Berita Wisata

Relawan ARUPA menggelar bantuan perhutanan sosial di Tulungagung

Tulungagung, Jawa Timur (ANTARA) – Sekelompok relawan penyelamat alam yang bermarkas di Yogyakarta, ARUPA, melakukan kegiatan penyadaran dan pendampingan penguatan program perhutanan sosial (SP) di Kabupaten Tulungagung bagian selatan, Jawa Timur.

“Program ini mendesak dilakukan di wilayah selatan Tulungagung, mengingat banyak lahan pertanian yang berpotensi menimbulkan bencana ekologis,” kata pengelola program ARUPA, Rabu, Agus Budi Purwanto di Tulungagung.

Inisiatif kelompok pegiat hutan ini disambut hangat oleh banyak elemen masyarakat Tulungagung, termasuk jajaran tiga pilar kepemimpinan daerah di tingkat kecamatan hingga desa-desa di sekitar hutan.

Kepala Desa Besole, Kecamatan Besuki, Suratman, mengatakan, wilayahnya selalu menjadi langganan banjir bandang, karena posisinya yang berada tepat di kaki gunung.

Tidak sekali pun, bila terjadi hujan lebat di wilayah Kabupaten Gunung Tanggung, hampir dipastikan wilayah tersebut akan tergenang air bercampur lumpur, ujarnya.

“Kami ingin mencari solusi bersama untuk mengatasi banjir ini,” kata Suratman.

Apa yang disampaikan Kepala Desa Besole mendapat dukungan dari Kapolsek Besuki, AKP I Nengah Suteja.

Ia menceritakan dampak alih fungsi hutan di kawasan selatan Tulungagung yang menyebabkan beberapa kali banjir bandang hingga merusak beberapa tempat wisata di kawasan Besuki.

“Di jalan ini ada batu-batu besar dari gunung, untuk menghilangkannya butuh waktu berhari-hari,” jelasnya.

Kepala Desa Besole, Kecamatan Besuki, Suratman.

Menurutnya, wilayahnya sering menjadi semburan banjir bandang, karena posisinya yang berada di kaki gunung.

Tidak hanya sekali, setiap kali terjadi hujan lebat di wilayah Kabupaten Gunung Tanggung, hampir dipastikan wilayah tersebut akan tergenang air bercampur lumpur.

“Kami ingin mencari solusi bersama untuk mengatasi banjir ini,” katanya.

Senada dengan itu, Kapolsek Besuki AKP I Nengah Suteja memaparkan dampak alih fungsi hutan di wilayah selatan Tulungagung.

Saat hujan deras beberapa waktu lalu, beberapa tempat wisata di kawasan Besuki mengalami kerusakan.

“Di jalan ini ada batu-batu besar dari gunung, untuk menghilangkannya butuh waktu berhari-hari,” katanya.

Menurut Agus Budi, dibutuhkan waktu hingga dua tahun untuk pemugaran tempat-tempat wisata tersebut.

Kerugian akibat bencana ini mencapai puluhan miliar rupiah.

Untuk menyelamatkan konversi hutan ini, perlu dibuat gerakan seperti Perhutanan Sosial (PS).

Hutan ini dikelola oleh masyarakat dengan tetap menjaga kelestarian hutan, sehingga perekonomian masyarakat meningkat, namun hutan tetap lestari.

Contoh sederhana pemanfaatan hutan secara sosial adalah penanaman tanaman tahunan yang produktif, seperti pohon buah-buahan.

Agus Budi mengatakan pihaknya berkomitmen untuk memperkuat program perhutanan sosial di KTH Argo Makmur Lestari.

Luarannya adalah komitmen dan dukungan semua pihak yang hadir dalam penguatan perhutanan sosial di KTH Argo Makmur Lestari, dan identifikasi peran dan kewenangan OPD dalam mendukung pengelolaan perhutanan sosial.

Untuk mencapai hal tersebut, ARuPA akan mendampingi IPHPS KTH Argo Makmur Lestari untuk tahun depan dengan tujuan “outcome” pengelolaan PS yang produktif dan berkelanjutan.

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button