Berita Wisata

Setelah pandemi, industri perhotelan belum sepenuhnya pulih

KOMPAS.com – Penutupan Bali selama 2,5 tahun akibat pandemi Covid-19 membuat pelaku industri pariwisata khususnya hotel menderita.

Managing Director BVR Group Asia Dian Desiana mengatakan tahun 2019 merupakan puncak kunjungan wisatawan mancanegara ke Pulau Dewata dan tingkat hunian vila yang dikelolanya mencapai 97%.

Sebagai warga Bali, Dian mengaku sulit memanfaatkan pariwisata lokal yang banyak wisatawannya.

Baca Juga: 6 Pantai di Bali Barat Yang Indah dan Jarang Dikunjungi

Namun, keadaan berubah sebaliknya ketika memasuki pandemi Covid-19 di tahun 2020.

“Bali Amore di tahun 2019 adalah sejauh tahun ini Okupansi 97% jadi bingung mau renovasi villa. Tiba-tiba 2020 benar-benar menyebalkan, tidak ada tamu sama sekali,” kata Dian saat diskusi panel dengan “Traveloka’s Participation in the G20 Tourism Working Group” di Bali, Selasa (27/9/ 2022).

Tahun 2020 hingga 2021 akan menjadi waktu yang pahit bagi pariwisata di Bali. Bali Amore juga harus menutup total sejumlah vilanya selama dua bulan, yakni Maret dan April 2020.

Baca juga: 6 Tempat Melihat Sunset di Bali, Salah Satu yang Terbaik di Dunia

Ia mencontohkan, karena sangat kesepian, ia pernah menyetir sendiri di tol Bali Mandira. Tidak ada mobil lain.

“Saya tidak pernah mengira saya dalam keadaan seperti itu,” kata Dian.

Buka hanya dua dari 20 vila

Sebanyak 20 vila di Bali Amore akan ditutup penuh pada Maret dan April 2020.

Namun, pada bulan berikutnya, Dian memutuskan untuk membuka dua vila karena biaya perawatan yang tinggi.

“Setelah dua bulan penutupan, siapa yang mampu mempertahankan arus kasdia dengan villa yang tidak terbuka? Itu sangat sulit dan kami memutuskan untuk membuka. Saat itu saya hanya membuka dua villa karena kalau tidak saya buka itu villa Biaya operasionaltergolong tinggi,” tambahnya.

Baca Juga: 5 Tempat Wisata Dekat Kebun Raya Bali

Untuk pulih seperti sekarang ini, pihaknya telah melakukan berbagai upaya, termasuk mengikuti program tersebut penjualan kilat Voyageoka. Juga berkontribusi pada munculnya tren tinggal saat ini.

“Saya mengikuti program Traveloka seperti penjualan kilatkarena tentunya Traveloka (sebagai industri dalam ekosistem pariwisata) yang paling tahu wisatawan-miliknya. Kalau saya, dengan ketidakpastian Covid-19, dari mana saya tahu?” katanya.

Dian mengaku tidak menyangka akan muncul tren tinggal yang sangat membantu pergerakan pendudukan villa.

“Aku tidak menyangka, ternyata tinggal itu, banyak orang Bali sendiri yang mau tinggal di hotel,” tambahnya.

Baca juga: Pertemuan Menteri Pariwisata G20 Sepakati 5 Poin Pedoman Bali

Di tengah ketidakpastian pandemi Covid-19, pihaknya juga hanya penganggaran dan Laporan kegiatan setiap tiga bulan.

“Kami juga tidak pernah melakukan anggaran langsung selama setahun karena siapa yang tahu seperti apa tahun depan. Akhirnya setiap tiga bulan kami bersama. manajer pasarTraveloka-nya, Laporan kegiatanlihat bagaimana kelanjutannya,” kata Dian.

Source: travel.kompas.com

Related Articles

Back to top button