Tempat Wisata

Museum Rumah Cut Nyak Dhien: Biaya masuk, foto, lokasi, fasilitas dan lokasi

Museum Rumah Cut Nyak Dhien: Biaya masuk, foto, lokasi, fasilitas dan lokasi

Selain terkenal dengan tempat wisata alamnya yang memukau, Aceh juga merupakan provinsi yang memiliki sejarah panjang. Provinsi yang terletak di ujung Pulau Sumatera ini banyak melahirkan pahlawan nasional yang berjuang melawan penjajahan Belanda. Tak heran jika di kawasan ini terdapat beberapa tempat wisata bersejarah seperti Museum Rumah Cut Nyak Dhien.

Museum Rumah Cut Nyak Dhien merupakan museum yang sekilas akan mengingatkan Anda pada pahlawan wanita berhati besi ini. Pahlawan wanita Indonesia ini dikenal memiliki sikap tegas dan berani memimpin pasukan berperang melawan Belanda. Di museum tersebut, wisatawan dapat melihat senjata seperti Rencong yang biasa digunakannya.

Secara administratif museum ini terletak di Desa Lampisang, Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Untuk mencapai Museum Rumah Cut Nyak Dhien, wisatawan perlu menempuh perjalanan minimal 10 kilometer atau 20 menit dari Kota Banda Aceh.

Letaknya yang tepat di pinggir jalan utama juga memudahkan wisatawan menemukan lokasi Museum Rumah Cut Nyak Dhien. Wisatawan bisa menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil atau sepeda motor, namun ada juga angkutan umum yang bisa digunakan wisatawan. Kondisi jalan dari Banda Aceh hingga Kecamatan Peukan Bada juga dinilai sangat baik dan beraspal.

Sejarah Museum Rumah Cut Nyak Dhien

Cut Nyak Dhien lahir pada tahun 1848 dari seorang keturunan bangsawan bernama Teuku Nanta Seutia dan ibunya bernama Uleebalang Lampageu. Sejak kecil Cut Nyak Dhien dikenalkan agama oleh orang tuanya sehingga ia tumbuh menjadi wanita yang taat pada ajaran agama Islam.

Saat berusia 12 tahun, Cut Nyak Dhien menikah dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga. Namun sayang pernikahan tersebut tidak bertahan lama karena Teuku Cek Ibrahim Lamnga gugur dalam pertempuran melawan Belanda. Kematian suaminya membuat Cut Nyak Dhien sangat marah kepada Belanda dan bersumpah akan menghancurkan Belanda sepenuhnya.

Selang beberapa waktu, Cut Nyak Dhien ditawari oleh Teuku Umar yang saat itu juga sedang berperang melawan Belanda. Awalnya lamaran tersebut ditolak olehnya namun karena Teuku Umar Cut mengizinkan Nyak Dhien berperang melawan penjajah, akhirnya lamarannya diterima.

Bersama Teuku Umar, pernikahan Cut Nyak Dhien dikaruniai seorang anak bernama Cut Gambang. Teuku Umar sendiri akhirnya tewas dalam penyerangan Meulaboh pada 11 Februari 1899. Sedangkan Cut Nyak Dhien meninggal dunia dalam pengasingan di Sumedang, Jawa Barat pada 6 November 1908.

Pertarungan antara Teuku Umar dan Cut Nyak Dhien ditandai dengan menyerahnya Teuku Umar kepada Belanda. Tindakan tersebut mendapat perlawanan besar dari masyarakat yang menganggap Teuku Umar telah mengkhianatinya. Padahal, ini adalah strategi Teuku Umar untuk mendapatkan akses terhadap senjata Belanda.

Karena Belanda melihat Teuku Umar berada di pihak mereka, maka Belanda memberikan sebuah rumah kepada Teuku Umar. Rumah inilah yang kini menjadi tempat Museum Rumah Cut Nyak Dhien. Namun bangunan yang terlihat saat ini merupakan replika bangunan berdasarkan aslinya.

Rumah tersebut konon pernah dibakar pada tahun 1896 oleh Belanda yang mengetahui Teuku Umar berpura-pura. Rumah tersebut dibangun kembali oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan diresmikan oleh Fuad Hasan yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1987.

Pesona Museum Rumah Cut Nyak Dhien

Sesampainya di lokasi Museum Rumah Cut Nyak Dhien, wisatawan dapat melihat air mancur yang sangat tinggi di depan pintu masuk utama. Sumur tersebut sengaja dibangun dengan ketinggian dua meter agar Belanda tidak meracuni air yang ada di dalam sumur tersebut.

Seperti rumah adat Aceh pada umumnya, desain Museum Rumah Cut Nyak Dhien mempunyai bentuk yang hampir sama. Berbentuk rumah panggung berukuran 25 x 17 meter dan memiliki 65 tiang penyangga kayu. Pintu masuk utamanya cukup kecil, sehingga wisatawan harus membungkuk untuk masuk ke dalam rumah.

