Berita Wisata

Tingkatkan Kualitas KPS, KPHL Agam Raya Selenggarakan Sekolah Lapang Galo-Galo Budidaya Lebah Madu

Selasa, 22 November 2022 | 05:59 WIB

| Penulis:

Penerbit: Tobari

Agama, infoPublik – Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Agam Raya menyelenggarakan pelatihan berupa sekolah lapang pengembangan budidaya lebah madu Gallo-Galo untuk sejumlah kelompok masyarakat perhutani (KPS), Senin (21/11/2022).

Kegiatan dibuka oleh chef KPHL Agam Raya di Hotel Dymens, Bukittinggi.

Ketua Panitia Yon Fredi mengatakan pelaksanaan sekolah lapang kali ini merupakan upaya Dinas Kehutanan Sumbar melalui UPTD KPHL Agam Raya untuk meningkatkan kualitas dan pengetahuan kelompok perhutanan sosial di bidang wirausaha pertanian sengat. budidaya lebah madu.

Dikatakannya, peserta sekolah lapang berjumlah 32 orang yang terdiri dari 8 kelompok perhutanan sosial di Kabupaten Agam.

“Ada 8 kelompok yang terlibat dalam pengembangan budidaya lebah madu yaitu KTH KSB Manggopoh, KTH Maju Bersama, HKm Kampung Melayu Saiyo, LPHN Tigo Koto Silungkang, LPHN Koto Kaciak, LPHN Simarasok, LPHN Padang Tarok dan LPHN Pasia Laweh,” ujarnya. dikatakan.

Lebih lanjut disebutkan bahwa kegiatan sekolah lapang Kelompok Perhutanan Sosial dilaksanakan selama dua hari di dua lokasi yaitu di Hotel Dymens Bukittinggi dan kegiatan lapang di Peternakan Lebah, Nagari Padang Tarok, kabupaten Baso.

Sedangkan narasumber kegiatan adalah dari Dinas Kehutanan Sumbar, KPHL Agam Raya, Koperasi Dinas Perindagkop-UKM Agam, asisten kehutanan dan guru besar Fakultas Peternakan Universitas Andalusia.

“Kami berharap para peserta dapat mengikuti pelatihan ini dengan sebaik-baiknya sehingga ilmu yang diperoleh dapat diserap sebanyak-banyaknya dan dapat diterapkan di desa masing-masing,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala KPHL Agam Raya Cucu Sukarna mengatakan saat ini pemanfaatan jasa lingkungan hutan belum dikelola secara optimal karena pemanfaatannya masih didominasi oleh hasil kayu, sehingga tidak banyak memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar.

“Secara umum potensi pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK) di Agam lebih besar, misalnya pemanfaatan kopi, madu, dan gula aren yang nilai ekonominya sangat tinggi,” tandasnya.

Selain itu, kawasan hutan juga memiliki potensi jasa lingkungan di bidang wisata alam. Dimana kegunaan tersebut memiliki nilai yang sangat baik dari segi sosial dan ekonomi.

Diakui Cucu, pascapandemi Covid-19, sektor pariwisata di Sumbar mulai menggeliat. Hal ini dibuktikan dengan besarnya antusias wisatawan mengunjungi sejumlah tempat wisata

“Pasca pandemi, kunjungan wisatawan di Sumbar meningkat. Oleh karena itu, ke depan kami akan ikut serta dalam pengembangan wisata alam khususnya di Agam, karena potensinya sangat bagus untuk dikelola,” tandasnya.

Selain itu, melalui sekolah lapang ini, ia berharap para peserta mendapatkan pengetahuan dan pemahaman dalam pengembangan usaha budidaya lebah madu gallo-galo berbasis masyarakat.

“Diharapkan peserta lebih mendalami pengelolaan budidaya lebah madu gallo-galo, sehingga kegiatan ini menjadi entry point untuk mengembangkan potensi hasil hutan bukan kayu,” jelasnya.(MC Agam/toeb)

Anda dapat memposting ulang, menulis ulang, dan/atau menyalin konten ini dengan menyebutkan sumbernya. infopublic.id

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button