Tempat Wisata

Peta Tugu: Harga Tiket, Foto, Lokasi, Fasilitas dan Lokasi

Mendengar kata “Blitar” pasti langsung teringat makam mantan Presiden pertama kita Ir. Soekarno dan berbagai cerita yang terjadi di dan berkaitan dengan kota ini. Namun sayangnya masih belum banyak yang mengetahui bahwa kota ini pernah menjadi saksi sejarah perjuangan perang kemerdekaan Republik Indonesia jauh sebelum pemakaman Bung Karno di Blitar. Yakni pasukan PETA, pasukan yang dibentuk pada masa penjajahan Jepang yang bertempur dengan gagah berani dan melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan Jepang di Indonesia.

Sebelumnya, tugu PETA di Jalan Soedanco Supriyadi tidak terlihat seperti sekarang. Monumen pertama berbentuk kolam melingkar, dengan patung prajurit PETA memegang senjata di tengahnya. Patung tersebut dibuat berdasarkan miniatur Gunung Kelud yang sebenarnya masih ada hingga saat ini dan hanya ditempatkan di belakang tugu. Monumen berbentuk cekungan itu sendiri akhirnya direnovasi total dan diubah menjadi patung Sodancho Supriadi yang sedang mengepalkan tangan.

Sejarah terciptanya monumen PETA

Tentara Relawan Pembela Tanah Air juga dikenal sebagai PETA, didirikan pada tanggal 3 Oktober 1943. Pasalnya, surat dari Raden Gatot Mangkoepradja Gunseikan atau pimpinan pemerintahan militer Jepang pada bulan September 1943 yang memuat permintaan agar bangsa Indonesia dapat membantu pemerintah Jepang di medan perang. Pelatihan pasukan PETA sendiri berfokus di wilayah Bogor tersebut di atas Java Bo-ei Giyûgun Kanbu Resentai.

Dua tahun kemudian, tepatnya 14 Februari 1945, pasukan PETA di Blitar melancarkan kerusuhan di bawah pimpinan Supriyadi. Untungnya pemberontakan ini berhasil diredam melalui penggunaan pasukan lokal yang tidak terlibat dalam pemberontakan, baik unit PETA sendiri maupun pasukan lainnya. Hei ho. Menurut cerita saat ini, Supriadi yang memimpin pasukan pemberontak dinyatakan hilang dalam kejadian tersebut. Namun, sebagai pemimpin pemberontakan yang tampaknya terlupakan oleh sejarah, Muradi tetap bersama pasukannya hingga akhir.

Mereka semua sangat ingin disiksa Kempetaiakhirnya dijatuhi hukuman pada tanggal 16 Mei 1945 di Eevereid (sekarang Pantai Ancol) dengan hukuman mati yaitu pemenggalan kepala, menurut hukum militer Tentara Kekaisaran Jepang.

Pada tanggal 19 Agustus 1945, dua hari setelah Republik Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, Letnan Jenderal Nagano Yuichiro, komandan terakhir Angkatan Darat ke-16, akhirnya berpidato tentang pembubaran anggota PETA karena tuduhan dari blok Sekutu bahwa Indonesia Baru Lahir adalah seorang kolaborator Kekaisaran Jepang ketika Soekarno meneruskan Tentara PETA hingga menjelma menjadi Tentara Republik Indonesia.

Peranan Tentara PETA sendiri pada masa Perang Kemerdekaan Republik Indonesia sangatlah besar. Tokoh besar mantan tentara PETA antara lain mantan Presiden Soeharto dan Jenderal Besar Soedirman. Untuk mengenang perjuangan keras prajurit PETA di Blitar, khususnya Sodancho Supriadi dan enam prajurit lainnya yaitu Chudancho Dr. Soeryo Ismail, Shodancho Soeparjono, Budancho Soedarmo, Shodancho Moeradi, Budancho Halir Mangkoe Dijaya dan Budancho Sunanto. Begitulah Monumen PETA dibangun, yang selesai dan diresmikan pada tanggal 14 Februari 2008, tepat pada hari terjadinya pemberontakan Blitar-PETA.

Fasilitas di PETA Memorial

Karena letaknya yang berada di tengah kota, maka tidak sulit untuk menemukan fasilitas pendukung ketika berkunjung ke sini. Ada banyak restoran di sekitar Jalan Soedanco Supriyadi yang bisa Anda temukan jika merasa lapar setelah berkeliling dan mempelajari sejarah tugu PETA.

Memarkir kendaraan Anda juga mudah dan Anda bisa memantaunya sendiri tanpa perlu khawatir. Terdapat juga beberapa hotel tak jauh dari monumen PETA jika ingin beristirahat.

Berburu foto di monumen PETA

Jangan hanya sibuk mempelajari sejarah prajurit PETA lalu lupa mengabadikan momen yang Anda alami di tempat ini. Membawa kamera profesional akan membuat Anda dapat melihat monumen ini dari berbagai arah dan posisi, membuat tampilannya semakin dramatis dan tentunya menarik perhatian saat Anda mempostingnya di media sosial.

Berfoto selfie atau meminta orang untuk mengambil foto Anda pun tidak menjadi masalah. Yang jelas di sini Anda bisa mengambil foto sebanyak-banyaknya.

Akses ke tugu peringatan PETA

Bagi Anda yang berasal dari daerah Blitar, tidak akan kesulitan lagi mencari akses jalan untuk mengunjungi Monumen PETA yang terletak di Jalan Soedanco Supriyadi, Desa Bandogalit, Kecamatan Sana Wetan, Kabupaten Blitar. Namun bagaimana dengan wisatawan dari luar wilayah Blitar? Apakah sulit untuk mencapai tugu peringatan PETA melalui jalan darat? Jangan khawatir, jawabannya tidak.

Agar tidak tersesat saat bepergian dengan kendaraan pribadi seperti mobil atau sepeda motor, sangat disarankan untuk menggunakan aplikasi Google Maps yang akan membantu Anda menavigasi jalan yang Anda perlukan. Selanjutnya jika tidak ingin repot, Anda bisa dengan mudah menggunakan angkutan umum di Blitar yang langsung menuju monumen PETA tanpa harus repot mencari jalan.

Biaya Masuk Peringatan PETA

  • Biaya masuk: Rp 5.000/orang

Biaya masuk ke destinasi wisata ini dapat berubah sewaktu-waktu. (Pembaruan September 2023)

Jam Peringatan PETA

  • Buka setiap hari mulai jam 8 pagi hingga 14:30

Tips berlibur di Monumen PETA

Saat berkunjung ke tempat ini, yang terpenting adalah pastikan Anda sudah merencanakan transportasi apa yang akan Anda gunakan. Bisa kendaraan pribadi atau angkutan umum. Siapkan uang yang cukup jika Anda berencana menggunakan transportasi umum. Karena monumen ini didirikan untuk memperingati perjuangan prajurit PETA, maka sebaiknya Anda mengenakan pakaian yang sopan.

Yang terakhir, jangan lupakan kamera Anda dan abadikan momen saat Anda mengunjungi PETA Memorial.

Source: www.tempatwisata.pro

Related Articles

Back to top button