Berita Wisata

Ungkap legenda Malin Kundang yang terkutuk batu

Merdeka.com – Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar) memiliki beragam objek wisata mulai dari tema religi, sejarah hingga cerita rakyat seperti batu Malin Kundang. Batu ini terletak di Pantai Air Manis di kota Padang, Sumatera Barat.

Perjalanan menuju Pantai Air Manis dapat ditempuh dengan sepeda motor. Dari jembatan Siti Nurbaya, perjalanan memakan waktu sekitar 20 menit. Sepanjang jalan, wisatawan akan disuguhi pemandangan perbukitan hijau dan juga pesona tepi laut.

taboola tengah artikel

Dari pintu masuk Pantai Air Manis, perjalanan dilanjutkan sekitar 300 meter menuju Batu Malin Kundang. Sesampainya di TKP, terdapat sebuah batu mirip bangkai kapal dengan alat-alatnya, salah satunya adalah tali kapal, dan seorang laki-laki bernama Malin Kundang sedang tertelungkup.

Di sekitar lokasi banyak berjejer kios-kios souvenir. Wisatawan bisa menemukan pernak-pernik Pantai Air Manis Padang mulai dari topi, baju hingga gantungan kunci. Selain itu, ada juga tempat kuliner.

Tempat wisata bernuansa dongeng yang begitu lekat dengan masyarakat Minang ini justru melegakan. Ini bukanlah kejadian yang sebenarnya terjadi di Kerajaan Minang.

Singkat cerita, Malin Kundang adalah cerita rakyat Sumatera Barat yang menceritakan tentang seorang anak yang durhaka kepada orang tuanya dan dikutuk menjadi batu. Malin Kundang adalah anak tunggal yang tinggal bersama ibunya di Pantai Air Manis, dari keluarga miskin.

Kemudian saat remaja Malin ingin mengubah hidupnya dan berpikir out of the box. kemiskinan, memutuskan untuk mengembara. Berkat keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, ia mampu menjadi saudagar kaya bahkan menikah.

Bertahun-tahun kemudian, Malin Kundang membawa istrinya berlayar dan mengompol di tanah kelahirannya hingga sang ibu melihat anaknya pulang dengan tampang berbeda. Kemudian dia mendekati dan membuat marah Malin. Malin tidak mau mengakui wanita tua itu sebagai ibunya karena terlihat lusuh dan kotor.

Mendapat perlakuan tersebut dari anaknya, ibu Malin marah dan mengutuk anaknya menjadi batu. Namun Malin tidak mengindahkan sumpah tersebut, sehingga datanglah badai dahsyat yang menghancurkan kapalnya, kemudian tubuhnya menjadi kaku dan akhirnya berubah menjadi batu.

2 dari 5 halaman

Relief batu Malin Kundang dianggap menipu

Konstruksi relief Batu Malin Kundang yang bersumber dari legenda rakyat banyak dikritik oleh para ahli sejarah. Yulizal Yunus, ahli sejarah dan ulama Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang, mengatakan Malin Kundang dikutuk menjadi batu karena durhakanya kepada ibunya bukan sekedar legenda, bukan kisah nyata.

Menurutnya, legenda emboss adalah sesuatu yang merusak situs itu sendiri hingga menyesatkan generasi berikutnya.

“Itu namanya legenda, tidak perlu dihidupkan. Legenda itu bisa dilihat dari nilai yang bisa dipelajari. Sebagai seorang anak, jangan durhaka pada ibumu,” kata Yulizal saat diwawancarai merdeka. .com di kampus UIN IB Padang, Kamis (1/12).

Ia melanjutkan, meski cerita yang beredar di masyarakat bahwa Batu Malin Kundang hanyalah legenda, namun bisa jadi pendapat masyarakat berubah ketika melihat langsung relief Batu Malin Kundang di pantai dari Air Manis.

“Ketika masyarakat melihat relief ini secara langsung, orang bisa memahami dua hal. Yang pertama hanya legenda, dan yang kedua seolah-olah kejadian nyata. Keberadaan relief ini bisa menyesatkan masyarakat,” jelasnya.

