Tempat Wisata

Kampung Alam Malon, Serunya Kampung Wisata Batik Semarang

desa alam malon – Bus rombongan kami bergerak menanjak menuju bukit di Semarang. Dan dari situ saya baru tahu kalau datarannya berbukit-bukit di Semarang. Karena jika saya berada dalam jangkauan yang cukup tinggi, saya bisa melihat situasi di balik jendela bus dengan mata kepala sendiri. Ya, Anda tahu, ini adalah pertama kalinya saya mengunjungi kota Semarang.

Sesampai di sini, bus kami sepertinya melewati jalan yang lebih sempit, seperti jalan desa. Rumah-rumah penduduk juga terlihat tidak modern, yang mungkin membuat beberapa orang rindu pada kakek-nenek mereka ketika mereka melihatnya. Atau mungkin itu hanya perasaanku saja, kan? Siapa tahu.

Segera bus melambat dan kami diberitahu bahwa kami telah tiba Desa Wisata Malon.

Sedikit tidak terduga karena pada awalnya saya mengira bahwa desa atau desa ini memiliki pemandangan atau bangunan yang unik seperti yang ada di desa Penglipuran di Bali.

Namun ternyata desa ini memiliki wisata edukasi alias pendidikan dengan konsep yang sangat saya nikmati, karena sejujurnya saya merasa lebih nyaman di lokasi ini.

informasi Umum

alamat: Kampung Malon RT 03/RW 06 Desa Gunungpati, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang
telepon: 0857-9313-1241
situs web: kampungalamalon.com
kelompok pewarna ikat: Zie tie-dye, pomegranate tie-dye, crystal tie-dye, manggis tie-dye dan citra tie-dye

Lihat proses pembuatan batik

Lihat proses pembuatan batikLihat proses pembuatan batik

Dapat dikatakan bahwa Kampung Alam Malon memiliki potensi berupa hasil alam. Maka tidak heran jika sebagian besar wilayahnya digunakan sebagai lahan pertanian dan perkebunan.

Kemudian, dengan semangat warga, muncul benih-benih kreativitas untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki, salah satunya tertuang dalam bentuk produk kain batik.

Salah satu ketua RT di Kampung Malon mengatakan, keunikan dari produk tie dye yang mereka miliki bukan hanya dari keunikan motifnya saja, tetapi juga dari bahan dan bahkan alat yang digunakan.

Disebutkan bahwa mereka berusaha semaksimal mungkin untuk membuat produk ramah lingkungan (tie-dye). Mereka menggunakan produk alami seperti bakau dan/atau limbah tanaman indigofera dijadikan sebagai pewarna alami untuk batik.

Periksa juga: 12 Tempat Belanja Terpopuler di Semarang

Dan mereka bahkan menggunakan kertas (semacam kotak kertas atau karton) berbentuk seperti cetakan yang mereka gunakan untuk membuat “topi” tie-dye.

Bentuk ini tidak hanya lebih ramah lingkungan karena lebih mudah didaur ulang, tetapi tentu saja juga jauh lebih murah daripada bentuk tembaga biasa.

Kampung Alam Malon via Jasmina Study CenterKampung Alam Malon via Jasmina Study Center

Tumbuhan yang digunakan sebagai pewarna kain tie dye yang mereka buat juga merupakan hasil alam yang tumbuh di areal perkebunan di daerah tersebut.

Saya sendiri melihat bahwa tanah yang mereka miliki cukup subur karena di sana banyak ditanami berbagai jenis tanaman dan buah-buahan, antara lain kacang tanah, singkong, kentang, dan berbagai jenis durian. Sayangnya, pohon durian itu tidak berbuah pada saat kami berkunjung. Kami tidak bisa mencicipinya seperti itu.

Menurut cerita dari beberapa teman yang pernah berkunjung ke Desa Alam Malon, ukuran durian yang dihasilkan disini adalah ukuran wumbo dengan harga yang bisa dibilang cukup mahal namun di jamin anda akan puas karena konon katanya ampasnya saja bisa. membuat perut terasa kenyang.

