Tempat Wisata

Masjid Kotagede : Harga tiket, foto, lokasi, fasilitas dan lokasi

Jogja terkenal dengan pesona wisata budaya dan sejarahnya yang mendunia. Namun ternyata wisata religi di Kota Pelajar juga bisa kamu lakukan. Ada berbagai tempat wisata religi di Jogja yang bisa Anda jadikan destinasi wisata. Seperti Masjid Kotagede yang sering dilupakan wisatawan saat berkunjung ke Kotagede, Jogja.

Masjid Kotagede mempunyai daya tarik tersendiri yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Masjid ini memiliki gaya arsitektur yang unik dan sarat akan nilai sejarah. Apalagi setiap bagian masjid ini mempunyai cerita tersendiri yang menarik untuk disimak. Hingga saat ini, masjid yang terletak tidak jauh dari kompleks makam kerajaan ini masih digunakan masyarakat setempat untuk kegiatan keagamaan.

Secara administratif Masjid Kotagede terletak di Jalan Watu Gilang, Kotagede, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Untuk mencapai lokasi masjid ini, wisatawan harus menempuh perjalanan minimal 7 kilometer atau 30 menit dari pusat kota Jogja. Lokasi masjid ini juga sangat dekat dengan pasar legendaris Kotagede.

Untuk menuju lokasi tersebut, wisatawan tidak perlu bingung karena aksesnya cukup mudah. Wisatawan bisa menggunakan kendaraan pribadi maupun angkutan umum seperti ojek, ojek, transjogja, taksi dan masih banyak lagi yang ada di Jogja. Jika belum mengetahui lokasinya, ada juga beberapa jasa tour and travel di Kotagede yang bisa dimanfaatkan wisatawan.

Sejarah Masjid Kotagede

Masjid Kotagede diperkirakan dibangun pada tahun 1640. Pembangunan masjid ini terjadi pada masa kejayaan Kerajaan Mataram Islam ketika pusat pemerintahan berada di Kotagede. Ide dan pengembangannya diprakarsai oleh Sultan Agung, raja ketiga kerajaan Islam Mataram.

Tempat ibadah umat Islam ini juga dikenal dengan nama lain yaitu Masjid Agung Mataram Kotagede. Hal ini terkait dengan pembangunan masjid yang dilakukan pada era Kerajaan Mataram. Ada sebuah prasasti yang masih bisa kita temukan di halaman Masjid Kotagede. Prasasti tersebut berwarna hijau dan tingginya sekitar 3 meter.

Prasasti tersebut menjelaskan bahwa pembangunan masjid ini berlangsung dalam dua tahap. Pembangunan tahap pertama dilakukan oleh Sultan Agung yang membangun bagian inti masjid ini. Dahulu masjid ini disebut Langgar karena bentuk bangunannya yang kecil. Pada tahap kedua, bangunannya diperluas dan disesuaikan dengan bentuk masjid saat ini.

Tahap kedua, pembangunannya dilakukan oleh Paku Buwono X dari Kasunanan Surakarta. Perbedaan konstruksi Sultan Agung dan Paku Buwono X terlihat pada bentuk tiang-tiang masjid ini. Pembangunan yang dilakukan Sultan Agung menggunakan tiang-tiang kayu sedangkan Paku Buwono X menggunakan tiang-tiang besi untuk menopang masjid.

Pada masa pembangunan Masjid Kotagede, masyarakat Kotagede bergotong royong mendukung proses pembangunan masjid ini. Tidak hanya warga yang masuk Islam yang turut membantu, namun juga warga yang beragama Hindu dan Budha. Hal ini merupakan bentuk toleransi dan keharmonisan antar masyarakat yang hidup berdampingan saat itu.

Peristiwa ini diabadikan dalam arsitektur masjid ini. Di dekat pintu masuk, pengunjung akan menjumpai sebuah gapura yang dirancang dengan gaya arsitektur khas Hindu dan Budha, yaitu Paduraksa. Hal ini pula yang menjadi salah satu keunikan masjid yang berusia ratusan tahun ini.

