Berita Wisata

Wisata Jakarta: Museum Prasasti Taman di Tanah Abang adalah TPU modern pertama di dunia

WARTAKOTALIVE.COM, TANAH ABANG – Wisata Jakarta kali ini Wartakotalivecom menjelajahi Museum Taman Prasasti yang merupakan bangunan cagar budaya berkonsep terbuka (eksterior).

Di dalamnya terdapat ribuan makam bangsawan Belanda dan warga negara asing lainnya yang meninggal di Batavia.

Makam-makam itu bergaya kolonial, neo-getik, dan Hindu Jawa.

Terletak di sebelah kantor Walikota Administrasi Jakarta Pusat, Jalan Tanah Abang I, Petejo Selatan, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat, gedung ini merupakan aset bersejarah yang sudah ada sejak abad ke-17.

Sedangkan bangunan utama dibangun pada tahun 1844.

Yudi, 33 tahun, seorang pemandu wisata di Museum Prasasti, mengatakan pada awalnya taman ini adalah sebuah pemakaman umum bernama Kebon Jahe Kober dan memiliki luas 5,5 hektar.

“Tempat ini awalnya merupakan pemakaman khusus warga negara asing yang tinggal di Batavia. Awalnya bernama TPU Kebon Jahe Kober dan mulai digunakan pada 28 September 1795,” kata Yudi saat ditemui di sana. , Sabtu (14/10/2022) .

Baca juga: Kemeriahan Seni Tari Debus dan Rampak Bedug di Museum Rumusan Naskah Proklamasi

Pria berbaju putih itu juga menambahkan bahwa Museum Prasasti Taman merupakan TPU modern pertama di dunia.

“Tempat ini juga merupakan pemakaman umum terbesar pada masanya, dan berlangsung hingga tahun 1974,” kata Yudi.

Kunjungan dari Jakarta ke Museum Taman Prasasti di Tanah Abang.  Foto Minggu (16/10/2022)Kunjungan dari Jakarta ke Museum Taman Prasasti di Tanah Abang. Foto Minggu (16/10/2022) (Wartakotalive/Nuri Yatul Hikmah)

Yudi menjelaskan, akhir dari TPU Kebon Jahe Kober saat diresmikan menjadi milik Pemprov DKI Jakarta.

Ia menambahkan, saat itu seluruh jenazah sudah dievakuasi dan dipindahkan ke Taman Kusir, Pantai Pulo, dan sebagian sudah dibawa ke Belanda.

Sedangkan batu nisan, ditata ulang dan ditata sedemikian rupa.

Tempat itu diubah menjadi museum prasasti dan diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin pada 9 Juli 1977.

Namun, kata Yudi, lahan tersebut menyusut karena perkembangan kota DKI Jakarta, sehingga luasnya hanya 1,3 hektar.

Source: wartakota.tribunnews.com

Related Articles

Back to top button