Berita Wisata

Rumah Krong Bade, Rumah Adat Aceh yang Unik di Indonesia

Sejarah Krong Bade didasarkan pada kepercayaan atau kepercayaan yang telah dianut oleh orang-orang sebelumnya. Para leluhur menunjukkan bahwa rumah ini tidak hanya sebagai tempat berteduh dari hujan dan panas, tetapi juga sebagai ungkapan kepercayaan kepada Tuhan.

Oleh karena itu, pembangunan rumah adat ini selalu menggunakan berbagai jenis bahan yang terdapat di lingkungan alam. Masyarakat Aceh tahu betul bagaimana memanfaatkan alam untuk membangun hunian yang nyaman.

Berbagai pilihan kayu digunakan untuk membuat tiang, atap jerami dan papan untuk dinding. Keistimewaan dari rumah adat ini adalah meskipun terbuat dari bahan alami, rumah Krong Bade yang berbentuk seperti rumah panggung ini dapat berdiri kokoh hingga 200 tahun.

Keunikan rumah adat Aceh

1. Bahan bangunan menggunakan alam sekitar

Setiap rumah adat tentunya memiliki keunikan tersendiri. Begitu pula dengan rumah Krong Bade yang memiliki beberapa keunikan, salah satunya adalah bahan bangunannya.

Pasalnya, rumah adat ini dibangun dengan bahan atau material yang diambil dari lingkungan alam. Dalam proses pembangunannya ternyata rumah adat tersebut sama sekali tidak menggunakan paku dan hanya menggunakan tali dari daun dan ijuk akar.

2. Patung itu melambangkan status sosial

Keunikan rumah ini adalah ukiran yang tidak biasa. Pasalnya, pahatan di dalam rumah akan melambangkan status sosial keluarga.

Jika semakin banyak patung di dalam rumah, dapat dikatakan bahwa keluarga yang tinggal di rumah tersebut memiliki status sosial yang lebih tinggi.

3. Ukuran pintu yang tidak biasa

Pintu rumah Krong Bade lebih kecil dari tinggi manusia pada umumnya. Hal ini sengaja dilakukan seperti ini untuk memberikan rasa hormat yang tidak baik kepada pemilik rumah dengan cara membungkuk terlebih dahulu sebelum memasuki area rumah dan tidak membedakan status tamu yang masuk ke dalam rumah.

Fungsi setiap ruangan di rumah Krong Bade

1. Teras depan (Seuramoe-ukeu)

Bagian pertama dari rumah adalah serambi atau yang biasa disebut seuramoe-ukeu. Fungsi kamar tidur adalah menjadi tempat istirahat dan relaksasi bagi seluruh anggota keluarga. Ruangan ini juga dapat digunakan sebagai tempat resepsi atau penyambutan para tamu yang datang.

2. Teras Belakang (Seuramoe-likoot)

Bagian rumah selanjutnya adalah teras belakang. Umumnya, penduduk setempat menyebut ruangan ini dengan nama seuramoe-likoot. Teras belakang ini berfungsi sebagai dapur untuk memasak, tempat makan dan tempat berkumpul dengan seluruh anggota keluarga.

3. Rumah Utama (Rumah Inong)

Ruangan terpenting dalam rumah adat Aceh ini disebut dengan rumah induk atau rumah inong. Ruangan ini merupakan bagian tengah dalam rumah tradisional. Rumah Inong umumnya akan dicirikan memiliki lantai yang lebih tinggi dibandingkan dengan teras karena memiliki karakter yang lebih privat.

Langkah-langkah dalam pembangunan rumah adat Aceh

Aceh

1. Musyawarah

Langkah terpenting dan utama yang harus dilakukan sebelum memulai proses membangun rumah adat adalah dengan melakukan musyawarah dengan keluarga. Setelah hasil ditentukan dan mufakat tercapai, semua hasil perencanaan harus diserahkan kepada Ulama atau Teungku desa.

Setiap warga harus datang ke Ulama untuk mendapatkan banyak saran berharga untuk membangun rumah yang bisa menjadi tempat yang nyaman dan damai.

2. Pasokan bahan

Setelah menyelesaikan musyawarah bersama keluarga dan melaporkannya ke Ulama atau Tengku, langkah selanjutnya adalah memperoleh berbagai bahan untuk membangun rumah adat.

Berbagai bahan yang dibutuhkan untuk membangun rumah adat di atasnya seperti bambu, kayu, daun ilalang dan beberapa ilalang sebagai pengikat.

Proses pengadaan bahan-bahan ini akan dilakukan bekerja sama dengan masyarakat setempat. Pemilihan bahan kayu dilakukan dengan hati-hati dan hanya menggunakan kayu yang tidak terbungkus akar dan tidak akan menyebabkan kayu lain rontok jika dipotong.

3. Pemrosesan bahan

Setelah semua bahan benar-benar terkumpul, proses selanjutnya adalah mengolah bahan-bahan tersebut. Semua kayu akan dikumpulkan di tempat yang teduh dan tidak terkena hujan.

Kayu-kayu yang berbeda akan direndam terlebih dahulu agar tidak dimakan serangga dan tidak membusuk. Kemudian, kayu tersebut kemudian akan dibentuk sesuai dengan kebutuhan rumah.

Source: intrik.id

Related Articles

Back to top button