Berita Wisata

Pesona yang berbeda dari alam desa-desa Danau Toba

SuaraGovernment.ID – Mendengar kata Toba, pasti banyak orang membayangkan hamparan danau biru yang luas dan indah. Banyak sekali wisatawan yang berkunjung ke Toba untuk menikmati panoramanya. Namun, tahukah Anda Pesona Pesona, bahwa Toba tidak hanya menawarkan pemandangan danau yang menakjubkan?

Lantas apa saja pesona yang terdapat di alam Toba? Sebelum merincinya satu per satu, ada baiknya mengetahui persamaan atau kesamaan dari beberapa destinasi tersebut. Salah satu kekhasannya adalah keseimbangan antara tempat wisata dan ekosistem di sekitarnya. Hal ini membuktikan bahwa dengan pengelolaan yang baik, keberadaan tempat wisata tidak akan mengganggu dan merusak alam.

– Iklan –

Mari kita langsung melihat beberapa destinasi wisata desa Sibaganding, Simalungun, Lumban Silintong dan Siboruon.

Pertama, mari kita jelajahi keistimewaan panorama danau di sekitar desa Sibaganding.

– Iklan –

Bagi sebagian besar wisatawan, melihat pesona birunya permukaan Danau Toba seringkali bisa dilakukan. Namun, bagaimana dengan karunia alam yang ada di bawah permukaan Danau Toba itu sendiri? Tentu saja tidak boleh dilewatkan. Ternyata, Danau Toba memiliki kekayaan hayati yang dapat merespon pangan dari masyarakat sekitar dan meningkatkan perekonomian masyarakat setempat karena dapat dipasarkan.

Seperti yang pernah dikatakan seorang nelayan bernama Bu Elfrida. Saat mengerjakan sampan, dia berbagi cerita tentang ikan dan lobster yang dia tangkap. Di Desa Sibaganding, sebagian besar mata pencaharian masyarakat dikatakan sebagai nelayan. Per hari, setiap pemancing bisa menangkap 1-5 kg. lobster yang biasanya dijual ke restoran seafood dengan harga Rp 85.000/kg. Metode penangkapan tidak menggunakan alat yang dapat merusak lingkungan.

Menurutnya, lobster Danau Toba tidak hanya memperkaya kuliner lokal tetapi juga banyak dinikmati wisatawan.

Apalagi hamparan perkebunan kopi di Desa Simalungun juga menarik perhatian. Kopi yang dibudidayakan bukan sembarang kopi. Pak Sunggu Manik, salah satu petani kopi dan pemilik kebun kopi di desa ini, bahkan mengatakan, beberapa waktu lalu ia dan petani kopi di desanya terpilih untuk mengikuti pelatihan pengolahan kopi. Pihak-pihak yang mengadakan seminar ini juga tidak sembarangan. Mereka berasal dari perusahaan kopi internasional ternama. Petani kopi Simalungun memiliki peluang tersebut karena biji kopi arabika yang dihasilkan berkualitas tinggi. Salah satu alasannya mungkin karena pohon kopi berada di ketinggian 1000 meter.

Kopi ini dipanen seminggu sekali dengan jumlah hingga 15 kg. Biasanya pada bulan April dan Agustus atau sekitar bulan Oktober dan November. Pada akhirnya, itu tergantung pada saat hujan. Hari panen kopi biasanya hari Rabu atau Kamis. Kopi digiling pada hari Kamis dan dijemur pada hari Jumat. Kopi Sabtu dijual di pasar. Harga dalam bentuk biji sekitar Rp 11.000/kg. Kemudian jika dijual gabah sekitar Rp 30.000/kg. Produk kopi lebih menguntungkan jika dijual digiling. Kalau mau minum seperti ini harganya sekitar Rp 300.000/kg.

Areal perkebunan kopi juga terdapat di desa Siboruon. Di desa, penduduk setempat bahkan memiliki produk kopi lokal sendiri. Hal ini tentu saja menambah daftar usaha kecil menengah di desa ini. Nama kafenya adalah Otara Coffee. Di beberapa tempat di desa ini, Anda bisa melihat pemandangan biji kopi yang dijemur.

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button