Berita Wisata

Perusahaan yang cerdas dan kreatif, tentu mampu menekan angka pengangguran di Sumba Barat

Pulau Sumba adalah pulau yang indah. Kenapa aku menyebutnya cantik? Karena menurut saya pulau sumba itu indah budayanya, indah bahasanya, indah cara berbusana atau berpakaiannya yang khas, indah alamnya, dan juga indah masyarakatnya dalam perbedaan yang menyatukannya. Karena keindahan Pulau Sumba inilah yang menjadi daya tarik wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Pulau Sumba, baik wisatawan domestik maupun mancanegara.

Pulau Sumba dikenal dengan tempat wisata alamnya yang sangat menarik seperti Air Terjun Lapopu, Desa Tarung, Pantai Nihiwatu, Pantai Watu Bella, dan masih banyak tempat wisata lainnya, serta Kuda Sandelwood yang menambah pesona Sumba. Namun, keindahan setiap tempat tak pernah lepas dari berbagai masalah sosial, misalnya pengangguran.

Berbicara tentang masalah sosial pengangguran bukan lagi merupakan masalah baru dan juga khusus untuk masyarakat bahkan pemerintah, tetapi sudah menjadi masalah yang sangat besar di Indonesia. Yang lebih memprihatinkan lagi, sebagian besar pengangguran berasal dari kalangan muda yang seharusnya memiliki daya saing di usia muda tersebut serta semangat yang masih membara dalam diri mereka untuk bekerja dan juga memperoleh penghasilan.

Oleh karena itu, pemerintah Sumba Barat melakukan banyak upaya untuk mengurangi pengangguran dan pada tahun 2022, khususnya di wilayah Sumba Barat, Save the Children bekerja sama dengan Institut Stimuland sedang melaksanakan proyek pendidikan ketenagakerjaan muda atau YEE.

Sedikit saya kutip dari website resmi Sumba Barat bahwa proyek pendidikan ketenagakerjaan muda ini dilaksanakan selama 12 bulan, sesuai dengan namanya, proyek ini juga difokuskan pada anak muda usia 15 sampai 24 tahun di sekolah menengah kejuruan (SMK) dan anak-anak yang komunitas putus sekolah.

Namun upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan juga organisasi-organisasi tersebut tentunya harus dilandasi oleh keinginan yang tumbuh dalam diri kita sebagai generasi muda, karena nantinya yang membawa bangsa ini bukan lagi orang-orang yang sedang menjabat melainkan kita sendiri. menjadi orang-orang yang akan melanjutkan bangsa ini.

Hal penting yang harus kita ingat disini adalah bahwa kebutuhan hidup semakin hari semakin bertambah sesuai dengan kebutuhan zaman yang tentunya semakin berbeda dan berubah pula. Untuk memenuhi kebutuhan hidup yang berat seperti saat ini, seseorang sangat membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Namun kita juga tahu bahwa persaingan di dunia kerja sangatlah ketat karena setiap orang ingin memiliki pekerjaan yang layak yang dapat memenuhi kebutuhannya. Setiap orang berlomba-lomba untuk mendapatkan pekerjaan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup sekarang dan di masa yang akan datang. Namun bekerja dan mencari nafkah membutuhkan dorongan dari dalam diri untuk menghilangkan rasa malas yang ada atau yang lebih dikenal dengan trend masa kini di kalangan “mager” muda atau lebih tepatnya malas bergerak.

Kemalasan bergerak pada akhirnya dapat menimbulkan bibit-bibit pengangguran yang muncul dengan sendirinya, sehingga perlu dilakukan sosialisasi kesadaran akan bahaya akibat kemalasan yang dapat menimbulkan pengangguran dan akhirnya menimbulkan kemiskinan.

Salah satu penyebab utama munculnya masalah sosial pengangguran adalah kurangnya lapangan kerja yang tersedia, sedangkan angkatan kerja semakin bertambah setiap hari. Melihat konflik pengangguran yang semakin meningkat, untuk meminimalisir jumlah pengangguran, masyarakat Sumba mulai mencari jalan keluar dengan membuka lapangan kerja baru dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam dan manusia yang ada.