Saat masuk ke dalam rumah, suasana sejuk dan asri akan terasa. Dinding ruangan terbuat dari papan kayu dan atapnya dihiasi pelepah kelapa tua. Ruangan di Museum Rumah Cut Nyak Dhien cukup luas dan juga terdapat banyak pintu yang menghubungkan ruangan satu dengan ruangan lainnya.

Di dinding ruangan, wisatawan bisa melihat silsilah pahlawan wanita Indonesia. Selain itu juga terdapat koleksi yang menggambarkan masa Perang Aceh. Wisatawan tidak perlu khawatir karena terdapat penjelasan di setiap pameran di museum ini.

Memasuki ruangan lain di museum, kita akan menemukan koleksi kursi kayu dengan ukiran khas Jepara yang terpajang rapi. Di tengah-tengah deretan kursi terdapat sebuah meja yang mungkin berisi orang-orang Aceh yang mendiskusikan strategi perang yang menentukan. Di ruangan ini juga terdapat koleksi senjata yang digunakan Cut Nyak Dhien yaitu Rencong dan parang.

Di Museum Rumah Cut Nyak Dhien, wisatawan juga dapat melihat ruangan-ruangan yang pernah digunakan oleh Cut Nyak Dhien. Meski hanya replika, namun desain ruangannya tetap mengacu pada aslinya tanpa mengurangi atau menambah detail yang sudah ada. Ruangan ini dihiasi dengan tirai berwarna kuning seperti kamar para raja.

Saat berkunjung ke Museum Rumah Cut Nyak Dhien, wisatawan tidak perlu bingung karena di sini sudah terdapat satpam yang siap mengantar wisatawan berkunjung ke museum. Pemandu akan dengan sabar menjelaskan kepada Anda cerita dan sejarah yang terdapat dalam koleksi museum ini.

Fasilitas Museum Rumah Cut Nyak Dhien

Fasilitas yang ada di Museum Rumah Cut Nyak Dhien cukup lengkap. Terdapat tempat parkir yang luas dimana wisatawan dapat menitipkan mobilnya, dan juga terdapat toilet. Selain itu, terdapat juga pemandu wisata yang selalu ramah terhadap wisatawan yang ingin mengetahui lebih jauh tentang sejarah Cut Nyak Dhien.

Jika wisatawan beragama Islam dan ingin salat, terdapat beberapa masjid di sekitar lokasi museum yang bisa digunakan. Usai berkeliling museum, wisatawan juga dapat berwisata kuliner dan menikmati kopi khas Aceh yang ditawarkan di warung-warung sederhana yang ada di sekitar lokasi.

Baca juga: Gunung Seulawah Agam, Spot Pendakian Terbaik di Aceh

Selain itu, wisatawan juga bisa mencari oleh-oleh jajanan khas Aceh di sekitar jalan utama dekat Museum Rumah Cut Nyak Dhien. Ada beberapa toko kue yang menjual kue khas Aceh seperti Bhoi, Timphan, Dodol, Keukarah, Adee dan masih banyak lagi.

Mengunjungi museum tidak hanya menawarkan pengalaman berwisata, tetapi juga fakta menarik seputar sejarah. Berikut aktivitas yang bisa dilakukan wisatawan saat berkunjung ke Museum Rumah Cut Nyak Dhien.

Wisata sejarah

Jika Anda pecinta wisata sejarah, Museum Rumah Cut Nyak Dhien patut menjadi tujuan wisata Anda saat berada di Aceh. Ingatan Anda akan disegarkan kembali dengan salah satu pahlawan wanita terbaik Indonesia.

Di museum ini Anda bisa melihat berbagai koleksi seperti senjata Rencong dan parang yang digunakan oleh Cut Nyak Dhien dan Teuku Umar. Selain itu, Anda juga bisa melihat berbagai koleksi yang menggambarkan peristiwa Perang Aceh.

Jam buka dan biaya masuk Rumah Cut Nyak Dhien

Museum Rumah Cut Nyak Dhien dibuka untuk umum setiap hari mulai pukul 08.30 hingga 12.30 dan pukul 14.00 hingga 17.00 WIB. Tiket masuk ke museum ini tidak berbayar dan gratis bagi wisatawan, namun mereka hanya diminta berkontribusi sebesar-besarnya untuk pemeliharaan museum.

Baca juga: 250 Tempat Wisata di Aceh Paling Menarik Yang Wajib Dikunjungi

Peta lokasi Museum Rumah Cut Nyak Dhien

Tips berwisata ke Museum Rumah Cut Nyak Dhien

  • Bersikaplah sopan dan perhatikan kata-kata Anda saat berada di museum.
  • Merokok, makan dan minum dilarang di museum.
  • Jaga kebersihan museum dengan tidak membuang sampah sembarangan.
  • Selalu memperhatikan kelestarian museum dan tidak merusak koleksi museum.

Gunting galeri foto Rumah Nyak Dhien

Rumah Cut Nyak Dhien
Potret di dalam rumah
Kursi dan meja di rumah
Perburuan Foto

Foto oleh Cut Nyak Dhien
Spot foto di tangga

Source: www.tempatwisata.pro

Related Articles

Back to top button