3 dari 5 halaman

Respon Warisan Budaya Nasional

Anggota tim nasional ahli cagar budaya, Surya Helmi (69) mengatakan, cerita Malin Kundang merupakan legenda di pantai Air Manis yang belum diketahui pengarangnya, dengan tujuan mendidik anak agar tidak durhaka kepada orang tua. Namun, saat itu, pemerintah setempat memiliki kebijakan untuk memandang legenda tersebut seolah-olah benar-benar tentang kejadian yang sama.

Lanjutnya, relief Batu Malin Kundang dibuat sebelum tahun 90-an yang dipahat di atas batu tersebut. Bentuk lahan ini dipandang menyesatkan sejarah dan generasi penerus serta merusak lingkungan.

“Legenda yang divisualisasikan ini bisa menipu generasi berikutnya, apalagi 100 sampai 200 tahun kemudian ceritanya menjadi kabur. Ini adalah legenda yang masih perlu dilihat sebagai legenda. Ketika saya menjadi pembicara di barat Sumatera ketika saya berada di 30-an, saya mengkritisi pemerintah terkait bantuan ini, tapi bisa saja bantuan sudah ada,” ujarnya saat dihubungi merdeka.com.

“Nanti orang-orang menganggap Malin Kundang benar-benar ada, padahal dia hanya buatan manusia. Generasi penerus mungkin sesat, sekarang saya yakin ada orang yang menganggap demikian. Itu kejadian nyata,” katanya.

4 dari 5 halaman

Tanggapan dari wisatawan

Salah satu wisatawan asal Bogor, Provinsi Jawa Barat, Guntur Eko, mengatakan objek wisata Batu Malin Kundang bagus untuk mendidik anak agar tidak durhaka kepada orang tua.

“Legenda yang bagus, terutama untuk mendidik anak. Menurut tulisan yang pernah saya baca, Malin Kundang dikutuk ibunya menjadi batu karena durhaka kepada orang tuanya,” ujarnya kepada merdeka.com saat itu juga.

Ia melanjutkan, ini merupakan daya tarik wisata yang positif untuk generasi yang akan datang, dan harus dijaga, baik kebersihan maupun tata letak situsnya. “Kebersihan di sekitar pantai dan Batu Malin Kundang cukup baik, namun perlu perbaikan,” harapnya.

5 dari 5 halaman

Dinamakan Wisata Favorit di Kota Padang

Batu Malin Kundang di Pantai Air Manis dinobatkan sebagai tujuan wisata favorit. Batu Malin Kundang banyak dikunjungi wisatawan, baik dari luar daerah maupun dari luar negeri.

Hal itu dibenarkan oleh Pengelola Atraksi dan Destinasi Wisata Dinas Pariwisata Kota Padang, Diko Riva Utama. Menurutnya, hingga Oktober 2022 sudah 1.120.000 orang mengunjungi Batu Malin Kundang.

Lanjutnya, kunjungan meningkat dari tahun sebelumnya. Pemerintah kota dan masyarakat pesisir juga terus berbenah untuk memberikan pelayanan wisata yang lebih baik.

“Tahun 2021 tercatat ada 1.002.270 kunjungan wisatawan, 2022 itu hitungan yang tidak melebihi kunjungan Desember 2021. Mudah-mudahan akhir tahun semakin meningkat. rescue for,” ujarnya kepada merdeka.com, Kamis (1/11). (mdk/tongkol)

Baca juga :
Kehalusan pulpen Buya Hamka
1 Desember 1956: Mohammad Hatta resmi mengundurkan diri sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia
Sebelumnya, dia memiliki tunggakan uang untuk membangun sekolah, dan sekarang menjadi mayor jenderal Tentara Nasional Indonesia.
Kedaulatan Irian Barat tak dibahas di Swiss, Menteri Sosial Sudibjo memilih mundur
Potret sebuah makam dari zaman Majapahit, batu nisan bertuliskan kata tauhid ‘La Ilaha Illallah’
Kisah Kastaf TNI AD dituturkan saat mengendarai sepeda motor di Jl Malioboro

TOPIK TERKAIT

Setelah

taboola di bawah artikel

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button