Salah satu caranya adalah dengan membuka kafe dan resto sebagai tempat persinggahan wisatawan saat berkunjung ke Sumba.Restoran yang buka juga kebanyakan bertemakan ciri khas Sumba, misalnya masakan khas Sumba seperti kapu patunu atau sayur kembang pisang, padapet watara, kaparak sumba, nga’a watara patau kabbe dan makanan atau desain khusus lainnya yang menunjukkan ciri khas pulau tersebut, seperti hiasan pada penggunaan berbagai kain tenun sumba dengan pola atau di sumba biasa disebut dengan “bunga”, yaitu gambar mamuli, gambar rumah adat, gambar ayam, gambar kuda dan gambar kuda, motif-motif indah lainnya.

Memang tidak jarang merancang tempat makan berupa rumah adat Sumba yaitu rumah panggung dengan atap tinggi yang menyerupai menara, tujuan dari perancangan ini adalah untuk menarik perhatian pengunjung yang datang ke tempat tersebut. . Dan yang menarik disini adalah yang bekerja di tempat makan ini berasal dari masyarakat sumba sendiri, karena untuk memasak masakan khas daerah sumba tentunya harus dimasak oleh orang yang tahu selera agar bisa memasak masakannya. makanan dan memamerkan keunikannya. Mungkin saja orang dari luar pulau juga bisa memasak dengan rasa yang sama, tapi yang jauh lebih menarik adalah apa yang orang Sumba bisa masak.

Seperti diketahui, Sumba merupakan pulau yang masih menganut kepercayaan lama, yaitu “Marapu”. Sehingga tidak hanya sebagai tempat makan, masyarakat Sumba juga dapat menikmati potensi rumah adat sebagai daya tarik wisata, seperti di kampung Tarung-Waitabar sebagai kampung tempat berlangsungnya ritual adat di Wailiang, Kota Waikabubak. Kecamatan, Kabupaten Sumba Barat.

Wanita yang tinggal di desa Tarung-Waitabar kebanyakan pandai menenun, kain yang ditenun bukan sembarang kain melainkan kain tradisional Sumba yang bisa dijual kepada pengunjung yang berkunjung ke desa Tarung. Namun tidak hanya kain tenun, biasanya juga dijual kalung anahida, anting dan gelang, kalung dengan mainan berbentuk mamuli atau golok tanduk kerbau bahkan selendang yang bisa diminta membentuk nama pembeli.

Selain itu masyarakat Sumba juga membuka rumah asesoris sebagai tempat persinggahan untuk membeli oleh-oleh khas Sumba seperti kain tenun, kalung, gelang dan juga anting-anting, baik di anahida maupun mainan tanduk kerbau yang berbentuk menarik. Rumah prop tidak hanya menjual properti, tetapi juga menyediakan photobooth dengan menyewakan properti tersebut untuk digunakan saat mengambil foto. Pengadaan kain tenun dari rumah asesoris tentunya akan bekerja sama dengan penenun atau kenalan terpilih dengan syarat atau kesepakatan tertentu untuk mensuplai stok kain tenun yang ingin dijual.

Dengan hal-hal tersebut masyarakat Sumba secara langsung mampu secara mandiri menangani kasus-kasus konflik sosial yaitu pengangguran dan masyarakat Sumba juga mampu menjadi orang pintar dengan mengelola suatu masalah menjadi peluang untuk mendapatkan penghasilan. Sebagai salah satu pemetaan kewirausahaan yang dilakukan oleh Bornstein (2004, dalam Nicholls, 2008: 14) yaitu pendidikan atau pelatihan, seperti upaya memperluas partisipasi dan mendemokratisasikan transfer pengetahuan. Jika pemetaan ini dikaitkan dengan solusi yang ada, maka ditemukan keterkaitan dimana Save the Children menjalankan proyek pendidikan ketenagakerjaan muda dan ini dilakukan untuk membekali anak muda dengan pelatihan lebih dini.

Penulis : Lidia Nora Turnato, Mahasiswa PPKn, Universitas PGRI Kanjuruhan, Malang

Komentar

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button