Berita Wisata

Setelah Ukraina, Rusia memicu konflik dengan Jepang, hubungan semakin intensif

TOKYO (RIAUPOS.CO) — Hubungan Rusia-Jepang memanas. Itu terjadi setelah Kremlin mengerahkan sistem rudal pertahanan pesisir di Kepulauan Kuril utara. Daerah ini telah menjadi subyek perselisihan antara pemerintah Jepang dan Rusia.

Wilayah ini membentang 1.300 kilometer timur laut Hokkaido, Jepang hingga Semenanjung Kamchatka Rusia, yang memisahkan Laut Okhotsk dari Samudra Pasifik Utara.

Yamaha Alfa Scorpio

“Unit tempur sistem rudal pantai Bastion dari Armada Pasifik telah dikerahkan dan beroperasi di daerah Kuril utara Pulau Paramushir,” kata Kementerian Pertahanan Rusia dalam sebuah pernyataan. waktu Eurasia.

Mereka menambahkan bahwa petugas rudal pesisir dari Armada Pasifik akan bersiaga untuk mengontrol perairan teritorial dan wilayah selat yang berdekatan. Kamp militer yang didirikan di Paramushir dilengkapi dengan fasilitas akomodasi, rekreasi, dan katering untuk personel sepanjang tahun.

Di sisi lain, Jepang mengklaim Kepulauan Kuril Selatan dikuasai Rusia. Mereka menyebutnya wilayah utara. Sengketa teritorial muncul pada akhir Perang Dunia II (PD II) ketika pasukan Soviet merebut daerah itu dari Jepang.

Kesepakatan damai dan proyek ekonomi bersama yang terkait dengan Kepulauan Kuril telah disepakati. Namun, Rusia menarik diri dari perjanjian tersebut karena Jepang ikut serta dalam pengenaan sanksi akibat invasi ke Ukraina.

Desember lalu, Rusia juga mengerahkan sistem K-300P Bastion-P ke Pulau Matua di Kepulauan Kuril. Peralatan sistem senjata utama sekarang mirip dengan Pulau Paramushir. Ini adalah sistem rudal mematikan yang dapat menyerang berbagai kapal di permukaan. Dari kelompok kapal perang, kapal induk, konvoi, kapal pendarat. CNN mengatakan sistem Bastion Rusia memiliki rudal yang mampu menembak dalam radius 500 kilometer.

Bastion juga dikenal sebagai SSC-5 Stooge. Ia menggunakan rudal jelajah anti-kapal supersonik P-800 Oniks. Rudal itu juga digunakan di kapal perang dan kapal selam dan diberi nama SS-N-26 Strobile di negara-negara Barat.

Rusia kerap mengerahkan sistem Bastion untuk mengamankan wilayah yang dikuasainya. Misalnya, brigade militer yang dikerahkan di Sevastopol di semenanjung Krimea juga dilengkapi dengan sistem misil Bastion. Rusia juga telah memasang alutsista di Kutub Utara. Tujuannya adalah untuk melindungi garis pantai Arktik yang luas, sumber daya mineral dan energinya, serta perairan teritorialnya.

Kepala Sekretaris Kabinet Jepang, Hirokazu Matsuno, mengatakan dia akan memantau dengan cermat aktivitas militer Rusia. Menurutnya, aktivitas militer Kremlin memang meningkat di Timur Jauh dengan invasi ke Ukraina.

Sementara itu, Pusat Studi Strategis dan Internasional yang berbasis di Washington mengungkapkan pada bulan September bahwa militerisasi Moskow di Kepulauan Kuril sebagian besar tidak diperhatikan. Ini karena publik fokus pada serangan mereka ke Ukraina. Keputusan Rusia di Kepulauan Kuril akan berperan dalam hubungan Jepang-Rusia di masa depan. “Jepang dan Amerika Serikat harus memperdalam konsultasi mereka mengenai kegiatan Rusia di kawasan itu,” kata laporan itu.

Di sisi lain, Kremlin sekali lagi menjadikan infrastruktur energi Ukraina sebagai target. Serangan pada Senin (5/12) merusak jaringan listrik yang baru saja diperbaiki. Empat orang tewas dalam serangan itu. Pemerintah Ukraina terpaksa melakukan penutupan darurat untuk menstabilkan jaringan.

Banyak daerah yang terkena dampak. Terutama ibu kota Ukraina, Kyiv. Separuh kota akan mati listrik dalam beberapa hari ke depan. Padahal, saat ini adalah puncak musim dingin. Serangan terhadap infrastruktur kritis juga terjadi di dekat Zaporizhzhia.

Sumber: Jawapos.com

Penerbit: Edward Yaman

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button