Berita Wisata

Taman Ham Tebiu Liwa menjadi tempat favorit

Taman Ham Tebiu Liwa menjadi tempat favorit
Pengunjung melihat kolam ikan di Taman Tebiu Ham, Kota Liwa, Lampung Barat pada Selasa sore, 10 Januari 2023. Lampost.co/Eliyah

Liwa (Lampost.co): Selasa, 10 Januari 2023 sore, sekitar pukul 17.30, langit masih tampak cerah meski malam mulai turun. Lalu lintas di jalan Liwa-Ranau, tepatnya di sekitar Taman Ham Tebiu, Kota Liwa, Lampung Barat, selalu terlihat padat.

Beberapa sepeda motor dan mobil terlihat diparkir di pinggir jalan. Para penumpang sengaja berhenti hanya untuk menikmati sejuknya hembusan angin di sekitar destinasi wisata alam Taman Ham Tebiu yang merupakan ibu kota Liwa.

Taman ini merupakan salah satu tempat favorit warga Lambar untuk berjalan-jalan sore dan bersantai saat liburan tiba.

Setibanya di lokasi, pengunjung terlihat duduk sambil menikmati aneka jajanan yang disediakan para pedagang yang mangkal di sekitar tempat ini.

Baca juga : Sebanyak 145 bank sampah dioptimalkan untuk mengurangi sampah plastik

Sejumlah pengunjung terlihat duduk santai di pinggir jalan, ada yang menikmati indahnya panorama kolam dan ada pula yang memberi makan ikan. Namun ada juga yang mengelilingi kolam renang dengan jalan setapak yang sudah ditata, ada juga yang hanya berswafoto.

Sejak tempat itu diubah menjadi taman kota, banyak penduduk setempat kini menghabiskan waktu luang mereka di sana setiap akhir pekan.

Bahkan kini setiap sore tempat tersebut menjadi tempat berkumpulnya sejumlah warga untuk sekedar menghabiskan sore hari, tidak hanya anak-anak tetapi juga tua dan muda tampak datang silih berganti dari tempat ini.

Saat ini, sedikit pengunjung yang mengetahui sejarah terbentuknya Taman Ham Tebiu. Pasalnya, tampilan saat ini sangat berbeda dengan belasan tahun lalu.

Lokasinya disebut Taman Ham Tebiu, diambil dari nama Ham yang artinya kolam dan Tebiu adalah nama tanaman sejenis tebu yang banyak terdapat di mata air kolam.

Kolam renang ini merupakan peninggalan Belanda pada masa perang ketika itu dengan bangunan yang kini menjadi wisma tamu Sinda Lapai. Dimana pada saat itu kolam tersebut didesain sebagai sumber air bersih, tempat hiburan dan tempat pemandian bagi masyarakat Belanda yang tinggal di gedung yang dibangunnya yang saat ini bernama Wisma Sinda Lapai.

Setelah perang berakhir, kolam tersebut digunakan oleh masyarakat Liwa sebagai sumber air minum dan tempat pemandian umum. Namun setelah gempa tahun 1994, kolam tersebut jarang digunakan.

Alhasil, penampakan di sekitar kolam terlihat seram karena tidak terawat dan area di sekitarnya ditumbuhi semak-semak sehingga banyak orang yang ketakutan saat melewati tempat ini pada malam hari.

Memang pada saat gempa, kolam tersebut digunakan sebagai tempat mandi dan berkabung bagi ratusan jenazah korban gempa Liwa yang terjadi pada tahun 1994.

Ririn, salah satu pengunjung Taman Ham Tebiu di Tanjungraya, Kecamatan Sukau, mengaku setiap akhir pekan ia membawa anak-anaknya berkunjung ke taman tersebut hanya untuk hiburan.

“Kami suka ke taman ini untuk menghibur diri dengan memberi makan ikan. Padahal di atas ada Kebun Raya Liwa, kami anak-anak jarang ke sana,” ujarnya.

Sementara itu, Emi, salah satu pedagang yang nongkrong di lokasi Taman Ham Tebiu mengaku ramai pada hari Sabtu dan Minggu. Pada hari kerja masih banyak pengunjung tetapi tidak seramai pada akhir pekan.

EDITOR

Adi Sunaryo

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button