Duh, jadi ngiler. . . Oke lewati! Mari kembali ke topik tie-dye.

Untuk dapat digunakan sebagai pewarna, tumbuhan yang digunakan harus melalui proses yang panjang, mulai dari perendaman, fermentasi, dan berbagai proses lainnya.

Oh ya, waktu pengerjaan produk tie dye sendiri tergantung tingkat kesulitannya. Jika batik dicetak, itu akan lebih cepat. Jika batik tulis atau digambar langsung, prosesnya bisa memakan waktu hingga satu bulan atau bahkan lebih lama.

Juga jangan lewatkan: 7 tempat joging di Semarang

Anda bisa membeli batik yang sudah jadi langsung di lokasi atau bisa juga ditemukan di galeri kreatif Semarang (Galeri UMKM) yang berlokasi di kawasan Kota Lama, Semarang.

Perajin batik Zalzilah menampilkan koleksi tie-dye yang dibuat dengan warna alami asli Kampung Malon dengan motif Legenda.  (Vedyana Ardyansah Ayosemarang.com)Pengrajin Tie-dye Zalzilah memamerkan koleksi tie-dye yang dibuat dengan warna alami asli Kampung Malon dengan motif Legenda di Ayosemarang.com

Menghidupkan kembali kepunahan kepunahan

Sebenarnya agak berlebihan tapi mungkin itu kata yang paling tepat untuk menggambarkan perasaan saya saat berkunjung ke Kampung Alam Malon.

Berkunjung ke tempat ini bukan hanya sekedar datang, berfoto lalu pulang. Suasana tenang di desa ini menurut saya sangat efektif untuk “melarutkan” semangat yang sudah jenuh dengan hiruk pikuk kota dengan segala hiruk pikuknya.

Kita juga bisa merasakan keseruan permainan tradisional yang tidak bisa kita dapatkan di layar gadget. Dan hangatnya kebersamaan bisa kita rasakan saat kita berkunjung ke rumah orang yang tidak bisa kita jangkau melalui aktivitas chatting di aplikasi messenger.

Suasana akrab begitu saya rasakan sejak kami turun dari bus rombongan, dimana sesaat kemudian kami langsung disambut oleh warga dan disuguhi minuman khas bernama Wedang Malon.

Bahkan masuk saat jam makan siang, saya kembali merasakan kehangatan kebersamaan dengan keluarga sambil menikmati masakan khas desa ini, salah satunya bernama Sate Krembis. Percakapan hangat muncul dalam suasana pedesaan sambil memakan makanan yang disediakan tak terlupakan.

desa alam malondesa alam malon

Kata terakhir

Saya berharap Kampung Alam Malon benar-benar bisa mempersiapkan diri menjadi destinasi wisata alternatif di kota Semarang. Memang dalam kunjungan saya (Mei 2018) dikabarkan masih berusaha untuk berbenah agar bisa mewujudkan desa wisata seperti yang diharapkan.

Dan aku juga berharap begitu pengalaman Yang kami rasakan saat mengunjungi tempat ini adalah “standar” mereka dalam menjamu tamu yang datang ke Kampung Alam Malon, atau mungkin bisa lebih baik lagi.

Karena menurut saya pengalaman tersebut cukup efektif untuk digunakan sebagai pelarian dari kejenuhan kehidupan kota sehari-hari.

*Tulisan Mas Pandus

Menyimpulkan

Demikian ulasan yang dapat kami berikan mengenai wisata edukasi wisata alam melalui desa Malon Semarang. Semoga bisa menjadi referensi liburan anda bersama keluarga atau rombongan. Jangan lupa untuk membagikan artikel ini juga.

Baca juga: 17 Tempat Wisata di Bandungan Semarang

Source: tempatwisataseru.com

Related Articles

Back to top button