Pesona Masjid Kotagede

Masjid Kotagede memiliki beberapa keistimewaan yang membedakannya dengan masjid-masjid lain di kota Jogja. Masjid ini diyakini merupakan masjid tertua di kota Jogja dan merupakan cikal bakal masuknya agama Islam di Yogyakarta.

Saat memasuki halaman masjid, wisatawan akan disambut oleh pohon beringin besar yang konon sudah ada sebelum masjid ini dibangun. Pohon tersebut diberi nama Wringin Sepuh dan konon membawa berkah bagi masyarakat setempat.

Dikatakan bahwa siapa pun yang bermeditasi di bawah pohon ini dan menemukan dua cabang tumbang sambil berbaring tengkurap dan telentang, semua keinginannya akan terkabul. Entah itu mitos atau bukan, masyarakat setempat mempercayainya. Pohon ini masih dilestarikan dan memberikan keteduhan di area parkir.

Ciri-ciri bangunan Masjid Kotagede bergaya tradisional Jawa berbentuk limas. Pengunjung dapat melihat atap masjid ini berbentuk limas yang terbagi menjadi dua ruangan yaitu serambi dan inti. Di sekitar bangunan masjid, wisatawan melihat adanya parit yang dulunya berfungsi sebagai saluran pembuangan air dari tempat mencuci.

Seiring berjalannya waktu, parit tersebut direhabilitasi dengan menambahkan tembikar pada bagian bawahnya. Kini parit-parit tersebut dijadikan kolam berisi ikan yang seolah menambah pesona Masjid Kotagede. Sementara itu, jembatan kayu kecil dibangun berjajar untuk menuju masjid.

Saat memasuki inti masjid, pengunjung melihat adanya gendang di bagian luar inti masjid. Gendang tersebut konon merupakan hadiah dari Nyai Pringgit, Desa Dondong, Kabupaten Kulon Progo. Sebagai imbalannya, keturunan Nyai Pringgit diperbolehkan tinggal di dekat masjid yang sekarang dikenal dengan nama Dondongan. Gendang tersebut masih digunakan sampai sekarang untuk menandai waktu sholat.

Di dalam masjid terdapat mimbar yang konon usianya tidak kalah dengan Masjid Kotagede. Mimbarnya dihiasi dengan ukiran yang sangat indah. Konon mimbar ini merupakan pemberian Sultan Palembang saat Sultan Agung berkunjung saat menunaikan ibadah haji. Namun mimbar tersebut sudah tidak digunakan lagi.

Untuk menggantikan mimbar, dibuatlah mimbar yang ukurannya lebih kecil dari mimbar zaman dulu. Mimbar pemberian Sultan Palembang ini tidak digunakan dengan alasan pelestarian mimbar.

Fasilitas Masjid Kotagede

Fasilitas masjid ini cukup lengkap. Terdapat lahan parkir yang cukup luas di kompleks masjid yang dapat digunakan untuk memarkir kendaraan seperti sepeda motor dan mobil. Masjid ini dapat digunakan untuk ibadah salat bagi wisatawan muslim.

Karena letaknya yang tidak jauh dari kompleks makam raja-raja Mataram, wisatawan bisa menikmati berbagai fasilitas di sekitar masjid ini. Terdapat toilet, tempat berganti pakaian adat, dan warung berjejer di sekitar area masjid.

Baca juga: Monumen Jogja kembali, bernostalgia dengan nuansa perjuangan Indonesia

Jika merasa lelah setelah menjelajahi keindahan masjid, wisatawan juga dapat beristirahat di stasiun yang disediakan tidak jauh dari lokasi. Terdapat juga toko suvenir tidak jauh dari Makam Para Raja. Toko ini menjual berbagai pernak pernik seperti kaos oblong, blangkon, kain batik, pakaian adat Yogyakarta, serta buku sejarah Kerajaan Mataram Islam.

