam cuaca dan badai yang ekstrim, seperti burung cikalang dan burung petrel.

Cuaca buruk juga dapat mengurangi harapan hidup mereka. Selain itu, spesies yang bermigrasi seperti bangau bluwok dan burung cikalang Natal harus mengubah kompas dan waktu dalam migrasi tahunannya.

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button