Berita Wisata

Curhat Masyarakat Pantai Cemara Banyuwangi ke Polisi, Ada Apa?

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Satuan Polisi Perairan dan Udara (Satpolairud) Polresta Banyuwangi menjalankan program Friday Friday Presisi bersama masyarakat pesisir Pantai Cemara, untuk mengatasi kekhawatiran abrasi pantai.

Anggota Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pantai Cemara giat berdialog tentang ancaman abrasi pantai yang dapat mengganggu aktivitas masyarakat, khususnya dalam hal pariwisata.

Iklan

Kutukan masyarakat, jika aktivitas alam ini dibiarkan, abrasi dapat mengikis tanah dan pohon pinus yang menjadi salah satu daya tarik wisata di Pantai Cemara, yang otomatis mengurangi jumlah pengunjung yang datang.

Dalam kegiatan tersebut, Kepala Polairud Polresta Banyuwangi Kompol Masyhur Ade, SIK menjelaskan, selain membahas abrasi pantai, masyarakat juga mengeluhkan keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) di kawasan wisata tersebut.

“Abrakan dan keamanan pariwisata di Cedar Coast menjadi fokus jumat ini, karena abrasi dapat mengganggu keselamatan jiwa dan merusak ekosistem sehingga menggerus pantai sehingga lebih baik apalagi mengganggu aktivitas nelayan di laut”, ujarnya. ujarnya, Jumat (13/1/2023).

Dan untuk masalah keamanan, masih Ade, kegaduhan warga muncul karena banyak kelompok yang terlihat minum miras sehingga membuat warga sekitar ketakutan jika tiba-tiba meluapkan amarahnya.

“Kami akan melakukan patroli rutin agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” jelasnya.

Program yang dicanangkan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) ini memang dirancang untuk menggali dan menampung pengaduan dari masyarakat. Dalam hal ini, Satpolairud menyambut baik pengaduan dari nelayan atau masyarakat pesisir, agar segala permasalahannya dapat menular dan segera ditindaklanjuti.

Nantinya, semua keluhan dan kekhawatiran dari masyarakat akan ditindak lanjuti kemudian diserahkan ke Kapolresta dan diteruskan ke pengelola wilayah atau camat agar instansi terkait dapat segera merespon kebutuhan masyarakat.

Sementara itu, Ketua Pokdarwis Pantai Cemara Muhammad Muhyi menyambut baik kegiatan tersebut. Karena semua uneg-uneg masyarakat pesisir tersampaikan dan akan segera diambil tindakan.

“Kegiatan ini kami sambut positif karena kami juga membutuhkan perantara atau dukungan dari pemerintah agar permasalahan yang kami hadapi dapat terselesaikan,” ujarnya.

Masalah abrasi di Pantai Cemara

Polairud-Banyuwangi-2.jpgAcara Friday Precision Vent sedang berlangsung. (Foto: Anggara Cahya/TIMES Indonesia)

Tidak hanya masalah pariwisata, masalah abrasi ini juga mengganggu ekosistem tempat peneluran penyu, sehingga penyu ini tidak mau bersarang di pantai Cemara.

Muhyi menambahkan, abrasi di pantai Cemara sudah terjadi sejak tahun 2020, akibat dari perubahan jalur muara sungai, fenomena ini berlanjut hingga saat ini, apalagi tahun 2021 abrasi semakin besar.

“Alhamdulillah, bulan lalu Dinas Kelautan dan Perikanan bersama Dinas Pengairan menjawab keprihatinan kami dengan memindahkan jalan muara dari utara ke selatan,” ungkapnya.

“Kemudian sebagai langkah pencegahan, kami berharap ke depannya pantai Cemara menjadi breakwater seperti brojong,” lanjutnya.

Sebagai informasi, aset pada Jumat curhat tepat ke Pantai Cemara Satpolairud yang baru dua kali berlari. Kegiatan pertama dilakukan di Pantai Marina Boom, menanggapi keluhan masyarakat nelayan desa Mandar Banyuwangi terkait infrastruktur yaitu air minum di dekat pantai dan penerangan umum.

**) Ikuti berita terbaru KALI Indonesia di dalam berita Google

Klik link ini dan jangan lupa follow.

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button