Berita Wisata

Selalu lapar sepanjang hari, pengiriman bulanan terkadang hanya Rp 300.000

Perjuangan Ezterlin Baransano, mahasiswa Uncen yang ingin masuk ke panggung ekowisata milenial

Perjuangan tanpa tantangan akan terasa hambar. Ezterlin Baransano, seorang mahasiswa Uncen yang berjuang menjadi putri ekowisata dan berjuang secara nasional. Ia juga bercita-cita menjadi seorang guru.

Laporan: Abdel Gamel Naser – Jayapura

Tubuhnya tidak terlalu tinggi dan gemuk, seperti seorang model. Namun, untuk wawasan dan intelektualitas, termasuk pemahaman lingkungan, ia tidak bisa dianggap remeh. Tata letak ini juga akhirnya dilirik dan dipandang memiliki kemampuan untuk mewakili Papua dan bertarung dengan kompetitor lain di tingkat nasional untuk menjadi Putri Ekowisata 2022.

Papua bukannya tanpa keberuntungan, mengingat pada tahun 2020, dari tangan dingin Eunike Yunita, Angel Madjar dari Papua terpilih sebagai putri ekowisata Indonesia dan membawa nama manis Papua. Kali ini putri Kabupaten Sarmi, Ezterlin Baransano, yang kembali dimanipulasi Eunike untuk mengulang kesuksesan Angel Madjar.

Ezter sendiri adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Uncen, Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris. Dan untuk mewujudkan mimpinya menjadi putri ekowisata, Ezter lebih mengandalkan kemampuan intelektualnya. Pemahamannya tentang lokasi wisata dan masalah lingkungan membedakannya. Ia memiliki karakter yang kalem dan pendiam namun memiliki sosok seorang pemimpin.

Berbeda dengan calon lain yang juga ditopang ekonomi, putri pertama pasangan ASN di Sarmi, Onesimus Baransano dan Sarlota Fiang, ini justru berjuang mencari penghasilan sampingan selama kuliah di Jayapura. Dia membuka les privat untuk mendapatkan uang tambahan. Ia kini memiliki 4 siswa dimana untuk memberikan pelajaran bahasa Inggris kepada setiap siswa, ia hanya dibayar Rp 25 ribu.

Selama di Jayapura, Ezter mengaku harus berjuang lebih keras. Orang tuanya hanya karyawan dan harus menghidupi 6 anak. Pastinya banyak suka dan duka yang dirasakan. “Dari kecil sampai SMA, saya selalu tinggal bersama orang tua, tahun 2018 saya kuliah dan tinggal sendiri di Jayapura. Selama kuliah, saya mengalami banyak pasang surut, mulai dari kekurangan makanan, keterlambatan melahirkan, hingga tunggakan uang pensiun selama berbulan-bulan. ,” kata Ezter kepada Cenderawasih Pos, Minggu (23/10).

Dia menceritakan kepada saya bahwa dalam sebulan, dia hanya menerima dana maksimal Rp 1 juta. Kadang hanya Rp 500.000 atau lebih sering hanya Rp 300.000. Sedangkan biaya bulanan Rp 550 ribu/bulan. Akibatnya, ia sering menunggak uang pensiun. Masalah menahan lapar bagi Ezter bukanlah hal baru. Ia sering kekurangan makanan dan harus menahan lapar seharian sampai ada yang mengajaknya makan.

“Komunitas sudah menjadi rumah kedua bagi saya, tempat saya bisa belajar, membentuk karakter saya, saya mengenal banyak orang baik di sana dan seringkali saya banyak mendapat bantuan dari mereka, mulai dari bantuan moral dan materi. Saya bersyukur, sampai saat ini Tuhan selalu menolong saya dengan dikelilingi oleh orang-orang baik yang selalu membantu saya,” tutur gadis kelahiran 2000 tersebut.

Ezter sendiri kini menjadi anggota komunitas Rumah Mangrove Jayapura dan sering bertanggung jawab menyediakan bahan lingkungan. “Selain itu, saya sedang mencari sedikit pekerjaan sebagai tutor, dan hasilnya bisa sedikit membantu saya untuk menghidupi diri sendiri,” tambahnya. Diakuinya tidak mudah tinggal di luar negeri dengan kiriman uang 300.000 rupee per bulan, tapi untungnya dia punya teman yang kadang membantunya.

“Kadang tidak ada beras dan tidak ada uang untuk membeli sayur. Tidak ada solusi, setidaknya makan sekali atau sarapan sampai keesokan harinya. Kadang-kadang mereka juga dikenakan pensiun, tapi saya hanya mengatakan bahwa orang tua belum mengirimkannya, ”katanya.

Dia bahkan pernah meminjam uang dari seorang teman untuk makan, tetapi uang itu dikembalikan kepadanya setelah ada pesan dari orang tuanya. “Dari pagi saya tidak makan, nanti jam 7 malam saya ditelepon oleh teman saya dan suruh makan,” kenang gadis yang juga gemar bermain teater itu.

Kemudian, terkait upayanya untuk mengikuti pemilihan Puteri Ekowisata 2022, ia dikatakan tidak memiliki apa-apa selain modal semangat dan wawasan. Soal ekonomi, dia lebih suka mengalah. Ia sendiri sudah bertemu dengan sejumlah pejabat di Jayapura untuk meminta bantuan, namun sejauh ini baru satu yang membantu.

Ezter mengaku sudah berusaha meminta bantuan ke Dinas Pariwisata Provinsi, namun diminta hadir di hadapan Sekda Papua. “Sudah direncanakan 3 kali tapi Sekda tetap keluar. Kemudian Dispar Kota, Dinas Kehutanan, PDAM Jayapura dan Korem 172/PWY tapi sepertinya masih harus lebih banyak upaya karena lebih banyak dukungan moralnya,” kata Ezter. .

Beruntung ia sempat bertemu dengan Presiden DPRP, Jhony Banua Rouw dan di sana ia bisa mendapatkan dukungan. “Alhamdulillah saya bertemu dengan presiden DPRP, beliau sempat membantu dan kami langsung menggugatnya untuk keperluan proses karantina, editing video dan foto, kostum, sepatu dan lain-lain”, tambahnya.

Untuk berpeluang menjadi juara, menurut Ezter, setiap orang punya kesempatan. Meski hanya dia yang mewakili Papua, Ezter bersyukur karena jajak pendapat di media sosialnya tinggi. Dari 15 peserta perempuan dan 14 peserta laki-laki, ia sudah menempati posisi kedua secara nasional dan kini mendekati masa karantina, ia berada di posisi 5 besar. Adapun partai final besar akan digelar di Dharma Negara Alaya, Kota Denpasar, Bali pada 19 November 2022. Ezter sendiri dalam adegan ini ingin membawa pesan tentang Taman Wisata Alam Teluk Youtefa (TWA) yang memiliki banyak keunikan. Fitur.

“Karena saya banyak belajar di Mangrove House, saya ingin membawa pesan lingkungan ini tentang mangrove. Di TWA ini ada hutan mangrove, ada hutan wanita, ada makam adat, peninggalan Perang Dunia II termasuk pemerintahan pertama di Jayapura. Saya berharap dari semua perjuangan ini kita masih bisa mendapat tanda-tanda kejutan ketika kita dikarantina nanti. Atas nama Jayapura dan Papua,” tutupnya.

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button