Berita Wisata

Peninjauan Desa Elo Pukek yang diresmikan Menteri KKP Treggono

Bisnis.comPADANG – Bertepatan dengan Bulan Cinta Laut yang diselenggarakan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Minggu (21/8/2022) lalu, hal ini menjadi cerita baru para nelayan pukek (pukat)) dari kota tersebut. Padang, Sumatera Barat.

Kali ini, tepatnya Agustus 2022, Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Sakti Wahyu Trenggono meresmikan Kampung Elo Pukek di kawasan Pantai Purus Padang. Upacara tersebut juga memberikan rasa kebebasan dan kemandirian bagi para nelayan pukat Padang.

Dalam beberapa tahun terakhir, nasib pukat dihantui oleh Peraturan KKP No 5 Tahun 2015 yang melarang penggunaan pukat karena mata jaring yang digunakan dianggap merusak populasi ikan dan ekosistem biota laut.

Namun karena KKP dipimpin oleh Sakti Wahyu Trenggono, ada harapan bagi para pukat, khususnya di Padang. Ia tak segan-segan, Trenggono mendukung keberadaan pukat, terbukti dengan diresmikannya Kampung Elo Pukek.

“Kami sangat senang dengan dukungan KKP terhadap pukat di Padang. Karena pukek yang indah sudah menjadi kearifan lokal,” kata Syahrul, pukat di Padang, Sabtu (12/10/2022).

Di Padang, aktivitas trawl tidak hanya ada di Pantai Purus Padang saja. Namun ada juga beberapa poin lainnya. Hanya saja khusus di kawasan Pantai Purus, kegiatan elo pukek kini menjadi bagian dari objek wisata.

Sebelum KKP meresmikan Kampung Elo Pukek, Pemkot Padang juga telah memberikan bantuan kepada pukat.

Hal ini terutama terlihat di area pukat di mana gripstones tidak dibangun. Padahal di sepanjang pantai Padang, Pemko Padang seberang kantor wilayah sungai Sumatera V telah membangun selasar untuk antisipasi ombak.

“Hanya di sini (Pantai Purus) tidak ada batu pencengkeram. Kalau sudah dibangun batu pencengkeram, berarti pantai sudah tidak ada lagi. Sementara untuk menarik pukat, kita perlu dari pantai,” ujarnya.

Bagi Syahrul, dukungan pemerintah terhadap pukat di Padang sangat luar biasa. Bukan hanya dari Pemko Padang, tapi didukung langsung oleh KKP.

Dukungan ini diakui oleh para pemancing sebagai pemicu meraup rejeki dari jengkal jaring yang ditarik ke tepian.

“Menarik pukat itu tidak mudah, butuh usaha, kesabaran dan kekompakan. Karena jarak antara pantai dan tengah laut cukup jauh,” kata Edi, nelayan pukat asal Padang.

Karena itu, sejak peresmian Kampung Elo Pukek oleh KKP, juga berdampak pada para pukat.

Hal itu terlihat dari ramainya masyarakat yang menyaksikan Elo Pukek. Dengan hadirnya komunitas yang begitu semarak, dampak yang dirasakan oleh outlet tersebut langsung diliputi oleh masyarakat.

“Jadi langsung dijual di pantai. Kita tidak perlu khawatir lagi jualan di pasar. Karena calon pembeli sudah menunggu,” ujarnya sambil tertawa.

Di sisi lain, kata Edi, para pukat di pantai Purus Padang juga telah berjanji, jika menangkap biota laut yang seharusnya tidak terbawa pukat, maka akan dilepas kembali ke laut.

Sedangkan untuk penyu, bisa dibilang saat pukat tiba di pantai, sangat sering penyu berakhir di pukat. “Kami segera melepasnya kembali ke laut. Karena kami sangat menyadari bahwa penyu tidak bisa ditangkap, bahkan dilindungi,” kata Edi.

Sebelumnya, keberadaan pukat ini juga sempat menjadi perhatian Pemko Padang. Wali Kota Padang Hendri Septa mengatakan elo pukek tampaknya menjadi bagian dari objek wisata.

Padahal kawasan Pantai Purus masih menjadi salah satu tempat wisata di Pantai Padang. Sedangkan keberadaan elo pukek harus bersinergi dengan pariwisata.

“Jadi bukan hanya melihat orang menikmati pukek, yang ingin merasakan sensasi tarik pukat juga bisa. Makanya pukek ini bisa dikaitkan dengan pariwisata,” ujarnya.

Hendri Septa mengatakan, melihat banyak orang untuk elo pukek secara tidak langsung turut mendidik generasi muda tentang nelayan tradisional atau elo pukek.

Hal itu terjadi saat Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Sakti Wahyu Trenggono meresmikan Kampung Elo Pukek. Ia mengatakan, peresmian tersebut merupakan bentuk dukungan KKP terhadap kearifan lokal nelayan Minangkabau.

“Karena menangkap ikan dengan sistem pukek sudah menjadi kearifan lokal masyarakat,” kata Trenggono.

Dia mengatakan pemerintah seharusnya mendukung pukat di Padang dan Sumbar karena kearifan lokal pasti mengutamakan keseimbangan alam.

Artinya, pukat juga menjaga dan melindungi laut. Hal ini sejalan dengan gerakan Bulan Cinta Laut yang digalakkan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

“Gerakan Bulan Cinta Laut, bagaimana nelayan ikut terlibat dalam membersihkan lautan dari sampah dan menjaga laut dari pencemaran,” ujarnya.

Untuk itu, dengan diresmikannya Kampung Elo Pukek di Padang ini, pukat dapat membantu membersihkan sampah yang mencemari laut dan ikut menjaga pantai dari sampah, sehingga pantai menjadi bersih dan asri.

“Saya sudah meminta Dirjen Penangkapan Ikan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk mendukung kearifan lokal nelayan Sumbar. Dengan begitu, nelayan bisa merangkul dan menjaga laut,” kata Trenggono.

Lihat berita dan artikel lainnya di berita Google

Tonton videonya di bawah ini:

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button