Berita Wisata

Perkebunan Glenmore, sedikit tapak Skotlandia di Jawa Timur

TEMPO.CO, Banyuwangi – Lima orang ibu sibuk bekerja di salah satu ruang produksi pabrik karet peninggalan zaman penjajahan Belanda Tempo berkunjung ke lokasi, Sabtu 31 Desember 2022. Mereka aktif di gudang produksi karet setengah jadi di Perkebunan GlenmoreKabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Perkebunan Glenmore dari pengusaha Skotlandia

Tiga dari mereka dengan hati-hati mencampurkan cairan karet ke dalam wadah persegi panjang, lalu menutupnya. Dua orang lainnya memilah bahan baku karet yang telah direndam air seluruhnya.

Perkebunan Glenmore tempat mereka bekerja berada di Desa Margomulyo, Kecamatan Glenmore, Kabupaten Banyuwangi. Perkebunan ini dibangun pada tahun 1920. Saat ini, denyut nadi karyawan perkebunan sudah tidak seaktif dulu ketika pabrik masih memproduksi karet, kopi dan coklat, hasil perkebunan warisan dari seorang pengusaha Skotlandia: Ros Taylor.

Produksi karet masih mengandalkan komponen mesin lama, salah satunya turbin buatan manusia Oleh Carl Schlieper & Co Soerabaja pada tahun 1928. Turbin ini ditenagai oleh air yang diambil dari mata air di lereng Gunung Raung melalui pipa baja. Sebelum memasang turbin, tenaga penggerak mesin pabrik menggunakan ketel uap buatan Proctor & Co dari Ruston dari Lincoln, Inggris. Saat ini ketel tersebut dijadikan monumen di depan PT Glenmore Plantation sebagai saksi bisu kejayaan pabrik tersebut.

“Karena kami beralih ke turbin, kami tidak menggunakan bahan bakar, kami hanya menggunakan air. Dari tahun 1928 sampai sekarang, mereka tidak suka membeli bahan bakar. Produk yang awalnya diolah adalah karet, kopi dan kakao. Karena situasi kakao sedang tidak terawat, kopi tinggal sedikit sekali, hanya karet saja,” kata Kepala Kantor Perkebunan PT Glenmore, Supriadi saat ditemui. TempoSabtu, 31 Desember 2022.

Simak : Inilah 5 Wisata Alam di Banyuwangi

Seorang pekerja mendemonstrasikan mesin turbin untuk pengolahan karet dan kopi di pabrik PT Glenmore Plantation yang beroperasi sejak tahun 1928. Turbin digerakkan oleh tenaga hidrolik dari pipa yang dipasang menanjak dari lereng Gunung Raung. TEMPO/ Diananta Putra Minggu

Wisata bersejarah dibuka kembali setelah pandemi

Menyadari potensi wisata sejarah pabrik ini, kata dia, pihak pengelola juga menawarkan wisata heritage bagi wisatawan yang ingin mengunjungi kebun, tempat usaha karyawan, pabrik, dan kuliner di kawasan pabrik. Menurut Supriadi, kegiatan wisata dan kuliner dapat memberikan pemasukan bagi pabrik tersebut. Namun sejak pandemi tahun 2020, manajemen telah menutup tamasya dan wisata kuliner di pabrik tersebut.

“Pariwisata akan dibuka kembali Mei 2022. Dulu wah sampai enggak cocok, gemilang. Bangun trotoar ini dengan tarif turis. Kita tarik wisatawan Rp 50.000 untuk jajan, fasilitas sekitar taman, pabrik. Turis tahu. Lebih baik di sini ada rumah tua. Mungkin kakeknya banyak bercerita tentang siapa yang bekerja di sini,” lanjut Supriadi.

Dia mengatakan wisatawan dari Belanda dan Prancis paling mungkin menggunakan fasilitas wisata peninggalan pabrik. Sebab, menurut Supriadi, wisatawan mancanegara ke sana karena ada jejaknya setelah mendengar cerita dari orang tua dan kerabatnya tentang pembangunan pabrik di Kecamatan Glenmore, Kabupaten Banyuwangi.

Adapun dalam sebulan, pihaknya mampu meraup Rp 20-25 juta untuk jasa pariwisata, sebelum ditutup akibat pandemi Covid-19. Namun, sejak dibuka kembali pada Mei 2022, kata Supriadi, recovery wisatawan baru mencapai 40% dengan pendapatan sekitar Rp 8 juta per bulan.

Pemandangan Gunung Roar mengingatkan pada Skotlandia

Mengutip dari buku Glenmore, sepenggal Eropa di tanah Jawa oleh Arif Firmansyah dan Bapak Iqbal Fardian, Perkebunan PT Glenmore sebagai cikal bakal penamaan Glenmore District. Nama kecamatan Glenmore paling kebarat-baratan dibanding 24 kecamatan lainnya di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Awalnya, Ros Taylor, seorang pengusaha Skotlandia, membeli tanah seluas 163.800 hektar melalui Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Nomor 50 tanggal 24 Februari 1909 yang ditandatangani Gubernur Jenderal Yohannes Bennedictus Van Heutz.

Keputusan Van Heutz disetujui oleh Regentschaps Gerecht (Pengadilan Negeri) Banyuwangi pada 11 Maret 1909. “Keputusan pengadilan ini juga menetapkan pembentukan Glenmore Estate sebagai perusahaan perkebunan,” tulis Arif dan Iqbal.

Ros Taylor ingin membangun identitas untuk dirinya sendiri ketika dia membeli sebidang tanah di lereng selatan Gunung Raung untuk dijadikan perkebunan. Sejauh ini, setidaknya ada 18 lokasi di beberapa negara yang menggunakan nama Glenmore, salah satunya di Indonesia.

Tak beroperasi lagi lokasi pengolahan kakao di PT Glenmore Plantation, Sabtu 31 Desember 2022. TEMPO/ Diananta Putra Minggu

“Kondisi pepohonan tropis yang rimbun, kontur perbukitan, pemandangan Gunung Raung yang indah di pagi hari, cuaca yang sejuk mengingatkan pengusaha ini pada banyak tempat di negara asalnya Skotlandia.”

Menurut Arif dan Iqbal, orang Skotlandia menyebut kawasan perbukitan itu dengan nama Glenmore. Istilah ini berasal dari Gaelic, bahasa asli Skotlandia sejak abad ke-12. Secara harfiah, Glenmore berarti great hill (lembah besar). Pengertian yang lebih luas menggambarkan suatu daerah di dataran tinggi dengan hamparan tanah yang luas dibatasi oleh perbukitan, ditambah udara yang sejuk.

Untuk mencapai titik PT Glenmore Plantation, wisatawan dapat melintasi jalan nasional di sisi selatan yang menghubungkan Kabupaten Banyuwangi – Kabupaten Jember. Setelah sampai di pertigaan jalan utama di kecamatan Glenmore, anda perlu menuju ke arah utara tepatnya Desa Margomulyo. Selain ojek, tidak ada angkutan umum menuju lokasi perkebunan.

Baca: De Tjolomadu Hadirkan Museum Sejarah Pabrik Gula

Selalu update informasi terbaru. Saksikan berita terkini dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Pembaruan Tempo.co untuk mendaftar. Pertama, Anda perlu menginstal aplikasi Telegram..

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button