Berita Wisata

Pergantian tempat malam puncak acara Bau Nyale masih menjadi kontroversi

PRIA-Pindah ke lokasi semalam puncak nyale di Lombok tengah menuai kecaman. Lokasi seharusnya menginap di Pantai Seger, Desa Kuta, Kecamatan Pujut, bukan Pantai Tanjung Aan. Mengingat tempat ini adalah bagian dari perjalanan legendaris Putri Mandalika.

“Kita tidak boleh melupakan cerita sejarahnya,” kata tokoh masyarakat dari Kecamatan Pujut, HL Wiraksa Pos Lombokkemarin (30/1).

Ia menjelaskan, legenda Putri Mandalika berawal dari raja-raja yang ingin memperjuangkannya. Ancaman perang dan kehancuran menyusul. Alhasil, Putri Mandalika lebih memilih untuk mengorbankan dirinya. Ngomong-ngomong, lemparkan diri Anda ke Pantai Seger.

Catatan sejarah diberikan pada tanggal 20 bulan 10 penanggalan Sasak setiap tahunnya. Ini dalam rangka mengenang pengorbanan Putri Mandalika yang konon telah mengubah wujudnya menjadi nyale atau cacing laut yang berbeda warna.

“Sejak sejarah, nama Mandalika tetap ada di mana-mana,” kata pria berkumis besar itu.

Seperti Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Sirkuit Mandalika dan Terminal Mandalika di Kota Mataram. “Jadi mohon diwaspadai pengelola kawasan ini,” kata Wiraksa.

Dengan demikian, memberikan akses dan ruang seluas-luasnya bagi warga dan pemerintah Kecamatan Pantai Seger. Tidak tampak tersembunyi dan bahkan terisolasi.

Mantan Camat Pujut itu berharap pemerintah pusat dan pemerintah provinsi NTB ikut turun tangan dalam pengelolaan kawasan tersebut. Jadi lebih spesifiknya, Pantai Seger buka dan buka setiap saat. “Prinsipnya, kami tidak ingin sejarah sejarah ini terhapus. Itu saja,” kata Wiraksa yang juga anggota Komisi III DPRD Loteng itu.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Loteng, H Lendek Jayadi mengatakan, isu puncak malam yang terik memang tak perlu diperdebatkan. Karena itu hanya acara seremonial saja.

“Untuk Pantai Seger, tanpa ada pemberitahuan pasti warga sekitar yang datang. Karena tempat ini sudah menjadi legenda Putri Mandalika,” kata Jayadi ditemui terpisah.

Untuk itu, pihaknya memprediksi bau nyale akan meledak tahun ini. Pasalnya, selama dua tahun terakhir, sejak 2021 hingga 2022, pengunjung Bau Nyale dibatasi dan dibatasi. Ini karena pandemi Covid-19.

“Sirkuit Mandalika dan KEK Mandalika pasti magnetnya. Itu juga faktornya,” kata Jayadi. (dss/r5)

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button