Berita Wisata

Sinergi BIG-KKP siapkan neraca laut nasional

Jumat, 14 Oktober 2022 | 22:28 WIB

| Penulis:

Penerbit: Taofiq Raoufi

Jakarta, InfoPublik- Badan Informasi Geospasial (BIG) bersinergi dengan Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memetakan perimbangan sumber daya pesisir dan laut di 10 wilayah Kawasan Konservasi Perairan Nasional. Kegiatan ini akan dilakukan secara bertahap hingga tahun 2024.

Demikian siaran pers BIG yang diterima InfoPublik, Jumat (14/10/2022) di Jakarta.

Kegiatan dilakukan sebagai bagian dari persiapan akun laut sumber daya alam pesisir dan laut nasional. Untuk mendukung kegiatan tersebut, BIG Spatial Mapping and Atlas Center (PPTRA) melakukan survei penyusunan informasi geospasial (GI) keseimbangan spasial tematik sumber daya alam pesisir dan laut di taman wisata air ( TWP) Kepulauan Raja Ampat dan Kepulauan Waigeo Barat dari 10 hingga 21 Oktober 2022.

Akun laut adalah kumpulan informasi yang terstruktur, konsisten dan dapat diperbandingkan terkait dengan lingkungan laut dan pesisir, termasuk kondisi sosial dan kegiatan ekonomi.

Fungsi dari akun laut adalah untuk menyediakan struktur yang koheren untuk menstandarisasi data yang tersebar untuk menghasilkan indikator terintegrasi yang andal untuk tujuan kebijakan.

Aktivitas akun laut Ini merupakan kegiatan bersama antar kementerian/lembaga yang dikoordinasikan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan mulai tahun 2021.

“Ada tujuh tahap dalam kerangka akun laut. BIG berperan pada tahap pertama yaitu kegiatan aset laut. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana sumber daya alam pesisir dan laut yang memiliki nilai dan yang dalam berbagai situasi dapat berkontribusi pada proses produksi. Dalam hal ini, pemetaan keseimbangan sumber daya laut dan pesisir dilakukan dengan objek terumbu karang, lamun dan mangrove,” kata pengelola kegiatan Tim Kerja Tematik IG untuk Perimbangan Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut Tahun 2022 PPTRA BIG , Rahmatia Susanti.

Tata ruang penting dalam akun laut Hal ini karena perhitungan ekosistem memerlukan pemahaman tentang luasan ekosistem dan kondisinya. Ekosistem menyediakan barang dan jasa yang berkontribusi pada aktivitas ekonomi manusia.

Jasa ekonomi bergantung pada lokasi, hubungan antara ekosistem dan pengguna jasa (misalnya perlindungan pantai, pariwisata). Kemudian, menghubungkan data lingkungan dengan data ekonomi dan sosial dapat dilakukan secara spasial. Oleh karena itu, informasi spasial menjadi elemen penting untuk persiapan data akun laut Nasional.

Kegiatan survei penyusunan neraca tematik spasial IG sumber daya alam pesisir dan laut di TWP Kepulauan Raja Ampat dan Kepulauan Waigeo Barat dilakukan dalam beberapa tahap. Langkah pertama adalah langkah persiapan data.

Data utama diambil dari citra penginderaan jauh dengan dua tahun yang berbeda. BIG menggunakan data dari pengelola data terumbu karang yaitu Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan data mangrove dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Hasil interpretasi citra tahun lalu akan menjadi draft peta pertanggungjawaban yang akan dibawa ke lapangan untuk validasi.

“Kemudian ketika kita di lapangan, kita siapkan dari peta titik-titik sampling yang akan diperiksa di lapangan. Dari hasil titik-titik sampling itu kita konsultasikan dulu dengan teman-teman TWP atau daerah yang akan kita tuju karena memang mungkinkah titik-titik ini telah menjadi pengawasan mereka atau mereka. Jika itu sebuah titik pengawasanlalu titik contoh kita akan beralih ke poin lain. lebih banyak poin contoh informasi geospasial yang dihasilkan akan lebih akurat,” kata Rahmatia.

Untuk kegiatan survei penyusunan IG tematik SDA pesisir dan laut di Kepulauan Raja Ampat dan TWP Kepulauan Waigeo Barat, ada sekitar 300 poin yang divalidasi oleh tim BIG.

Kegiatan survei terutama dilakukan di perairan dangkal, sehingga diperlukan dokumentasi melalui kegiatan survei. snorkeling dan menyelam di beberapa titik survei.

Rancangan peta pertanggungjawaban yang dihasilkan dari hasil validasi akan diinterpretasikan kembali dan diuji keakuratannya, untuk kemudian menghasilkan peta pertanggungjawaban. Peta kewajiban ini akan menjadi dasar untuk menginterpretasikan gambaran tahun awal dan menghasilkan peta aset.

Peta aset tersebut kemudian akan di-overlay pada peta kewajiban untuk menghasilkan peta neraca sumber daya alam laut.

Informasi geospasial ini selanjutnya akan digunakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), KKP dan Kementerian Keuangan untuk menghitung valuasi ekonomi kawasan sumber daya alam di wilayah tersebut.

Jika tidak, akun laut harus digunakan untuk menentukan zonasi badan air. (LR/MN)

Anda dapat memposting ulang, menulis ulang, dan/atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumbernya. infopublic.id

Source: www.infopublik.id

Related Articles

Back to top button