Berkunjung ke Kotagede belum lengkap rasanya tanpa menyempatkan diri mengunjungi Masjid Kotagede yang dianggap sebagai masjid tertua di Yogyakarta. Inilah yang dapat Anda lakukan ketika mengunjungi masjid ini.

Wisata religi dan ziarah

Jika Anda menyukai wisata religi, Masjid Kotagede bisa menjadi pilihan menarik untuk dijadikan destinasi Anda saat berkunjung ke Jogja. Tempat ibadah yang satu ini memang mempunyai daya tarik yang sayang untuk dilewatkan. Pengunjung bisa salat di masjid yang merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Islam ini.

Anda juga bisa berziarah ke makam raja-raja Mataram yang letaknya sangat dekat dengan masjid ini. Saat Anda berziarah ke makam ini, Anda bisa merasakan rasa tenang dan kesakralan di dalam makam tersebut. Harap diingat bahwa Anda harus mengenakan pakaian adat Yogyakarta jika ingin memasuki makam ini. Anda bisa menyewa pakaian tersebut di sekitar lokasi kuburan.

Menikmati keindahan masjid dan wisata sejarah

Saat berkunjung ke Masjid Kotagede, Anda juga bisa menikmati keindahan arsitektur bangunan masjid ini. Tempat ibadah umat Islam ini memiliki ciri arsitektur yang unik. Tak hanya gaya tradisional Jawa saja yang bisa Anda lihat, namun juga bagian bangunan yang mengadopsi gaya arsitektur Hindu-Buddha.

Keunikan arsitektur ini bisa Anda lihat dari gerbang masjid yang terletak di pintu masuk. Selain itu, tembok yang mengelilingi gerbang ini juga sangat unik. Menandakan keharmonisan warga yang hidup berdampingan meski berbeda keyakinan pada masa Kerajaan Mataram Islam. Selanjutnya Anda bisa bernostalgia dengan mengunjungi masjid ini.

Seperti kita ketahui, masjid ini dibangun oleh Sultan Agung, cucu Panembahan Senopati. Ada pula prasasti yang masih bisa Anda temukan di halaman masjid. Prasasti ini berbentuk persegi pada bagian dasarnya dan terdapat mahkota yang merupakan lambang Kasunanan Surakarta.

Wisata Kotagede

Setelah puas dengan keindahan Masjid Kotagede, Anda bisa menikmati pesona Kota Lama Kotagede. Seperti diketahui, Kotagede memiliki berbagai bangunan kuno yang menarik di setiap sudut kotanya.

Anda bisa mengunjungi Pasar Kotagede, Reruntuhan Benteng, Kedhaton atau berbelanja oleh-oleh kerajinan perak. Berjalan menyusuri setiap sudut kota akan membawa Anda kembali ke masa lalu Kerajaan Mataram. Tentu menjadi pengalaman berharga yang sulit untuk dilupakan.

Jam buka Masjid Kotagede dan tarif masuk

Anda bisa mengunjungi destinasi religi ini kapan saja karena buka 24 jam. Karena tempat ini merupakan tempat ibadah umat Islam, maka masuk ke area masjid tidak dipungut biaya bagi wisatawan. Pengunjung hanya perlu membayar biaya parkir sebesar Rp. 1.000 untuk kendaraan roda dua dan Rp 2.000 untuk mobil.

Peta lokasi Masjid Kotagede

Tips Menuju Masjid Kotagede

  • Berpakaianlah yang sopan saat memasuki area masjid.
  • Berhati-hatilah dalam berperilaku dan berbicara karena masjid adalah tempat ibadah.
  • Jika ingin memasuki makam harus mengenakan pakaian adat jogja.
  • Dilarang mengambil foto di dalam makam.
  • Selalu menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah sembarangan.
  • Memperhatikan kelestarian dan tidak merusak apapun yang ada di dalam masjid.

Galeri Foto Masjid Kotagede

Masjid Kota Gede

Foto sebelum pernikahan di depan masjid

Suasana di dalam masjid
Potret Masjid Kotagede pada sore hari

Source: www.tempatwisata.pro

Related Articles

Back to top button