Berita Wisata

Walikota Rahma bertekad mengembangkan wisata alam Laut Tanjungpinang

BR. TANJUNGPINANG – Walikota Tanjungpinang Rahma bertekad untuk meningkatkan potensi alam Laut Tanjungpinang yang selama ini belum terjamah, salah satunya wisata di kawasan hutan mangrove.

Melalui kegiatan wisata ini, menurut Rahma, juga mencatat tradisi kehidupan masyarakat di kampung nelayan seperti permainan rakyat, olahraga air, seni, sejarah dan budaya melayu yang kental dengan budaya bahari.

“Pemkot Tanjungpinang bersama kampus Umrah akan mengembangkan Desa Madong dan Desa Sungai Nyirih menjadi kawasan wisata Desa Ikan Madong Sungai Nyirih,” katanya.

Untuk itu, ia mengharapkan dukungan dari Menteri Kelautan dan Perikanan dalam mewujudkan cita-cita tersebut dan khususnya masyarakat nelayan Kota Tanjungpinang.

Walikota Rahma menjelaskan, Tanjungpinang memiliki 21 desa nelayan yang tersebar di sepanjang pantai kota ini.

Desa-desa ini dihuni oleh masyarakat nelayan dengan kondisi daya jelajah hasil tangkapan yang sangat terbatas. Belum menguasai teknologi, dan tertahan oleh manajemen permodalan dan perusahaan.

“Masalah lain dari peningkatan hasil tangkapan adalah kendala cuaca pada musim-musim tertentu membuat nelayan tidak bisa bekerja maksimal,” katanya.

Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia (RI), Sakti Wahyu Trenggono saat melakukan kunjungan kerja ke kota Tanjungpinang, tepatnya desa Madong, desa desa Bugis dalam bagian dari gerakan nasional bulan cinta laut dengan tema laut sehat, ikan berkelanjutan, nelayan sejahtera.

Trenggono mengatakan pelataran depan Kepulauan Riau adalah laut dan sumber utamanya juga dari laut, sehingga diperlukan kebijakan jangka panjang untuk kemaslahatan umat manusia.

“Pertama, perluasan kawasan konservasi tertutup dan ini harus didukung oleh pemerintah daerah,” kata Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.

Menteri mengatakan, kita membagi Indonesia menjadi enam zona. Kepulauan Riau merupakan zona satu, wilayahnya meluas hingga Laut Natuna yang berbatasan dengan Laut Cina Selatan.

Untuk masing-masing daerah kita rancang daerah yang tidak boleh diganggu, daerah yang tidak boleh dilintasi kapal, daerah yang tidak boleh menangkap ikan dan sebagainya yang kita sebut konservasi tertutup.

“Ada tiga keuntungan yang bisa kita dapatkan, pertama bisa menghasilkan oksigen, kedua penyerapan karbon lebih tinggi dari hutan darat, dan ketiga tempat budidaya ikan”, tutupnya.

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button